#IDKeren: Bukan sekadar hashtag, aksi nyata juga diperlukan

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

#IDKeren: Bukan sekadar hashtag, aksi nyata juga diperlukan
Bagaimana netizen bisa menggunakan media sosial sebagai agen perubahan, mengikuti langkah kelompok ISIS.

JAKARTA, Indonesia — Tagar #SaveHajiLulung meledak dan merajai Twitter di dunia hanya dalam sekejap. Nama Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham “Lulung” Lunggana langsung dikenal oleh khalayak. Inilah Indonesia, kata CEO Rappler Maria Ressa, yang mempunyai kekuatan di media sosial yang jarang dimiliki negara lain.

Sayangnya, saat ini pihak yang paling memanfaatkan kekuatan media sosial, bukan masyarakat Indonesia sendiri, melainkan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Menurut Maria, ISIS memanfaatkan hampir semua aplikasi media sosial. 

“Mereka ada di YouTube, Instagram, Tumblr, dan menggunakan memes dengan sangat efektif,” kata Maria saat memberikan presentasi di depan mahasiswa Universitas Bina Nusantara bersama Rappler, Selasa, 17 Maret. Media sosial menjadi semacam “kampanye gratis” bagi gerakan radikal ini. 

(BACA: Highlights Rappler Indonesia at Binus University)

Berdasarkan hitungan kasar, ada 40.000 twit yang menyebut ISIS, saat pasukan radikal ini menyerbu Mosul di Irak Utara. 

Di media sosial, riset Maria menunjukkan bahwa 200 ribu twit tentang ISIS di media sosial setiap hari. Para anggota ISIS juga konsisten menggunakan hastag untuk kampanye mereka. 

Maria menjelaskan, bahwa jika kita bisa merapatkan barisan seperti ISIS, kita bisa melakukan perubahan yang lebih baik. “Jika kita bisa mengorganisasi diri kita sendiri, kita bisa membangun negeri ini. Kita tak perlu menunggu seorang pemimpin untuk memulainya),” ujar Maria. 

10 pemuda tidak cukup, Indonesia perlu media sosial untuk perubahan

“Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia,” begitu kata-kata yang diproklamasikan pemimpin pertama Indonesia Soekarno.

Kutipan itu sepertinya mulai tidak relevan, jika para pemuda di Indonesia masih takut untuk melangkah dan mengkampanyekan sebuah gerakan untuk Indonesia lebih baik, seperti #IDkeren di Twitter

#IDKeren adalah kegiatan offline Rappler Indonesia yang menyasar mahasiswa-mahasiswi di universitas-universitas ternama di Indonesia. Tujuannya agar mereka aktif mengampanyekan isu yang mereka usung untuk akhirnya memulai perubahan di lingkungan sekitar.

Menurut Maria, Indonesia perlu belajar dari Filipina, lewat kasus protes anti korupsi 100 ribu orang lebih yang diorganisir lewat Facebook. Kampanye itu membuahkan hasil.

Rahasianya, “Kekuatan untuk mempengaruhi tidak datang dari berapa banyak followers kamu, tapi dari kekuatan di interaksi,” kata Maria. 

Maria menunjukkan, Rappler di Filipina bekerja sama dengan pemerintah dalam Project Agos. Proyek tersebut dibuat khusus untuk kondisi bencana. Cara kerjanya, salah satunya, Rappler melalui Facebook dan Twitter atau media sosial lain, meminta para reporternya di lapangan dan korban bencana untuk memotret para pengungsi di daerah bencana. Data tersebut akan dioper ke pemerintah yang kemudian akan mengulurkan bantuan.

Dalam keadaan bencana, tak ada listrik, sinyal telepon terputus. Rappler membantu para keluarga korban dengan mengunduh foto dan identitas mereka di Facebook. Cara itu ternyata sangat membantu, warga Filipina banyak yang menemukan keluarga mereka di postingan tersebut. 

Lainnya, Rappler dan tim Project Agos juga membantu seorang ibu yang akan melahirkan di sebuah atap rumah. Ibu tersebut akhirnya bisa diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit. 

Tak sekedar hashtag, perlu aksi 

Proyek itu, kata Maria, bisa digagas di Indonesia. Misal, mengajak para penghuni Twitter untuk mengkritisi pemerintah dalam pemberantasan korupsi dan peduli terhadap kasus Nenek Asyani, seorang perempuan berusia 67 tahun yang dituduh mencuri kayu bakar di hutan Situbondo, Jawa Timur. 

Atau bagi mereka yang ingin mengkritisi gerakan radikal Front Pembela Islam (FPI). “Apa sikap kamu terhadap FPI?” kata Maria. Sikap itu bisa dimulai dari gerakan nyata yang berawal dari media sosial ini.  

Menambahkan keterangan Maria, jurnalis multimedia Rappler Ayee Macaraig, yang berpengalaman meliput korupsi, mencontohkan bahwa kita bisa memulai gerakan pemberantasan korupsi dengan beberapa langkah: 

  1. Tuangkan kritik kamu dalam bentuk gambar atau suara. Sesuatu yang lebih nyata. Kalau perlu, kata Ayee, unggah foto pejabat dengan barang mewah, dan sandingkan dengan pusat pelayanan publik yang buruk. Ini bisa menjadi sebuah provokasi kecil. 
  2. Untuk menjelaskan pada khalayak, kasus korupsi terlalu sulit. Gunakan template yang lebih ramah, seperti infografis. Cara ini bisa memudahkan masyarakat umum untuk membaca isu dan peta korupsi. 
  3. Buat percakapan yang saling terhubung antara satu kritikus dengan kritikus lain. Antara kamu dan teman-teman, keluarga, atau lingkungan sekitar, bagi dengan mereka virus keresahan itu. 

Maria kemudian menutup presentasinya dengan satu catatan. “Kita bagian dari keramaian ini? Lalu apa yang bisa kita lakukan? Saatnya bergerak. Mungkin bisa dimulai dari kampanye bersama Rappler Indonesia dan #IDkeren? —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!