Ribuan warga Aceh larut dalam doa

Nurdin Hasan

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Aceh memulai rangkaian acara peringatan bencana tsunami dengan doa. Ribuan warga antusias mengikuti acara doa bersama tersebut.

 ACEH BERDOA. Syeikh Ali Jaber, seorang ulama kelahiran Madinah yang menetap di Jakarta, sedang memberikan tausiyah kepada ribuan warga Aceh saat peringatan 10 tahun tsunami di Masjid Raya Baiturrahman di pusat Kota Banda Aceh, Kamis (25/12) malam.  Foto oleh Nurdin Hasan/Rappler

BANDA ACEH, Indonesia – Untuk mengenang 10 tahun bencana gempa dan tsunami yang menewaskan lebih dari 170.000 warga Aceh, ribuan penduduk provinsi paling ujung di barat Indonesia itu, Kamis (25/12) malam, larut dalam doa bersama.

Meski hujan lebat mengguyur, tapi tak menyurutkan warga Aceh mendatangi Masjid Raya Baiturrahman di pusat Kota Banda Aceh, tempat zikir dan tausiyah (renungan agama) digelar. Doa ini digelar sebagai tanda dimulainya peringatan satu dekade tsunami menyusul gempa berkekuatan 9,3 Skala Richter yang berpusat di Samudera Hindia 10 tahun silam itu.

Warga, termasuk perempuan dan anak-anak, berbondong-bondong datang ke masjid bersejarah kebanggaan rakyat Aceh dengan menggunakan bus, mobil, becak, dan sepeda motor, usai shalat Magrib. Masjid dengan kapasitas 8.000 jamaah penuh.

Doa bersama yang diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran, dilaksanakan usai shalat Isya. Kebanyakan kaum pria mengenakan baju koko putih dan peci putih. Hampir semua jamaah perempuan memakai mukena putih.

Gubernur Aceh, Zaini Abdullah, dalam sambutan singkatnya di acara doa bersama itu menyatakan gempa dan tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 telah mengakibatkan masyarakat Aceh larut dalam kesedihan mendalam karena mereka kehilangan orang-orang tercinta.

“Musibah tsunami telah memunculkan simpati dari rakyat Indonesia dan masyarakat internasional sehingga kondisi Aceh sudah pulih kembali. Saya atas nama masyarakat Aceh mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu Aceh,” katanya.

Zaini menambahkan bahwa rakyat Aceh sangat kuat memegang teguh syariat Islam. “Bagi masyarakat Aceh, gempa dan tsunami adalah kehendak Allah dan masyarakat Aceh menerima kehendak Allah tersebut. Bila Allah berkehendak, maka tak ada satu kekuatan pun bisa menghalanginya,” ujarnya.

“Tsunami juga peringatan Allah kepada kita karena banyak perbuatan dan tingkah kita yang jauh dari jalan Allah. Mari kita kenang tsunami sebagai teguran Allah untuk kita kembali ke jalan-Nya yang lurus.”

ACEH BERDOA. Sejumlah warga Aceh larut dalam doa bersama ribuan jamaah lain saat mengenang 10 tahun tsunami di Masjid Raya Baiturrahman di ibukota Banda Aceh, Kamis (25/12) malam.  Foto oleh Nurdin Hasan/Rappler

Ia juga menyatakan bahwa peringatan 10 tahun tsunami harus dijadikan momentum untuk meningkatkan semangat kerja, dan tidak larut dalam kesedihan, sehingga Aceh dapat bangkit dari keterpurukan dalam menggapai kemakmuran bagi masyarakat di daerah tersebut.

Syeikh Ali Jaber, seorang ulama kelahiran Madinah yang menetap di Jakarta, dalam tausiyahnya di acara doa bersama itu mengajak seluruh masyarakat supaya meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Ia juga menyerukan rakyat Aceh tak lupa sejarah karena Islam pertama masuk di wilayah Nusantara, melalui pintu Aceh.

“Indonesia harus bangkit dari Aceh. Kita harus bisa buktikan kepada seluruh dunia bahwa Indonesia bisa bangkit dari Aceh,” ujarnya sambil mengajak para jamaah agar mewujudkan kebangkitan Indonesia dari provinsi yang memberlakukan syariat Islam itu.

Zulfikar, seorang nelayan berusia 55 tahun, yang kehilangan istri dan empat anaknya, mengatakan dia sengaja datang ke acara zikir untuk mengenang mereka yang hilang dalam bencana tsunami.

“Waktu tsunami, saya sedang berada di tengah laut. Mayat mereka tidak pernah ditemukan,” katanya, seraya menambahkan dia telah menikah lagi dan kini mempunyai dua orang anak.

Azhari Hasan, ketua panitia peringatan 10 tahun tsunami, menyatakan puncak acara mengenang satu dekade bencana itu digelar, Jumat pagi, di Lapangan Blang Padang atau Thanks to the World Park. Wakil Presiden, Jusuf Kalla, bersama 35 perwakilan negara sahabat serta puluhan utusan lembaga UN, donor dan NGO internasional ikut hadir. –Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!