Gong Xi Fa Cai: Merayakan Imlek, merayakan keragaman

Johana Purba

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Gong Xi Fa Cai: Merayakan Imlek, merayakan keragaman

AFP

Pada malam Cap Go Meh, semua orang diwajibkan untuk berpesta. Perayaan Cap Go Meh satu alur dengan perayaan Imlek, hanya saja lebih meriah.

 

Semenjak zaman Presiden Abdurrahman “Gus Dur” Wahid, masyarakat keturunan Tionghoa mendapatkan akses yang besar untuk merayakan keragaman mereka dalam satu kesatuan, Indonesia.

Salah satunya adalah perayaan hari tahun baru Cina, atau yang biasa disebut Imlek. Namun tahukah kamu, sebenarnya bagi tradisi Tionghoa, imlek itu tidak dirayakan besar-besaran, lho. Kenapa?

Aslinya Imlek, tahun baru masa bertani, tidak dirayakan karena biasanya diisi sembahyang biar bercocok tanam jadi lancar. Yang dirayakan justru Cap Go Meh, hari kelima belas di tahun baru. Namun bagi peranakan Tionghoa di Indonesia, Imlek jadi suatu tradisi yang dirayakan.

Di bawah ini adalah cara biasanya orang Tionghoa merayakan Imlek.

Persiapan dimulai dari rumah

Rumah sudah dibersihkan, rapi, lalu ada sebuah meja persembahan yang isinya dupa sembahyang, foto-foto anggota keluarga yang sudah meninggal, dan sajian macam buah apel, jeruk mandarin, dodol ranjang, ayam tim, marus (pudding darah ayam), bakut (babi), dan pisang. 

Ini semua untuk persembahan ke leluhur. Setelah itu mereka baru pergi ke klenteng untuk sembayang

Orang keturunan Tionghoa, khususnya penganut Tao, Kong Huchu pada umumnya, akan pergi ke klenteng untuk sembahyang. 

Ada pula tradisi untuk berderma, layaknya orang Muslim yang memberikan zakat. Maka tidak heran kalau jelang Imlek, atau yang juga disebut Sin Cia, banyak pengemis berkumpul di klenteng-klenteng.  

Sajian tadi boleh dimakan oleh penghuni rumah atau tamu. Jadi jangan menganggap sajian tersebut “dimakan oleh leluhur”.

Yusheng

Seorang wanita bersembahyang di Klenteng, di Jakarta. Foto oleh Juni Kriswanto/AFP

Pulang dari klenteng, biasanya diadakan acara makan bersama keluarga. Di zaman modern seperti ini, banyak juga keluarga yang makan malam di luar, karena menunya lebih lengkap dan tentunya tidak repot. 

Salah satu menu yang hanya keluar di malam tahun baru china adalah Yusheng. Biasanya disajikan di restoran Cina, lengkap dengan pramusaji yang mengetahui doa-doanya. 

Yusheng adalah masakan Tiochiu berupa salad ikan segar ditambah irisan halus sayuran seperti wortel dan lobak. Daging ikan yang dipakai adalah irisan ikan tuna atau ikan salem yang sebelumnya bisa sudah direndam dalam campuran minyak wijen, minyak goreng, dan merica. Saus dibuat campuran minyak (minyak goreng dan minyak wijen) dengan tambahan saus buah prem, gula pasir, dan bubuk kayu manis.

Yusheng sendiri dalam bahasa Tionghoa diartikan sebagai simbol kelimpahan dan kemakmuran bagi orang yang memakannya. Cara memakannya, harus diaduk dulu bersama, diangkat tinggi-tinggi oleh seluruh anggota keluarga yang ikut makan. Semakin tinggi yee sang terangkat, maka semakin baik pula peruntungan pada tahun yang baru. Tradisi mengangkat ini disebut lo hei.

Bagi-bagi angpao

Setelah makan malam, biasanya ini hal yang paling ditunggu-tunggu bagi mereka yang belum menikah. Bagi-bagi angpao. 

Angpao diberikan dari orang yang sudah menikah kepada yang lajang, atau tua ke muda. Jumlah besarannya terserah yang memberikan. Harapan si muda atau lajang, sih, makin besar makin baik. 

Umumnya dalam ritual perayaan Imlek, mereka yang merayakan akan mengenakan baju berwarna merah, simbol warna baik. Kemudian tradisi menyalakan mercon di rumah atau klenteng juga bermakna untuk mengusir setan yang ada di sekitar. 

Pertunjukkan barongsai dalam air di Ancol, Jakarta. Foto oleh Romeo Gacad/AFP

Jika kamu juga bertanya, kenapa sih tiap Sin Cia harus hujan? Berdasarkan tradisi lama, tahun baru adalah memasuki musim bercocok tanam. Jadi air akan menyuburkan tanaman. Jika tidak, kering dong.

Cap Go Meh

Hari kelima belas setelah Imlek, itulah yang dinamakan Cap Go Meh. Padi sudah mulai kelihatan bertumbuh dengan baik. Saatnya berpesta. 

Barongsai turun, orang-orang berpakaian baru, persis suasana lebaran.

Perayaan Cap Go Meh satu alur dengan perayaan Imlek, hanya saja lebih meriah. Istilah Cap Go Meh sendiri berasal dari dialek Hokkien yang bila diartikan secara harafiah bermakna 15 hari atau malam setelah Imlek. 

Bila dipenggal per kata, Cap mempunyai arti sepuluh, Go adalah lima, dan Meh berarti malam. Cap Go Meh juga sering disebut Yuan Hsiao Cieh atau Shang Yuan Cieh dalam bahasa Mandarin.

Cap Go Meh meriah, dirayakan pada malam bulan purnama, masyarakat menyaksikan tarian Liong dan Barongsai. Mereka juga akan berkumpul untuk memainkan sebuah permainan teka-teki dan berbagai macam permainan lainnya, sambil menyantap sebuah makanan khas bernama Yuan Xiao. Itu adalah sebuah makanan berbentuk bola yang terbuat dari tepung ketan.

Pada malam Cap Go Meh, semua orang diwajibkan untuk berpesta. Bukan cuma warga yang merayakan saja, namun kita semua.  

Saking membaurnya masyarakat Tionghoa dengan warga lain, bisa jadi kamu juga menikmati kue keranjang, angpao tahun baru atau sekedar menikmati atraksi tarian Liong yang begitu cantik di depan rumah. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!