Turki minta Indonesia tutup sekolah yang terkait organisasi FETO

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Turki minta Indonesia tutup sekolah yang terkait organisasi FETO
Pemerintah Indonesia mengatakan keberadaan sembilan sekolah itu sudah sesuai aturan pendidikan. Turki tak berhak ikut campur

JAKARTA, Indonesia – Pemerintah Turki meminta kepada Indonesia untuk menutup beberapa sekolah yang diduga terkait dengan organisasi teroris FETO yang dipimpin oleh Fethullah Gülen. Pria yang kini tengah bermukim di Pennsylvania, Amerika Serikat dituding oleh pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan sebagai otak di balik upaya kudeta pada tanggal 21 Juli.

Dalam kudeta yang gagal terlaksana itu menewaskan 179 warga sipil dan 67 pasukan militer. Permintaan Pemerintah Turki itu disampaikan melalui situs resmi Kedutaan Besar Turki di Jakarta. Mereka menyebut ada 9 sekolah yang diduga terkait dengan gerakan Gulen yakni:

1. Sekolah Asrama Bilingual Pribadi di Depok

2. Sekolah Asrama Bilingual Pribadi di Bandung

3. Sekolah Asrama Bilingual Kharisma Bangsa di Tangerang Selatan

4. Sekolah Asrama Bilingual Semesta di Semarang

5. Sekolah Asrama Bilingual Kesatuan Bangsa di Yogyakarta

6. Sekolah Asrama Bilingual Sragen di Sragen

7. Sekolah khusus siswa laki-laki Fatih di Aceh

8. Sekolah khusus siswa perempuan Fatih di Aceh

9. Sekolah Asrama Bilingual Banua di Kalimantan Selatan

Menurut pejabat di Kedutaan Turki, mereka telah menyampaikan kekhawatirannya terhadap aktivitas organisasi FETO di Indonesia. Mereka khawatir ajaran Gulen disebarluaskan melalui ke-9 sekolah tersebut.

Bahkan, menurut pengakuan mereka, Kementerian Agama telah mengirimkan sebuah surat resmi kepada Universitas Islam Negeri Hidayatullah (UIN) di Ciputat, Jakarta Selatan agar menghentikan kerjasama dengan Gulen beberapa waktu lalu.

“Patut dicatat setelah upaya kudeta yang didalangi oleh organisasi teroris FETO, beberapa negara memutuskan untuk menutup sekolah yang berafiliasi dengan organisasi tersebut. Beberapa negara di antaranya yang melakukan hal itu yakni Yordania, Azerbaijan, Somalia dan Nigeria,” tulis Kedutaan Turki dalam pernyataan resmi mereka.

Hal yang sama juga diharapkan bisa dilakukan oleh Indonesia mengingat kedua negara telah menjalin hubungan yang erat baik karena kemiripan sejarah dan budaya. Selain itu, kedua negara juga terlibat dalam beberapa kerjasama multilateral dan regional seperti PBB, Organisasi Konferensi Islam (OIC), G-20 dan MIKTA.

“Sebagai mitra yang strategis, kami berharap dukungan dari saudara dan teman kami di Indonesia dalam perjuangan melawan organisasi teroris FETO,” tulis mereka lagi.

Bantah terkait

Lalu, apa respons dari sekolah-sekolah itu? Mohammad Haris yang merupakan Kepala Sekolah SMA Semesta di Semarang menolak tegas tudingan Kedutaan Turki itu. Mereka bahkan telah melayangkan surat protes.

“Kami sangat keberatan karena hal itu tidak jelas kebenarannya,” ujar Haris.

Menurut dia, istilah teroris sangat menyakitkan elemen siswa setempat. Sejak awal didirikan, SMA Semesta tidak memiliki ikatan langsung dengan Gullen. Walaupun, dalam sejarahnya mereka pernah bekerja sama dengan pimpinan ormas Pasiad itu.

“Kerjasama dengan Pasiad memang pernah. Tetapi berdasarkan Permen 1 November 2015 kan sudah tidak lagi,” tutur dia.

Tak berhak mencampuri

Sementara, Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan keberadaan ke-9 sekolah itu sudah sesuai dengan aturan perundangan di Indonesia. Oleh sebab itu, isu ini menjadi urusan dalam negeri Indonesia.

“Tentunya kami tidak ingin urusan dalam negeri kita dicampuri oleh siapa pun. Karena kedaulatan itu menjadi penting bagi Indonesia,” ujar Pramono yang ditemui di Istana Negara pada Jumat, 29 Juli. – dengan laporan Fariz Fardianto (Semarang)/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!