Lima tahun mengungsi, kondisi warga Syiah di Sidoarjo semakin memprihatinkan

Amir Tedjo

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Lima tahun mengungsi, kondisi warga Syiah di Sidoarjo semakin memprihatinkan

AFP

Mereka terusir dari kampung halaman dan hidup terkatung-katung di pengungsian.

SURABAYA, Indonesia —  Lima tahun sudah warga Syiah terusir dari desa mereka di Sampang, Madura, Jawa Timur. Kini mereka ‘terjebak’ di rumah susun pengap Jemundo di Sidoarjo. 

“Kami tidak tahu harus berbuat apa,” kata Pemimpin Komunitas Syiah Sampang, Tajul Muluk, di rumah susun Jemundo, Jumat 17 Maret 2017.

Tajul mengatakan saat ini jumlah pengungsi Syiah Sampang yang berada di rumah susun Jemundo berjumlah 81 kepala keluarga, terdiri dari 335 jiwa.  

Mereka mendapatkan uang jatah hidup sebesar Rp 709.000 per bulan untuk setiap keluarga dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Jumlah ini kelewat kecil untuk biaya hidup sebulan.

Karena itu para pengungsi syiah ini kemudian menjadi buruh pengupas kelapa di Pasar Jemundo. Namun pekerjaan ini sudah terhenti sejak beberapa bulan lalu, karena juragan kelapa tak lagi mengirimkan kelapa ke Pasar Jemundo. 

Situasi semakin pelik saat uang jatah hidup dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga tak lagi mengalir sejak dua bulan yang lalu. Tak ada penjelasan dari pemerintah setempat mengenai hal ini.

Pada saat bersamaan kondisi rumah susun Jemundo juga semakin mengkhawatirkan. Saat hujan turun, banyak titik-titik dalam bangunan yang bocor.  

“Air merembes dan setiap saat bisa saja rubuh. Ketenteraman dan keselamatan kami jauh lebih penting dari pada jatah hidup. Kami tidak mau dikubur hidup-hidup tanpa arti,” ujar Tajul.

Warga syiah di rumah susun tersebut juga kebingungan dengan pendidikan anak-anak mereka. Saat ini, kata Tajul, ada 15 anak lulus SD, 6 anak lulus SMA, dan 2 anak lulus SMP. 

“Kami belum tahu akan melanjutkan kemana pendidikan mereka. Kami juga belum mendapatkan akses dan layanan kesehatan BPJS yang memadai,” kata Tajul.

Karena itu ia mendesak pemerintah segera mengembalikan mereka ke Sampang. Sebab di sana mereka bisa bertani seperti yang biasa mereka lakukan sebelum diungsikan ke rusun ini.

Namun, Tajul melanjutkan, dirinya belum melihat ada upaya serius dari pemerintah untuk mengembalikan mereka ke kampung halaman.

Padahal Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin pernah mengunjungi mereka pada Agustus 2014 lalu. Saat itu Lukman mengatakan dirinya optimistis bisa memulangkan para pengungsi Syiah ke Sampang. 

Menteri Lukman, Tajul melanjutkan, bahkan menjanjikan akan membuat road map penyelesaian kasus syiah Sampang. Namun sampai hari ini tidak pernah ada tindakan nyata.

“Kami mendesak agar menteri agama segera mengambil langkah untuk menyelesaikan konflik Syiah-Sunni Sampang dan merealisasikan apa yang pernah diucapkannya,” kata Tajul.

Seperti diketahui, komunitas Syiah Sampang diusir dari kampung halaman mereka di Kabupaten Sampang oleh sekelompok massa anti-syiah. 

Mereka sempat diungsikan ke Gelanggang Olahraga di Sampang akhirnya dipindahkan ke rumah susun Jemundo Sidoarjo, pada 20 Juni 2013. 

Sampai saat ini, setelah hampir lima tahun berlalu, ratusan warga Syiah ini masih terkatung-katung di rumah susun tanpa ada harapan yang jelas. —Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!