
JAKARTA, Indonesia – Sukses dengan Ada Ada Dengan Cinta? 2, duo sutradara-produser Riri Riza dan Mira Lesmana kembali berkolaborasi lewat produksi film terbaru dari Miles Film bertajuk Athirah. Ini adalah film ke-16 hasil kerjasama Riri dan Mira.
Cerita Athirah diangkat dari novel karya Alberthiene Endah berjudul sama. Athirah berkisah tentang hidup seorang perempuan Bugis Makasar bernama Athirah, yang tak lain adalah ibunda dari Wakil Presiden Republik Indonesia saat ini, Jusuf Kalla.
“Potret Athirah begitu menarik. Potret seorang ibu yang harus menghadapi kenyataan hidup yang pahit tapi terus mencari cara untuk mempertahankan harga diri dan keluarganya. Sebuah kisah yang sama sekali tidak mengelu-elukan kehebatan sebuah nama besar ‘Kalla’, tapi justru memperlihatkan luka keluarga yang biasanya ditutupi,” kata Mira Lesmana.
Bermula dari wanita lain
Film Athirah dibuka dengan adegan yang menggambarkan kondisi rumah dan keluarga yang nyaris sempurna. Athirah (Cut Mini) dikisahkan harus pindah dari Bone menuju Makasar bersama sang suami, Puang Ajji (Arman Dewarti) di awal pernikahan mereka.
Di Makasar, mereka membangun bisnis keluarga dari nol hingga besar dan sukses. Semua karena kegigihan Puang Ajji dan ketekunan Athirah. Keluarga yang harmonis ini kerap menghabiskan waktu berdiskusi bersama di meja makan dengan hidangan khas Sulawaesi Selatan yang sungguh menerbitkan selera ketika melihatnya.
Permasalahan mulai menggerogoti keluarga ini ketika Puang Ajji ‘melirik’ wanita lain. Kata Riri, di era tahun 50an saat itu, fenomena lelaki beristri lebih dari satu bukan menjadi hal yang aneh di Sulawesi Selatan.
Satu demi satu konflik bermunculan. Athirah dan keluarganya mulai jadi bahan pergunjingan banyak orang. Anak-anaknya pun harus menanggung ulah sang Bapak. Salah satunya, Jusuf Kalla atau yang akrab disapa dengan panggilan Ucu saat remaja (Christopher Nelwan).
Athirah mulai gundah dan ingin meninggalkan sang suami. Tapi di hati kecilnya, ia masih ingin bersamanya pula. Tarik ulur ini sikap Athirah ini membuat Ucu kesal pada ketidaktegasan sang ibu.
Kehidupan Ucu pun diceritakan sekilas, terutama saat pertemuannya dengan Mufida (Indah Permata Sari). Ucu kesusahan mencuri hati dan perhatian Ida karena latar belakang sang ayah yang menikahi perempuan lain. Tapi seiring waktu, saat dewasa, akhirnya Ida takluk pada usaha dan pesona Ucu.
Singkat cerita, akhirnya Athirah mantap untuk meninggalkan Puang Ajji dan memulai hidupnya bersama kelima anak mereka. Saat itulah, Athirah memiliki ide untuk berjualan sarung.
Semua berawal dari diskusi Athirah dengan ibunya, Mak Kerah (Jajang C. Noer) yang menghadiahi Athirah dengan sarung pemberian mertuanya. Saat itu Mak Kerah pun bertutur bahwa dirinya pun dahulu adalah istri keempat ayah Athirah.
Athirah memulai hidup baru dan sukses berdagang sarung khas Bugis Makasar. Bahkan kesuksesannya pula yang pada akhirnya bisa membantu sang suami yang pailit karena krisis ekonomi. Kegigihan Athirah lah yang pada akhirnya menyelamatkan seluruh keluarganya.
Tentang sarung dan adegan makan bersama
Salah satu yang menarik perhatian saat menyaksikan film ini adalah banyaknya adegan makan bersama dengan hidangan dan menu makanan khas Sulawesi Selatan yang nyaris sama setiap waktu makan tiba.
Kata Riri, justru itulah yang menandakan kehidupan keluarga Bugis yang sesungguhnya. “Saya rasa bukan hanya di kebudayaan Bugis, tapi keluarga manapun di Indonesia, banyak hal penting terjadi saat makan bersama di meja makan.”
“Saya orang Bugis. Jadi saya paham betul soal ini. Di keluarga Bugis itu, setiap hari makan bersama dengan menu yang hampir selalu sama dan semua duduk dengan posisi tempat duduk yang sama setiap hari. Itu juga mengingatkan saya waktu kecil bersama keluarga.”
Adegan makan menjadi penting karena di rumah Bugis pun, posisi ruang makan itu seperti poros. “Kami juga mencari lokasi rumah yang ruang makan dan meja makan jadi porosnya rumah. Jadi pas buka pintu, ruang makan sudah terlihat,” ujar Riri lagi.
Selain adegan makan, scene-scene yang memperlihatkan keindahan sarung Bugis pun sungguh enak dipandang. Riri pun memasukkan adegan pemintalan benang sutera dan proses penenunan kain sarung khas Bugis.
“Itu harganya mahal sekali. Saya, Mini dan Citra (penata kostum) sampai suka berebut pas ketemu sarung yang bagus,” ujar Jajang C. Noer.
“Sarung itu seperti pengikat cerita. Karena adegan awal pun diceritakan betapa sarung pemberian mertuanya sangat dijaga baik oleh Athirah. Sarung yang sama yang kemudian ingin dimusnahkannya ketika mengetahui suaminya berselingkuh. Sampai akhirnya sarung juga yang menjadi penyokong hidupnya,” tambah Riri.
Ditaksir banyak festival film internasional
Seperti halnya kesuksesan film Riri dan Mira yang lainnya, film Athirah ini pun sudah didengar ‘gaung’nya oleh banyak programmer-programmer festival film internasional. Bahkan ketika syuting masih berjalan. Apalagi, baik Riri maupun Mira memang sudah memiliki jejaring luas di industri perfilman internasional.
Meski baru akan tayang pada 29 September mendatang, Athirah sudah dipastikan akan tayang di beberapa festival film internasional.
“Setelah tayang di Indonesia, kami akan langsung menuju Vancouver International Film Festival di awal Oktober, kemudian lanjut ke Busan International Film Festival dan terakhir di Tokyo International Film Festival,” ungkap Mira.
Tapi untuk konsumsi luar negeri, pihak Miles memang sengaja mengubah judul film menjadi Emma’ (Mother).
Tangisan putri Jusuf Kalla
Ada yang berbeda saat penayangan perdana film Athirah untuk kalangan media di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 22 September. Untuk kali pertama, putri bungsu Jusuf Kalla, Chairani Jusuf Kalla atau yang akrab disapa Ade juga turut menyaksikan film ini bersama para wartawan.
Setelah menyaksikan film Athirah, Ade pun tak kuasa menahan tangis. “Waktu ini terjadi, saya masih bayi. Tapi saya sering dengar cerita soal nenek saya. Dari cerita-cerita saya kenal nenek saya sebagai wanita yang baik hati dan tidak pernah marah. Kalau dengar cerita ini saya jadi pengin nangis.”
“Mama saya juga bilang kalau nenek saya adalah mertua paling baik di dunia. Terimakasih Mas Riri karena menuangkan cerita ini ke film yang sangat indah. Sepanjang film saya menangis. Saya tidak kenal nenek saya tapi rasanya dekat sekali di hati,” kata Ade terbata-bata.
Menurut Riri Riza, meski dilatarbelakangi kehidupan ibunda Jusuf Kalla, namun film Athirah ini bukan film biografi. Riri dan Mira sendiri sudah bertemu dua kali dengan JK sebelum proses syuting dimulai. JK dan Mufida pun sempat menyambangi lokasi syuting.
“Pak JK juga sudah menonton film ini sekitar Desember 2015 lalu. Habis nonton, saya diajak makan bebek dan ketawa-ketawa. Kayaknya dia happy, ya. Mudah-mudahan,” kata Riri.-Rappler.com.
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.