Bank Dunia: Ekonomi Indonesia tumbuh meski ekonomi global melambat

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bank Dunia: Ekonomi Indonesia tumbuh meski ekonomi global melambat

ANTARA FOTO

Koefisien GINI Indonesia –yaitu salah satu cara menilai ketimpangan— turun 1,1 poin ke 39,7. Meski masih tinggi, tapi terendah sejak 1997

 

JAKARTA, Indonesia — Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar 5,1% pada 2016. Hal ini didukung oleh perbaikan pengelolaan fiskal, demikian menurut laporan terbaru Bank Dunia yang dirilis pada Selasa, 25 Oktober.

Namun, risiko eksternal seperti pertumbuhan global yang lebih lamban dari yang diharapkan, memiliki risiko turunnya ekonomi Indonesia. Selain itu, risiko eksternal lainnya meliputi ketidakpastian pasar keuangan global.

‘Tax amnesty’ mendapat apresiasi

Dalam ulasan edisi Oktober 2016 Indonesia Economic Quarterly Report (IEQ), Bank Dunia turut mengapresiasi kebijakan pemerintah amnesti pajak (tax amnesty). Penerimaan program amnesti pajak yang lebih besar dari perkiraan awal dinilai telah membantu mengurangi risiko fiskal.

Program tersebut telah meraup 56,6% dari target pada akhir fase 1 yang ditutup pada September lalu. Penerimaan tambahan ini diharapkan dapat menambah belanja modal sehingga membawa dampak positif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Perbaikan tata kelola fiskal, kebijakan publik yang lebih kuat, serta reformasi struktural, termasuk tanggapan tepat waktu terkait harga pangan, telah memberikan hasil positif. Risiko telah menurun dan beberapa indikator membaik,” kata Rodrigo Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, pada Selasa.

“Ke depan, kami optimistis bahwa upaya berkelanjutan untuk mengembangkan pariwisata dan manufaktur akan menghasilkan lebih banyak pekerjaan, meningkatkan pendapatan ekspor, dan semakin mendukung pertumbuhan,” ujarnya.

Mengurangi kemiskinan

Pertumbuhan yang tangguh dan reformasi kebijakan reformasi, menurut Bank Dunia, juga membantu upaya mengurangi kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Indonesia turun 0,4 persentase poin pada kuartal pertama 2016; ini merupakan penurunan tahun-ke-tahun terbesar dalam 3 tahun terakhir. 

Kebijakan yang mendorong penurunan tersebut adalah: Upaya menstabilkan harga beras (termasuk manajemen impor beras dan operasi pasar oleh Bulog), dan perluasan program-program bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan, yang menyalurkan bantuan tunai bersyarat. 

Selanjutnya, koefisien GINI –yaitu salah satu cara menilai ketimpangan— turun 1,1 poin ke 39,7. Meskipun angka ketimpangan ini tetap tinggi, ini merupakan penurunan tahunan terbesar sejak krisis keuangan Asia 1997-1998.

Potensi sektor pariwisata

Dalam laporannya, Bank Dunia juga memaparkan potensi sektor pariwisata Indonesia untuk membuka investasi swasta, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan ekspor, dan memandu investasi infrastruktur yang ditargetkan di daerah tujuan pariwisata.

“Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan industri pariwisata kelas dunia,” kata Ndiame Diop, Practice Manager Bank Dunia untuk Makroekonomi dan Manajemen Fiskal di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik. 

“Namun untuk menghasilkan tujuan industri pariwisata, perlu lebih banyak pembangunan infrastruktur, yang memerlukan koordinasi yang lebih baik antara instansi pemerintah dan sektor swasta.”

Kementerian Pariwisata telah menetapkan target untuk menarik US$10 miliar investasi swasta guna perkembangan 10 tujuan wisata pada 2019. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!