Philippine basketball

Meninggalkan zona nyaman demi politik

Ismira Lutfia Tisnadibrata

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Meninggalkan zona nyaman demi politik
Ketiga tokoh ini rela melepaskan kenyamanannya demi berpolitik. Apa saja yang mereka dapatkan setelah terjun ke politik?

JAKARTA, Indonesia – Yunarto Wijaya tidak pernah menyesal meninggalkan pekerjaannya yang bergaji besar di sebuah bank swasta internasional untuk menjadi konsultan politik.

Kini, lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Parahyangan itu menjadi direktur eksekutif di sebuah kantor konsultan politik, Charta Politika. Ia mengaku bekerja di bidang yang disenanginya.

Menurutnya, lebih dari 50 persen waktu manusia dihabiskan dengan pekerjaan. Sementara itu, sisanya dibagi untuk keluarga, teman, dan lainnya.

Hal ini membuatnya berpikir lebih baik dia bekerja di bidang yang membuatnya senang, daripada bekerja dan menghabiskan sebagian besar waktunya bekerja di bidang dimana dia kurang menikmati.

Ditambah lagi, pekerjaan sebagai konsultan politik membuatnya bisa menembus pergaulan di berbagai kelas masyarakat.

“Bekerja sebagai konsultan memungkinkan saya bergaul dari level paling atas sampai paling bawah,” kata Yunarto dalam sesi pembuka yang membahas politik di Festival Indonesia Youth Conference (IYC) 2014 di Jakarta, Sabtu (8/11).

Yunarto pun menceritakan pengalamannya selama menjadi konsultan politik, mulai dari melihat pelajar bersekolah melalui jembatan, masyarakat yang hanya dapat akses air bersih sekali dalam tiga hari, hingga menyaksikan kehidupan kalangan super jetset yang punya kekuasaan dengan uangnya. 

Terlibat langsung dalam pengambilan keputusan

Sementara itu, Yenny Wahid yang merupakan putri sulung Presiden keempat Indonesia, Alm. Abdurrahman “Gus Dur” Wahid mengatakan, keterlibatannya di panggung politik karena melihat bahwa proses politik adalah yang tercepat dalam pengambilan keputusan.

Keputusan yang diambil dalam proses politik itu akan memengaruhi kehidupan manusia Indonesia di masa yang akan datang, termasuk tiga anaknya yang masih kecil. 

Karena itu, Yenny memutuskan untuk terjun dalam politik, selain juga untuk terus memperjuangkan nilai-nilai yang diwariskan oleh ayah, kakek, dan kakek buyutnya, Hasyim Asyari — pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).

Yenny juga mengajak anak muda untuk selalu terlibat dalam berbagai inisiatif untuk mengartikulasikan pandangan, gagasan, dan pemikiran mereka. Ia juga menyarankan sebaiknya anak muda untuk tidak langsung terjun dalam dunia politik praktis tanpa mendapat pengalaman profesional dan masuk kerja di bidang lain. 

Menurutnya, ketika bekerja profesional di bidang lain, anak muda yang akan terjun ke politik akan tahu apa yang akan dibicarakannya, misalnya kalau harus berbicara tentang upah minimum provinsi.

“Travel dulu untuk melihat dunia sehingga terbuka wawasannya,” ujar Yenny, sambil menceritakan pengalamannya travel saat sekolah di Universitas Harvard, Amerika Serikat. 

Di sana, ia melihat proses politik yang memberinya perspektif bahwa keputusan politik yang diambil oleh Presiden George Bush Jr. untuk invasi ke Irak saat itu bisa memengaruhi berbagai kejadian di negara-negara lain, termasuk Indonesia. 

Sementara itu, bagi politisi Partai Golkar dan mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009–2014, Nurul Arifin, politik adalah suatu pilihan dan panggilan. Dia menyayangkan bahwa banyak politisi yang masuk ke sistem politik hanya untuk mendapatkan status namun tidak menjalankan politik sesuai substansinya.

“Bila ingin terlibat dalam proses produksi kebijakan, masuklah ke dalam sistem karena kebijakan dirumuskan dan diproduksi oleh legislasi,” ujar mantan aktris tersebut. 

“Politisi harus hargai [mandat] yang rakyat percayakan pada dirinya dan bekerja sebagai politisi untuk produksi kebijakan yang memihak rakyat. Ini keliatan normatif, tapi ini memang substansinya,” tambah Nurul.

Nurul juga mengakui bahwa politisi mencari kemenangan untuk meraih kekuasaan yang akan digunakan untuk menyejahterakan rakyat.

Ia menekankan politik tak lepas dalam kehidupan sehari-hari. Ia bahkan mengatakan, urusan di tempat tidur pun bisa menjadi politis, seperti keputusan pasangan suami-istri untuk punya berapa anak.

“Politik adalah segalanya, bahkan badan kita pun politik,” ujar Nurul. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!