Lahirnya kompetisi-kompetisi sepak bola di Indonesia

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Lahirnya kompetisi-kompetisi sepak bola di Indonesia

AFP

Sebelum ada kompetisi, sepak bola hanya dimainkan oleh para bangsawan dan kolonialis. Orang-orang di Hindia Belanda tak mau ketinggalan, mereka ikut mendirikan perkumpulan

Bagian 2 dari 6
BACA Bagian 1: Sejarah sepak bola Indonesia

JAKARTA, Indonesia — Sebelum ada kompetisi, sepak bola awalnya hanya dimainkan oleh para bangsawan dan para kolonialis. Apa yang dilakukan di Eropa — membentuk sebuah klub dan mendirikan perkumpulan sepakbola— juga dilakukan di Hindia Belanda. 

Melihat hal tersebut, para keturunan Tionghoa dan pedagang Arab di Hindia Belanda tak mau ketinggalan. Mereka ikut mendirikan perkumpulan.

Kompetisi era Hindia Belanda

Berdirinya perkumpulan membuat beberapa kota Hindia Belanda saat itu ikut-ikutan mendirikan perkumpulan sepak bola yang resmi.

Kompetisi sepak bola lokal pertama kali diadakan di Surabaya pada 1902, lalu di Batavia pada 1904, dan Medan pada 1907.

NIVB, organisasi sepak bola Hindia Belanda, lahir sebelum PSSI

Pada 20 April 1919, empat federasi sepak bola kota terpenting di pulau Jawa; yaitu Batavia (WJVB), Surabaya (SBV), Bandung (BVB), dan Semarang (Semarangsch Voetbal-bond en Omstreken/SVO) membentuk sebuah badan nasional dengan nama Nederlandsch-Indische Voetbal Bond (NIVB). 

Statuta mereka secara resmi diakui oleh pemerintah Hindia Belanda pada 20 Oktober 1919. NIVB juga diangkat menjadi anggota Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) pada 15 April 1924, dan ditetapkan pada 24 Mei 1924.

Jumlah federasi anggota NIVB meningkat setiap tahunnya. Pada 1930 NIVB telah memiliki 7 anggota federasi, yaitu: 

  • Batavia (VBO)
  • Surabaya (SBV)
  • Bandung (BVB)
  • Semarang (SVO)
  • Malang
  • Yogyakarta
  • Sukabumi

Sedangkan 4 federasi lain tengah dalam proses menjadi anggota, yaitu:

  • Federasi Oost Sumatera (berpusat di Medan)
  • Makassar
  • Banjarmasin
  • Semarang (HNVB)

Pra-kemerdekaan: Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (PSSI)

Tampak depan kantor PSSI di kompleks Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Foto oleh Adek Berry/AFP

Setelah Sumpah Pemuda dikumandangkan pada 1928, kebulatan tekad untuk melakukan pergerakan demi Indonesia merdeka dilakukan oleh berbagai elemen, termasuk melalui ranah sepak bola. 

Tetapi wajah kolonial masih menjadikan eksklusivitas orang-orang Belanda dan tidak menghendaki pribumi menjadi lebih unggul, meskipun melalui sepak bola.  

Fasilitas yang kurang mendukung dibanding prestasi klub-klub Belanda, tidak menjadikan orang-orang Bumiputera patah semangat untuk bersaing dalam dunia sepak bola.

Muncul rasa saling keterkaitan antara klub pribumi satu dan lainnya untuk bersatu. Sebagian dorongan itu dikarenakan kebutuhan persatuan demi persaingan melawan Belanda. Hubungan antarklub tersebut terpengaruh oleh pergerakan nasional yang telah masuk ke dalam kehidupan sepak bola Bumiputera. 

Proses awal masih bersifat sporadis sampai pendekatan untuk bergabung dalam satu panji organisasi.  

Klub perwakilan dari Jakarta dan Bandung sangat setuju dengan cita-cita persatuan sepak bola. Wakil dari Surabaya menerangkan bagaimana inisiatif yang telah dilakukan dengan mendirikan Java Voetbal Bond menjadi pendirian perserikatan yang lebih luas akan selalu didukung sebisa mungkin dilakukan.  

Sisi lain menjelaskan bahwa NIVB secara tegas melarang anggotanya melakukan pertandingan ataupun berkumpul dengan inlander.  

Pada 10-11 April 1930 di Gedung Handrepojo di Yogyakarta dilakukan pertemuan yang menghasilkan pembentukan panitia persiapan dengan ketua H.A. Hamid dan sekretaris Amirnoto agar melakukan konferensi untuk membentuk organisasi sepak bola untuk mengimbangi NIVB.  

Lalu berkumpullah utusan dari 7 perkumpulan di Indonesia dan membentuk Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (PSSI) pada 19 April 1930.

Ketujuh utusan klub sepak bola tersebut antara lain:

  • Voetbal Indonesische Jakarta (VIJ)
  • Bandoengsche Indonesische Voetbalbond (BIVB)
  • Persatuan Sepakbola Mataram (PSM Yogya)
  • Voerslandshe Voetbalbond (VVB Solo)
  • Madioensche Voetbalbond (VVB), Indonesische Voetbalbond Magelang (IVBM)
  • Soerabajasche Indonesische Voetbalbond (SIVB)

Ketua yang terpilih pada pembentukan PSSI saat itu adalah Ir. Soeratin. 

Anggaran Dasar dan sistem pertandingan antarkota dituntaskan pada 1931 dalam konferensi di Solo. Pada kongres delapan tahunan, Soeratin menggagas dan mengajak serta mendidik rakyat melalui sepak bola pada 1938. 

Untuk masalah pendanaan diterapkan iuran anggota, sumbangan donatur, uang hasil pemasukan pertandingan, dan usaha lain yang sah. 

Beberapa sifat terbentuknya PSSI adalah pertama, organisasi ini didirikan karena banyaknya dukungan dari golongan pemimpin gerakan Indonesia sebagai tindak lanjut Sumpah Pemuda 1928. 

Kedua, PSSI merupakan organisasi otonom yang tidak menggantungkan diri kepada kerjasama organisasi sepak bola kolonial seperti NIVB. Pembuktian peristiwa sebagai contoh pertama adalah Gentlemen’s Agreement pada 15 januari 1937 antara PSSI dengan Nedherlands Indishe Voetbal Unie (NIVU), nama baru NIVB. 

Hal itu terjadi karena NIVU yang mengajak PSSI untuk bekerjasama dalam organisasi dan pemantauan perkembangan pemain yang matang. Perjanjian tersebut membuktikan bahwa secara de facto dan de jure hak dan derajat kesamaan antara keduanya. 

Menjelang Piala Dunia 1938 terjadi pembatalan Gentlemen’s Agreement oleh Soeratin karena perselisihan nama kesebelasan yang akan dikirim ke Perancis. Pihak PSSI bersikukuh bahwa wakil di Piala Dunia adalah PSSI bukan NIVU, akan tetapi FIFA mengakui NIVU sebagai wakil Dutch East Indies (Hinda Belanda). 

Soeratin menolak memakai nama NIVU karena ketika NIVU mempunyai hak, maka komposisi pemain yang menentukan adalah orang-orang Belanda. Perjanjian tersebut lantas dibatalkan oleh PSSI.

1931-1994 Perserikatan

Fasilitas olahraga di Stadion Gelora Bung Karno, di Senayan, Jakarta Selatan.  Foto oleh Adek Berry/AFP

Pada 1931, PSSI membentuk kompetisi sepak bola amatir yang dikenal dengan sebutan Perserikatan. Kompetisi ini melibatkan ratusan klub di Indonesia yang dikelola pemerintah daerah dan dibagi menjadi beberapa tingkatan. 

Juara pertama Perserikatan merupakan VIJ Jakarta yang merupakan cikal bakal Persija Jakarta. Kompetisi ini bertahan hingga musim 1993-1994 yang dijuarai Persib Bandung. 

1979-1994 Galatama

Liga Sepak Bola Utama (Galatama) merupakan kompetisi semi profesional pertama yang bergulir di Indonesia. Galatama pertama kali diperkenalkan pada musim 1978-1979.

Galatama bermain dalam divisi tunggal (kecuali pada musim 1983 dan 1990 terdiri dari 2 divisi).  Galatama merupakan pioner kompetisi semi profesional dan profesional di Asia. selain Liga Hong Kong. 

Klub-klub yang berada di kompetisi ini berdiri sendiri dan tidak mengandalkan pendapatan daerah. 

Meski demikian, minimnya animo penonton membuat Galatama sulit berkembang. Pamor kompetisi ini kalah dengan Liga Perserikatan yang mengusung fanatisme kedaerahan. 

Juara pertama kompetisi ini adalah Warna Agung. Kompetisi ini berakhir pada musim 1993-1994 seiring dibentuknya Liga Indonesia yang merupakan penggabungan kompetisi Perserikatan dan Galatama.

1994-2008 Liga Indonesia

Pada 1994, PSSI menggabungkan Perserikatan dan Galatama dan membentuk Liga Indonesia, memadukan fanatisme yang ada di perserikatan dan profesionalisme yang dimiliki Galatama, dengan tujuan meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia. 

Kompetisi ini terdiri dari 4 tingkatan yakni Divisi Utama, Divisi I, II, dan III. Tim pertama yang menjuara kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia adalah Persib Bandung. Liga Indonesia beberapa kali mengalami pergantian format dan jumlah peserta.

2009-sekarang

Sepak bola Indonesia masuk ke dalam era profesional. Format menyerupai kompetisi sepak bola di Eropa diterapkan, yaitu satu musim penuh. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!