Indonesia

Makna bahasa tubuh cagub-cawagub DKI saat berbicara tentang lawan

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Makna bahasa tubuh cagub-cawagub DKI saat berbicara tentang lawan

ANTARA FOTO

Agus terlihat meningkatkan kedipan mata saat menjawab, Djarot mempraktekkan ‘feedback sandwich’, sedangkan Anies menggunakan teknik ‘deflection’. Apa maksudnya?

JAKARTA, Indonesia — Ketiga pasang calon (paslon) gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta telah menyelesaikan rangkaian debat menyambut pemilihan kepala daerah (Pilkada). Debat terakhir berlangsung pada Jumat, 10 Februari, lalu.

Dalam salah satu segmen, ketiga paslon diberi kesempatan oleh moderator debat untuk menyebut keunggulan calon lain. Namun menurut pakar bahasa tubuh, Monica Kumalasari, kata-kata hanya berpengaruh 7 persen. Sedangkan 38 persen berasal dari suara dan 55 persen dari bahasa tubuhnya.

Oleh karena itu, perlu dicermati pula gerak tubuh para paslon ini. Berikut adalah analisa yang Monica sampaikan:

Agus Harimurti Yudhyono-Sylviana Murni

Cagub DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) menjawab pertanyaan dalam debat ketiga Pilkada DKI Jakarta pada 10 Februari 2017. Foto oleh Akbar Nugroho Gumay/Antara

Secara spesifik, Agus menjawab dan menyebutkan keunggulan dan kekurangan para pesaingnya. 

“Saya harus menjawab pertanyaan spesifik tadi supaya clear semuanya. Kalau ditanya apa kelebihan nomor dua, Pak Basuki lugas menyampaikan apa yang dipikirkan, tapi tentunya harus dibedakan antara tegas dengan kasar. Inilah yang jadi pembeda bagi saya. Tegas tidak harus kasar dan tegas tak harus beringas. Tapi tegas itu tetap beretika dan berdasarkan Undang-Undang yang berlaku,” kata Agus.

“Pak Anies adalah orang yang pandai berkata-kata tentunya, dengan teori dan lain sebagainya. Tetapi sampai hari ini saya masih mempertanyakan integritas dan konsistensi beliau sebagai sebagai pemimpin. Kami berdua hadir sebagai alternatif pemimpin baru di Jakarta. Mudah-mudahan bisa memberikan jawaban bagi rakyat,” ujarnya.

Menurut Monica, kedipan mata (blinking rate) Agus meningkat saat menjawab pertanyaan tersebut, menandakan yang bersangkutan sedang melakukan cognitive loading atau berpikir keras untuk bisa menjawab.

Ini juga terlihat dari kalimat pertama yang dia katakan saat menjawab bahwa dirinya harus menjawab supaya clear semua. Monica mengatakan,, ini menampakkan keterpaksaan. 

Agus juga memulai pernyataannya dengan komentar positif dilanjutkan kritik secara pribadi yang menjadi offensive bagi paslon lain. Namun, ia lupa menutupnya kembali dengan rangkuman kalimat yang merupakan motivasi untuk perubahan. Di sini terlihat pengendalian emosi yang masih jauh dari kematangan.

Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat 

Cagub dan cawagub DKI Jakarta Ahok-Djarot memberikan salam usai memberikan pernyataan penutup dalam debat ketiga Pilkada DKI Jakarta pada 10 Februari 2017. Foto oleh Akbar Nugroho Gumay/Antara

Majunya Djarot untuk menjawab, bukan Ahok, menandakan adanya upaya meminimalisir konflik yang bisa terjadi bila sang cagub yang menjawabnya. 

“Untuk paslon satu, mereka berani menyampaikan sesuatu meskipun secara aksi di lapangan itu sulit dilaksanakan tapi yakin banget, yakin banget. Saya mengapresiasi, kami menunggu-nunggu siapa yang bisa menyempurnakan program-program yang kami kerjakan,” kata Djarot.

“Paslon tiga, lebih hebat lagi, pandai membuat suatu opini di awang-awang tapi buktinya susah. Saya ambil contoh, Maaf Pak Anies. Pak Anies pernah menjadi menteri tapi diberhentikan karena tidak cepat mengeksekusi program yang digariskan kabinet,” ujarnya.

“Tapi yang kami petik dari Pak Anies adalah kesabarannya dan kesantunannya. Pak Sandi juga seperti itu, ada kesabaran kesantunan yang ditularkan kepada kami, kemudian mendidik kami untuk berubah karena hidup itu belajar.”

Monica menyebut, Djarot menggunakan teknik “Feedback Sandwich”, yaitu suatu teknik yang digunakan untuk mengkritisi seseorang tanpa menimbulkan ancaman bagi si penerima kritik, namun justu membuat orang yang bersangkutan tergerak melakukan improvement. 

Maksud dari metode ini, seperti layaknya sandwich –yang dimulai dengan roti – kemudian isi dan ditutup lagi dengan roti. Roti lapisan pertama diisi dengan komentar positif – sedangkan isi adalah penyampaian saran – dan roti lapisan bawah diisi dengan penyampaian motivasi. 

Anies Baswedan-Sandiaga Uno

Cagub dan cawagub  DKI Jakarta Anies-Sandiaga memberikan salam usai memberikan pernyataan penutup dalam debat ketiga Pilkada DKI Jakarta pada 10 Februari 2017. Foto oleh Akbar Nugroho Gumay/Antara

“Pertanyaan ini baik, tapi saya ingin menggarisbawahi bahwa pilkada ini bukan soal Anies, Sandi, Agus, Sylvi, bukan tentang Basuki, juga Djarot. Ini tentang warga Jakarta. Kami ingin menggarisbawahi, kami hadir di sini berbeda-beda tapi tujuan kita adalah Jakarta yang warganya merasakan kemajuan, kebahagiaan di situ,” kata Anies membuka pernyataannya.

“Kalau dibandingkan mungkin bisa, saya dengan tiga calon kekayaannya paling tinggi Pak Basuki, Agus, kemudian saya. Tapi untungnya wakil saya lumayan kaya, bisa begitu. Atau disebutkan juga, Agus itu gagah, ganteng dan bisa berenang jauh.”

“Alhamdulillah wakil saya melengkapi, bisa berenang juga, ganteng juga, not bad. Artinya kalau sekadar membandingkan kita bisa lakukan itu. Saya melihat pasangan kami mencoba mengisi. Bang Sandi seperti Usman bin Affan yang sudah kaya, sudah cukup, tapi mengabdikan hidupnya ke politik. Beliau sering menyebebut saya seperti Abu Bakar As-Siddiq.” 

Jawaban Anies seakan mengalihkan konten pembicaraan atau menggunakan teknik yang disebut deflection, yakni ditunjukkan dengan menghindari menjawab langsung. 

Monica mengatakan, hal ini merupakan ciri khas Anies yang nampak juga pada debat yang lalu yaitu mengkritisi pertanyaan itu sendiri. 

Cara ini menimbulkan kesan Anies lebih piawai daripada panelis dalam membuat pertanyaan. Emosi yang terkait dengan statement ini adalah adanya kemarahan (yang dapat dilihat dari nada suara yang meninggi). —Antara/Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!