Ngobrol santai dengan ‘mantan Presiden ISIS’ Indonesia

Ahmad Santoso

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Ngobrol santai dengan ‘mantan Presiden ISIS’ Indonesia
Pria ini pernah mengklaim dirinya utusan nomor satu ISIS di Indonesia. Sekarang dia bilang ISIS sudah tamat riwatnya di Indonesia. Seperti apa kisahnya?

 

CIANJUR, Indonesia — Entah untuk keberapa kalinya, Encep Hernawan ditangkap kembali oleh polisi, Sabtu, 21 Maret 2015, yang lalu. Entah untuk demi alasan apa pula, Encep selalu dibebaskan setelah menginap hanya beberapa malam di balik jeruji.

Sabtu itu, ia ditangkap karena dituduh melakukan penipuan, sebuah kasus yang sudah berjalan lama.

Encep, atau Chep Hermawan, dikenal sebagai salah satu pendukung fanatik Negara Islam Irak dan Suriah di Indonesia. Pria 63 tahun ini bahkan mengaku-aku ditunjuk sebagai “Presiden ISIS cabang Indonesia” dalam sebuah pertemuan pada bulan Maret 2014.

Namun kredibilitasnya diragukan. Dua pengamat terorisme menyangkal Encep bahkan memiliki jaringan yang jelas dengan struktur ISIS di Suriah. 

Memberi kuliah tentang ISIS sebelum ditangkap

Hanya satu hari sebelum ditangkap pekan kemarin, Encep sempat mengunjungi Jakarta. Ia menjadi pembicara sebuah diskusi bertajuk “ISIS dan Radikalisme” di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, 20 Maret. 

Menurutnya, radikalisme tidak akan berkembang di tanah air karena cara berjihad tidak cocok dengan gaya Indonesia. “ISIS di Indonesia tidak ada,” tegas Encep seperti dikutip dari Vivanews. Rupanya sekarang, Encep sudah berubah haluan. 

(BACA: WNI pendukung ISIS tersebar di 10 kota Indonesia)

 

 

Ia juga menyebut, ISIS adalah skenario Amerika Serikat yang merasa terganggu dalam upaya invasi ke Timur Tengah. Encep saat ini menjabat Ketua Gerakan Reformasi Islam Komite Penegak Syariah. 

Lalu, mengapa Encep berubah pemikiran soal ISIS? 

Mengunjungi Encep di penjara

Saya mencoba mewawancarai Encep saat ia baru saja mendekam di penjara Kepolisian Resor Cianjur, Senin, 23 Maret. 

(BACA: Densus 88 tangkap 6 terduga fasilitator ISIS

Saat saya datang berkunjung, di halaman depan kantor terlihat 5 kendaraan taktis anti huru-hara. Puluhan polisi bersenjata lengkap dan memakai rompi anti-peluru terlihat di pos pintu masuk menuju kantor. Penjagaan ini tak hanya dilakukan Polres Cianjur, puluhan personel dari Polda Jabar pun hadir serta. 

Setidaknya ada 3 lapis penjagaan saat pembesuk ingin bertemu dengan Encep. Keinginan para jurnalis untuk bisa mewawancarai Encep di dalam penjara pun ditolak oleh polisi. 

Untuk bisa masuk ke dalam sel, saya meminta bantuan kepada keluarga terdekat Encep yang kebetulan hilir mudik keluar masuk sel. Tanpa curiga, polisi pun mengizinkan saya berbincang cukup lama dengan Encep. Berikut intisarinya:

Penangkapan yang terjadi pada Anda, berbarengan dengan penangkapan simpatisan ISIS yang dilakukan Densus 88, namun Anda ditangkap bukan karena kasus itu, tapi karena kasus penipuan. Ada tanggapan?

Tanpa saya jawab pun, Anda bisa mengerti sendiri. Kasus penipuan ini hanya pengalihan dari apa yang saya ucapkan terkait ISIS kepada media beberapa hari terakhir. Lagipula kasus yang saya alami sekarang sudah terjadi sejak lama. 

Sudah ganti tiga Kapolres, kenapa diusut sekarang? Yang tanda tangan surat pemalsuan itu Kang Mamay, namun pakai nama saya. Polisi bisa cek tanda tangan saya seperti apa. Kasus ini dibuat ramai lagi, ya kalau tidak karena ISIS, ya apa lagi.

Di media, Anda berbicara begitu vulgar mengenai soal ISIS, dana, dan jaringannya. Apakah hal yang diucapkan ke media itu 100% sebuah kebenaran?

Saya hanya jawab yang saya tahu saja. Tapi memang beberapa hal, saya rasa ada yang salah persepsi dan dipelintir oleh wartawan.

Jadi Anda merasa kabar pemberangkatan jihadis ke medan perang ini terlalu dilebih-lebihkan?

Saya pikir seperti itu. Dulu waktu Perang Afganistan, ribuan orang Indonesia berangkat ke sana. Tapi pemerintah biasa saja, tidak seheboh seperti sekarang. Karena mereka sadar, tak ada hak untuk melarang.

Menurut Anda kenapa hal itu terjadi?

Kasus ISIS ini beda dengan dukungan kepada Taliban saat perang Afganistan. Kekuasaan ISIS di Irak dan Suriah melibatkan sumber daya minyak yang melimpah, yang tentunya tak disukai oleh Amerika dan dunia Barat. Maka wajar saja saat muncul dukungan atau keberangkatan Indonesia ke Suriah untuk dukung ISIS, semuanya jadi heboh. 

Anda dekat dengan Abu Bakar Ba’asyir. Kecederungannya Ba’asyir dekat dengan Al-Qaeda. Di Suriah sendiri, Jabhat Nusrah (Sayap organisasi Al-Qaeda di Suriah) tak sejalan dengan ISIS dan sering berkonflik.

Lantas kenapa Anda memberangkatkan orang yang mendukung ISIS? Adakah orang yang Anda kirim bergabung dengan Jabhat Nusrah?

Untuk soal itu, saya tidak tahu. Saya hanya bantu mereka yang ingin berangkat ke Suriah untuk berjihad. Mereka minta tolong, ya saya kasih. Soal bergabung dengan ISIS atau Jabhat Nusrah saya tak tahu. Tak pernah ada pembicaraan seperti itu. 

Peta sebaran asal lokasi WNI yang bergabung dengan ISIS. Informasi dari BNPT

Bagaimana dengan jaringan ISIS asal Indonesia yang dipimpin Bahrumsyah? Bagaimana ceritanya Anda terus berkomunikasi dengan mereka? 

Saya memang terus berkomunikasi dengan dia. Terakhir komunikasi itu Februari lalu. Dia yang menghubungi saya. Komunikasinya pun secara langsung, tak lewat perantara. Namun komunikasi ini, komunikasi one way. Satu arah. Jadi saya tak tau cara menghubungi atau ingin mencari dia ke mana. 

Tidakkah hal itu berbahaya bagi mereka dan diri Anda, saat anda berbicara blak-blakan soal hubungan dengan Bahrumsyah ini ke media?

Saya hanya bicara apa adanya. Ke polisi pun saya bicara terbuka. Soal pengiriman ke Suriah, saya hanya sekedar membantu dana. Soal konstruksi dan jaringan yang membantu masuk ke Suriah, saya nggak tahu apa-apa. Cara perekrutan, mengatur jadwal keberangkatan, dan menghubungkan channel dengan orang di sana itu bukan saya yang lakukan. Saya hanya bantu orang yang minta uang untuk berangkat ke sana saja.  

Polisi dan BIN (Badan Intelijen Nasional) mengakui bahwa keterlibatan Anda dengan ISIS adalah bohong besar, numpang isu untuk mencari tenar. Ada tanggapan?

(Hanya tersenyum) 

Terkait dengan jaringan ISIS di Indonesia?

ISIS itu di Indonesia sudah bubar. Tak ada lagi ISIS di sini. —Rappler.com

Ahmad Santoso adalah seorang wartawan yang berdomisili di Surabaya. Ia peduli pada isu sepakbola, olahraga, politik, sejarah, dan budaya.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!