GNPF MUI bantah melewati waktu berunjuk rasa dalam aksi 4 November

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

GNPF MUI bantah melewati waktu berunjuk rasa dalam aksi 4 November

ANTARA FOTO

GNPF MUI mengaku hingga pukul 18:30 WIB mereka masih bernegosiasi dengan Wakil Presiden Jusuf "JK" Kalla di dalam Istana.

JAKARTA, Indonesia – Gerakan Nasional Pendukung Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) membantah telah melanggar kesepakatan dengan Polri dengan tetap berunjuk rasa setelah jam 18:00 dalam aksi Bela Islam jilid 2 pada Jumat, 4 November. Mereka berdalih aksi tetap berlanjut, karena mereka masih terus bernegosiasi dengan Wakil Presiden Jusuf “JK” Kalla di Istana Wapres.

“Aksi memang berlanjut hingga lewat pukul 18:00 WIB, tetapi saat itu kami dalam posisi masih bernegosiasi dengan Wapres, Menkopolhukam, dan Panglima TNI di Istana,” ujar Ustadz Bachtiar Nasir ketika memberikan keterangan pers pada Sabtu, 5 November di Jakarta dan dikutip media.

Bachtiar melanjutkan selama mereka berada di dalam Istana Wapres, massa masih terus menantikan perkembangan dari perundingan. Juru runding GNPF MUI sebelumnya telah dua kali mencoba untuk bertemu dengan Presiden Joko “Jokowi” Widodo, tetapi gagal. Jokowi memilih untuk tetap melanjutkan kegiatannya untuk meninjau pembangunan fasilitas transportasi di Terminal 3, Bandara Soekarno-Hatta.

Pihak Istana sempat menawarkan pertemuan dengan pembantu presiden sebagai utusan resmi Presiden Jokowi. Tetapi, GNPF MUI menolak tawaran itu. Setelah menyambangi Istana untuk kali ketiga, juru runding GNPF MUI ditemui oleh Wapres JK dan beberapa petinggi negara.

“Pukul 18:30 WIB perundingan masih terus berlangsung,” kata Bachtiar.

Sementara, para demonstran di lapangan terdengar mengimbau massa untuk tidak meninggalkan lokasi unjuk rasa, sebelum pemerintah mengambil keputusan untuk menangkap Gubernur non aktif Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama dalam kasus dugaan penistaan agama. Mereka juga mengaku siap jika harus menginap dan berunjuk rasa lebih lama.

Bantah provokasi

Ketika sebagian demonstran sudah mulai pulang ke rumah masing-masing, situasi di depan Istana justru berubah memanas. Unjuk rasa yang semula berlangsung damai, berakhir ricuh. Sebagian massa bertindak anarkis dengan melempari petugas kepolisian dengan batu dan membakar 3 kendaraan milik otoritas keamanan.

Dalam jumpa pers yang digelar pada Sabtu, 5 November, Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Boy Rafli Amar menunjukkan beberapa foto aksi provokasi dan provokator yang memicu kericuhan. Dalam satu foto, terlihat seorang pemuda yang mengenakan atribut Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tengah memukul mobil dengan menggunakan bambu.

Ketua Umum PB HMI, Mulyadi P. Tamsir membantah ada kadernya yang dituding menjadi penyebab kerusuhan di depan Istana Negara. Bendera yang dibawa saat demo 4 November berwarna hijau tua dan tiang benderanya menggunakan bambu belah.

“Foto yang tersebar itu, benderanya berwarna hijau muda. HMI itu (warna benderanya) hijau tua dan kami buat 500 bendera. Tiang bendera juga bambu belah, kalau di foto itu saat pemukulan menggunakan bambu bulat,” kata Mulyadi yang berbicara kepada media di Sekretariat PB HMI di Jakarta, pada Sabtu, 5 November.

Dia turut membantah adanya bentrokan antara massa HMI dengan massa dari Front Pembela Islam (FPI). Mereka mengaku justru ikut menyesalkan adanya insiden kerusuhan dalam unjuk rasa di depan Istana Negara. Akibat kerusuhan itu, melukai 18 personil kepolisian. Satu di antaranya mengalami luka parah karena terkena lemparan batu. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!