Minim prestasi di mata Ibunda, Ahok dilantik jadi Gubernur Jakarta

ATA

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Minim prestasi di mata Ibunda, Ahok dilantik jadi Gubernur Jakarta

AFP

'Sampai sekarang saya belum terasa, soalnya dia belum sempurna. Jakarta masih ada yang macet, banjir, dan miskin,' kata sang Ibunda

 

Wajah Ahok terlihat kaku. Bibirnya tertutup rapat. Tak ada senyum di wajahnya. Ia berdiri seorang diri di tengah ruangan. Di hadapannya ada sebuah mikrofon. Ratusan pejabat negara mengenakan batik berada di sekelilingnya. 

Selang tak lama, Presiden Joko “Jokowi” Widodo, mengenakan setelan jas hitam putih, masuk ke dalam ruangan diikuti seorang ajudan. Ia mengambil posisi beberapa meter di depan Ahok. 

Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dari Kementerian Sekretariat Negara membacakan kemudianKeputusan Presiden No. 130 P Tahun 2014 tentang pengangkatan Gubernur DKI Jakarta sisa masa jabatan tahun 2012-2017.

Sebelum pengambilan sumpah jabatan, Jokowi bertanya kepada Ahok, yang memiliki nama asli Basuki Tjahaja Purnama, “Terlebih dahulu saya akan bertanya kepada Saudara, apakah Saudara beragama Kristen Protestan?”

“Ya, saya beragama Kristen Protestan,” jawab Ahok. 

“Bersediakah Anda disumpah sesuai agama Kristen Protestan?” tanya Jokowi. 

“Bersedia,” kata Ahok singkat. 

Ia kemudian meletakkan tangan kirinya di atas Alkitab, dan mengangkat dua jari tangan kanannnya, bersumpah mengikuti apa yang diucapkan Jokowi, “Saya berjanji, akan memenuhi kewajiban saya sebagai Gubernur dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, dan menjalankan segala Undang-Undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya, serta berbakti kepada masyarakat, nusa, dan bangsa.” 

Sebelum Jokowi menutup sumpahnya, Ahok tidak sengaja mendahuluinya. Lalu berhenti di tengah kalimat. 

Jokowi melanjutkan penutupan sumpahnya, yang langsung diikuti Ahok, ”Semoga Tuhan menolong saya.”

Jokowi dan Ahok menandatangani berita acara sumpah jabatan, dan menandakan usainya prosesi pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta, menggantikan Jokowi yang menjadi Presiden RI ke-tujuh. 

Selepas acara, Jokowi menghampiri Ahok. Keduanya bersalaman dan berpelukan. Raut wajah mereka terlihat lega sekarang. Tak ada guratan kekerasan di wajah mereka berdua seperti sesaat sebelum pengambilan sumpah jabatan. 

Seusai prosesi pelantikan, wajah ceria Ahok dapat ditemui kembali saat ia menyapa wartawan yang sudah mengerubunginya.

“Senang rasanya dilantik di Istana,” kata Ahok sumringah. 

“Saya bicara sama Pak Presiden, ini kaya keajaiban dunia. Baru dua tahun dilantik bareng, sekarang Bapak yang melantik saya,” ujarnya.

“Pak Presiden langsung tepuk-tepuk saya, bilang, ‘Kita mana tahu kejadian seperti ini’,” lanjutnya. 

Pada tahun 2012, Ahok dilantik menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Jokowi sebagai Gubernur. Ahok adalah gubernur pertama yang dilantik Jokowi sebagai Presiden di Istana Negara.

Pelantikan gubernur oleh presiden diatur dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Daerah.

Pasal 163 Perppu Pilkada menjelaskan bahwa gubernur dilantik oleh presiden di ibu kota negara. Apabila presiden berhalangan, dapat digantikan oleh wakil presiden. Jika wakil presiden juga berhalangan, makan Menteri Dalam Negeri yang akan melantik gubernur.

Gubernur DKI Jakarta Ahok bersalaman dengan Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo usai acara pelantikan di Istana Negara, 19 November 2014. Foto oleh Bay Ismoyo/AFP

Bubarkan FPI 

Sah dilantik menjadi Gubernur membuat Ahok harus bekerja lebih keras. Pria kelahiran Belitung Timur, 48 tahun yang lalu, siap menggulung lengan baju untuk memperbaiki Jakarta sepeninggal Jokowi. 

“Tugas kita ya reformasi birokrasi. Itu yang utama,” kata Ahok usai pelantikan. 

Selain itu, menurutnya, tugas berat yang menantinya adalah menyelesaikan banjir dan memperbaiki layanan transportasi publik.

Ahok yang dikenal bermulut tajam ini akan tancap gas menjalankan perannya sebagai orang nomor satu di Jakarta. Salah satunya ia akan kembali melelang jabatan untuk pegawai negeri sipil (PNS) pemerintah provinsi (pemprov) DKI Jakarta. 

Ia sadar, dengan temperamennya, banyak pihak yang tidak menyetujui pelantikannya. Namun hal tersebut tak menghambat kinerjanya. 

“Saya kira nggak semua orang bisa disenangin,” akunya. 

“Mau jadi gubernur, mau jadi presiden kan haru 50 persen plus satu. Kalau syaratnya 100 persen pasti nggak ada yang kepilih jadi presiden. Nggak ada yang kepilih jadi gubernur.” 

Beberapa waktu yang lalu, kelompok Front Pembela Islam dan sejumlah organisasi massa berbasis Islam mengadakan demonstrasi menentang Ahok menjadi gubernur. Alasannya, Ahok bukan Muslim dan keturunan etnis Tiongkok. FPI dan ormas lainnya juga menilai perilaku Ahok yang terlihat arogan, kasar, dan tidak bermoral. (BACA: FPI demo tolak Ahok karena arogan dan non-Muslim) 

Sebagai balasannya, Ahok mengirimkan surat rekomendasi pembubaran FPI ke Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Selasa (11/11) pekan lalu. 

“Kita sudah jelas ajukan surat untuk dibubarkan. Dan mereka dalam demonya bukan negosiasi dengan Ahok, tapi menurunkan Ahok. Kalau sudah begitu, mau bagaimana diajak negosiasi?” kata Ahok, Rabu (19/11).

Menurut Ahok, FPI kerap melakukan tindakan kekerasan di Jakarta dan menciptakan moral panic di kalangan masyarakat. 

“Surat ke Kapolri dan Kemendagri sudah jelas untuk meminta dibubarkan. Supaya Jakarta tidak ada lagi ormas anarkis untuk menakut-nakuti orang dan membuat macet,” lanjutnya.

Ribuan anggota Front Pembela Islam (FPI) dan organisasi masyarakat lainnya berdemonstrasi menolak pengangkatan Ahok sebagai Gubernur Jakarta pada 10 November 2014. Foto oleh Adek Berry/AFP

Mencari No. 2

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan, sesuai Undang-Undang, Ahok memiliki waktu 15 hari sejak pelantikan untuk memilih wakil gubernurnya.

“Paling lambat 15 hari Pak Basuki harus mengajukan nama wakil,” kata Tjahjo. 

Ia tak menegaskan kriteria seperti apa calon wakil yang akan menjadi pendamping Ahok, apakah berasal dari partai politik atau tidak. 

“Saya belum bisa ambil keputusan bahwa Jokowi dan Basuki sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur adalah produk politik,” kata Tjahjo.

“Walaupun Basuki berpendapat tidak harus seorang politisi, tetapi saya berpendapat jabatan politis juga harus diperhatikan aspek-aspek politiknya,” lanjutnya. 

Saya rasa nggak semua orang bisa disenangin.

Jokowi dan Ahok maju sebagai calon pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta didukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Gerindra. Kini Ahok sudah keluar dari Gerindra. Dengan demikian partai pengusung, hanya tinggal PDI-P. (BACA: Ahok mundur dari Gerindra)

Beberapa nama sudah dipersiapkan oleh PDI-P sebagai calon orang nomor dua di DKI Jakarta seperti politisi Boy Sadikin, yang juga merupakan anak mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. 

Namun di berbagai kesempatan sebelumnya, Ahok mengungkapkan bahwa ia ingin menjadikan Deputi Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Sarwo Handayani, sebagai pendampingnya. 

“Kalau Perppu Nomor 1 Tahun 2014 sudah berjalan, peraturan penunjukan wakil gubernur di tangan saya, saya akan menunjuk Bu Yani menjadi Wakil Gubernur DKI,” kata Ahok di Balai Kota kepada wartawan, akhir bulan lalu (31/10).

Belum sempurna

Pelantikan Ahok hari ini juga dihadiri segenap keluarga Ahok. Tidak hanya istri dan anak-anaknya, adik dan ibunda Ahok juga datang ke acara bersejarah di hidupnya ini.

Ketika ditanya wartawan mengenai pribadi Ahok di rumah, sang ibunda menjawab bahwa Ahok adalah seorang pribadi yang selalu mencintai negara dan bangsanya.

Ibunda Ahok juga sadar bahwa kebiasaan anaknya berbicara apa adanya sering menjadi bahan berita di media.

“Cinta negara yang berjuang kan nggak masalah [ceplas ceplos] demi negara kita,” kata Buniarti Ningsih, ibu Ahok usai pelantikan. 

Meski khawatir akan keselamatan anaknya selama menjadi gubernur, Buniarti percaya bahwa Tuhan akan menjaganya.

“Pasti Tuhan bisa jaga dia asal dia tetap jujur,” ucap Buniarti.

Namun, ia berpesan pada Ahok untuk terus bekerja keras demi Jakarta dan bangsanya karena selama ini, menurut pandangan Buniarti, kinerja Ahok belum dapat dirasakan. 

“Sampai sekarang saya belum terasa, soalnya dia belum sempurna. Jakarta masih ada yang macet, banjir, dan miskin,” pungkas Buniarti. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!