Ibu ini mendonorkan ASI gratis demi bayi yang membutuhkan

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Ibu ini mendonorkan ASI gratis demi bayi yang membutuhkan
Tidak sembarang orang yang boleh menerima donor ASI, kecuali bayi sakit, bayi kembar, bayi yang ibunya meninggal, bayi prematur, atau ibu yang tak bisa menyusui

JAKARTA, Indonesia — Ervian Ikhe Widowati baru saja pulang kerja sore itu. Saat ditemui Rappler di rumahnya, ia sedang beristirahat di ruang tamu.

Di atas mejanya terdapat botol-botol kecil berisi cairan putih. Botol tersebut merupakan pesanan dari sejumlah orang yang membutuhkan tambahan asupan air susu ibu (ASI).

“Botol ini isinya ASI, Mas. Selama ini banyak yang datang kemari buat memesan ASI,” kata Ikhe di kediamannya di Jalan Palapa, Kecamatan Gayamsari, Semarang, Jawa Tengah.

Ia tidak menyangka air susunya begitu melimpah ketika anak keduanya lahir. Apalagi, ia mampu membantu mencukupi kebutuhan gizi bagi para bayi yang baru dilahirkan. Aktivitasnya yang mendonorkan ASI sudah berlangsung sejak September 2016.

Pada awalnya, Ikhe yang baru melahirkan anak keduanya, mengaku kewalahan lantaran air susunya begitu melimpah. Hampir tiap hari payudaranya menghasilkan 10 botol air susu. Ia pun rutin memberi asupan ASI kepada anak kesayangannya tersebut.

“Karena banyak botol ASI yang saya simpan di freezer, maka saya pikir apa salahnya diberikan kepada yang membutuhkan. Itu tanpa dipungut imbalan sepersen pun.”

Di tengah kondisinya yang terus-menerus memproduksi air susu, akhirnya tercetus sebuah ide di kepalanya.

“Saat itu, saya lihat ada tetangga saya yang bayinya sakit-sakitan. Lalu saya coba-coba menawarkan air susu saya biar diminum sama bayinya. Eh, ternyata cocok, kemudian berlanjut sampai enam bulan ke depan. Saya baru berhenti ngasih ASI ketika dirasa sudah mencukupi asupan gizinya,” aku ibu dari Gillby Maleeq Jibrani dan Faleesha Hazna Malayeka ini.

Setelah itu, Ikhe selalu menyimpan air susunya ke dalam botol-botol kecil di mesin pendingin. Setiap botol berisi 90-120 ml. Hal itu dilakukan supaya terlindung dari ancaman bakteri sekaligus menjaga kadar gizinya.

“Karena banyak botol ASI yang saya simpan di freezer, maka saya pikir apa salahnya diberikan kepada yang membutuhkan. Toh suami dan anak tidak keberatan, kok. Itu kan tanpa dipungut imbalan sepersen pun,” kata Ikhe.

“Lagipula yang saya lakukan selama ini tidak mendapat protes dari para orangtua bayi. Ini juga atas saran dari suami, lebih baik diberikan bagi yang membutuhkan ketimbang mubazir,” ujarnya.

Benar saja. Tak lama kemudian, permintaan datang silih berganti berdatangan baik dari tetangga maupun kenalannya. Beberapa warga Kabupaten Wonogiri dan Brebes bahkan tertarik meminta air susunya. Sekali kirim terdapat 60 botol sekaligus yang dikemas dalam kotak sterofoam berlapiskan alumunium foil.

Walau begitu, tak sembarang orang bisa memperoleh air susunya. Untuk mencegah penyalahgunaan donor ASI, ia hanya memberikan air susunya kepada bayi yang sakit, bayi kembar, bayi yang ibunya meninggal dunia dalam persalinan, bayi prematur, serta ibu yang tak bisa menyusui bayinya akibat meminum obat sesuai anjuran medis.

Syarat lainnya, para penerima ASI wajib melampirkan fotokopi KTP, kartu keluarga (KK), dan akta kelahiran anaknya. Hal ini dimaksudkan agar penerima ASI jelas serta dapat menjalin silaturahmi antara kedua belah pihak.

“Yang penting bayinya harus berjenis kelamin perempuan,” ujarnya. 

Ini, kata Ikhe, untuk menghindari hukum perkawinan dalam agama Islam dimana bayi orang lain yang disusuinya nanti berubah jadi anak persusuan. 

“Bayi cowok boleh tapi kalau kondisinya sangat terpaksa sekali,” ungkapnya.

Dengan menyumbangkan air susunya, ia ingin membuktikan kepada semua orang bahwa wanita karir sepertinya juga masih mampu menyusui tanpa putus. Apa yang ia lakukan sekaligus jadi peringatan bagi para ibu muda yang belakangan ini gemar memberikan susu formula ketimbang air susu eksklusif.

“Memberi air susu eksklusif bisa meningkatkan imunitas bayi sekaligus memulihkan kesehatan kita pasca melahirkan,” ujar Pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Demak ini.

Manfaat dari donor ASI ini ternyata juga dirasakan oleh Mira, seorang perempuan yang baru saja melahirkan anaknya. 

“Saya sempat minta air susu kepada Mbak Ikhe karena saya merasa enggak bisa mengeluarkan ASI lebih banyak bagi anak saya,” kata Mira, warga Kelurahan Manyaran Semarang Barat, sembari mengatakan jika dirinya sering mengirim foto-foto bayi lucunya kepada Ikhe sebagai tanda menjalin silaturahmi.

Menuai pro dan kontra

Namun, pemberian air susu kepada bayi-bayi yang membutuhkan bukan tidak mendapat hambatan. Ikhe mengatakan kerap mendapat cibiran. Di Semarang sendiri tak banyak perempuan yang mau mendonorkan air susunya.

Karenanya, ia berharap kepada para ibu yang baru melahirkan supaya bisa mencontoh sikapnya dalam membantu sesama manusia. Meski air susu yang dikeluarkan sedikit, tapi ia menyarankan kepada para ibu senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar dicukupkan air susunya.

“Tetaplah berjuang dengan gigih, berilah ASI sebagai makanan terbaik bagi bayimu. Tutup kuping kalian terhadap omongan miring di sekitar rumahmu. Karena Allah SWT Maha Adil terhadap diri kita yang dilahirkan sebagai perempuan,” tuturnya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah KH Ahmad Daroji mengatakan hingga saat ini tak banyak ibu di Jawa Tengah yang terang-terangan mau mendonorkan air susunya.

Ia menyatakan donor ASI dalam hukum Islam masih diperbolehkan. Asalkan jika sang ibu sedang sakit atau si bayi dalam kondisi membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak.

“Memang tidak dilarang. Tapi pendonor ASI harus berhati-hati jangan sembarangan memberikan air susunya. Sebab kalau air susunya diberikan kepada bayi orang lain, secara otomatis dalam hukum perkawinan Islam sudah terikat jadi anak persusuan,” kata Daroji.

“Artinya bila kelak sudah dewasa nanti, si bayi ini tidak bisa menikah dengan anak dari pendonor ASI. Sudah jadi hubungan sedarah,” ucapnya. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!