BNPB: Jakarta masih terancam banjir hingga Maret 2017

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

BNPB: Jakarta masih terancam banjir hingga Maret 2017
Menurut Kepala BNPB Willem Rampangilei penggunaan teknologi menjadi satu-satunya jawaban untuk menghindari kota Jakarta tergenang.

JAKARTA, Indonesia – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan Jakarta belum akan bebas dari ancaman banjir hingga Maret mendatang. Curah hujan di ibukota masih akan turun dalam intensitas tinggi, yang tentu berpotensi menggenangi Jakarta.

“Dari data BMKG, musim hujan masih akan terjadi sampai dengan akhir Maret khusus untuk Jakarta, April baru memasuki masa transisi,” kata dia di kantornya pada Rabu, 22 Februari. (BACA: FOTO: Ketika banjir merendam ibukota dan sekitarnya)

Menghadapi ancaman ini, ia mengatakan sudah menemui Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pembicaraan mereka terkait kesiapan evakuasi dan jalurnya, serta tempat penampungan. Sejauh ini, Willem menilai performa pemerintah provinsi cukup baik.

Pagi ini ia berkesempatan meninjau salah satu tempat penampungan pengungsi di Jakarta Timur, dan menemukan hampir seluruh kebutuhan sudah terpenuhi. Ketersediaan makanan, minuman, obat-obatan, hingga pemulihan trauma memadai. Bahkan ada pula hiburan berupa perpustakaan jalanan bagi anak-anak, maupun layanan cuci barang yang kotor lantaran banjir.

Sistem peringatan dini pun, lanjut dia, sudah terus berjalan sejak tahun lalu. “Sudah diingatkan kalau puncak musim hujan jatuh pada Januari-Februari 2017. Selain itu dari Kementerian PU (Pekerjaan Umum) juga rutin menginformasikan tinggi permukaan air dari pintu air,” kata dia.

Terkait keluhan BPBD Jakarta yang cenderung lambat menayangkan informasi terkait banjir di ibu kota beberapa waktu lalu, Willem meminta maaf. Meski demikian, ia membantah kalau hal tersebut terkait dengan isu politik Pilkada DKI Jakarta 2017 yang masih hangat.

“Jangan sampai bencana dikaitkan dengan isu politik, isu SARA. Tidak boleh itu,” kata dia.

Willem memastikan masyarakat dapat terus memantau situasi ketinggian air maupun banjir terkini di situs BNPB.

Sebab banjir Jakarta

TEMBUS BANJIR. Sejumlah kendaraan berusaha melewati banjir yang menggenangi kawasan Grogol, Jakarta, Selasa, 21 Februari. Foto oleh Rivan Awal Lingga/ANTARA

Terkait tingginya angka bencana banjir di beberapa daerah pada 2 bulan awal 2017, ada tiga faktor penyebab banjir. Pertama, terkait dengan kondisi alam; kedua, peristiwa alam; dan terakhir aktivitas manusia di daerah yang bersangkutan.

“Semua kejadian banjir disebabkan tiga faktor tersebut,” kata dia sambil menyebut perubahan iklim juga ikut berperan.

Musim hujan di Jakarta durasinya terpotong, dari 6 bulan setiap tahun menjadi hanya 4 bulan. Meski demikian, volume hujan dan intensitasnya tak berubah. Karena itulah hujan terasa lebih deras dan dalam beberapa peristiwa lebih ekstrim. Inilah penjelasan di balik dahsyatnya banjir Garut, Bima, dan Jakarta pada tahun ini.

Khusus untuk Jakarta, ada pula pengaruh tertutupnya lahan dan jalur air mengalir. Jumlah air yang tertahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) hanya 15 persen, sementara sisanya langsung dilimpahkan ke dataran lebih rendah.

Sejak tahun 1972-2014, lahan di Jakarta seluruhnya berwarna merah, tidak ada yang berwarna hijau.

“Artinya, Jakarta rawan terhadap banjir,” kata dia.

Selain itu, ada juga perubahan fungsi sungai yang disebabkan pembuangan sampah yang mengganggu dan menyumbat aliran. Kondisi laut yang tengah pasang juga membuat aliran air ke sana tak lancar sehingga ada yang melimpah keluar.

Meski demikian, pemerintah provinsi sudah berupaya untuk memperbaiki. Beberapa hal di antaranya adalah program normalisasi sungai, pembuatan sumur resapan, hingga pembangunan tanggul untuk menahan air dan pemasangan pompa.

Menurut Willem, dengan Jakarta yang sudah berkembang sedemikian rupa, teknologi adalah satu-satunya jawaban menghindari kota tergenang. Dia menilai tidak ada jalan lain kecuali pemasangan pompa maupun teknik mutakhir lainnya. Belanda, kata dia, dapat menjadi rujukan bagus bagi Indonesia terkait masalah kontrol air.

Saat ditanyakan apakah program-program tersebut—yang beberapa di antaranya termasuk menggusur pemukiman pinggir kali—memang sudah tepat, Willem hanya tertawa.

“Kalian jawab saja sendiri lah, apakah terasa dalam beberapa tahun belakangan ini, kondisi Jakarta sudah lebih baik?” kata dia.

Sejak pertengahan Februari 2017, sebanyak 30 kecamatan di ibu kota tergenang air dengan ketinggian beragam. Sebanyak 3 orang menjadi korban jiwa dari bencana ini.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!