Apakah berpuasa diwajibkan dalam agama Buddha?

Wirawan Perdana

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Apakah berpuasa diwajibkan dalam agama Buddha?

ANTARA FOTO

Puasa dalam agama Buddha adalah sebuah kewajiban bagi para bhikkhu seumur hidup mereka. Untuk umat awam, puasa dianjurkan 2 kali dalam sebulan

JAKARTA, Indonesia — Umat Islam di seluruh dunia akan melaksanakan ibadah puasa Ramadan sebentar lagi. Pada pertengahan April lalu, umat Katolik juga melakukan serangkaian puasa menyambut masa pra-Paskah. Tapi, apakah kamu pernah mendengar umat Buddha berpuasa?

Kata “puasa” sendiri berasal dari bahasa Sanskerta, “Upavasa”. Pada awalnya, agama Buddha sendiri berasal dari India. Tentunya, istilah “puasa” sangat dekat dengan agama Buddha.

Lantas, bagaimana hukum puasa dalam agama Buddha?

Puasa dalam agama Buddha adalah sebuah kewajiban bagi para bhikkhu seumur hidup mereka menjadi bhikkhu. Untuk umat awam, puasa dianjurkan 2 kali dalam sebulan (yang ditentukan berdasarkan peredaran bulan), walaupun tidak bersifat wajib.

Puasa dalam agama Buddha dimulai dari tengah hari sampai keesokan harinya. Artinya, bhikkhu dan umat yang melaksanakan puasa, hanya boleh makan pada dini hari sampai pukul 12 siang. Setelah itu, mereka akan kembali berpuasa.

Selain perbedaan pelaksanaan waktu, yang membuat puasa dalam Buddha berbeda dengan puasa dalam Islam adalah diperbolehkannya minum air putih selama puasa. Minum air putih diperbolehkan asalkan tujuan minum air putih bukan karena dorongan keinginan, tapi karena kebutuhan. 

Sebenarnya, puasa dalam ajaran Buddha bukan sebatas tidak makan saja, mengingat bahwa puasa dalam agama Buddha merujuk pada uposattha, yaitu hari khusus untuk umat awam (dihitung berdasarkan peredaran bulan) melakukan atthasila. Lagi-lagi melaksanakan atthasila juga bukan merupakan sebuah kewajiban.

Atthasila adalah 8 latihan moral, yang dikembangkan dari pancasila atau lima latihan moral untuk umat awam. Pancasila berisi pedoman bagi umat awam untuk tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbuat asusila, tidak berbohong, dan tidak mengonsumsi zat adiktif dan memabukkan. 

Di pelaksanaan atthasila, latihan moral itu ditambah dengan tidak makan selewat dari tengah hari, tidak menikmati hiburan dan wangi-wangian, dan tidak tidur di tempat yang mewah.

Pada intinya, tujuan puasa dalam agama Buddha —mirip dengan tujuan puasa dalam agama lainnya— adalah untuk melatih diri mengendalikan nafsu. 

Sudahkah kamu berpuasa bulan ini? —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!