SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia — Enam tahun sudah jemaat GKI Yasmin tidak bisa memperingati rangkaian ibadah minggu Paskah di gereja yang sah dimiliki oleh mereka.
Hampir 100 jemaat gereja ini berdesakan di garasi salah seorang jemaat untuk memperingati Jumat Agung, 3 April 2015.
“Garasi adalah bagian yang paling memungkinkan untuk semua orang bisa melihat pendeta dan menyaksikan tiap bagian ibadah,” kata Bona Sigalingging pada Rappler, Sabtu, 4 April.
Berbeda dengan ibadah Jumat Agung, jemaat ini akan merayakan Paskah di seberang istana, bersama dengan jemaat dari HKBP Filadelfia Bekasi, Minggu, 5 April. HKBP Filadelfia ini mengalami masalah yang sama dengan GKI Yasmin, tergusur dari gereja mereka sendiri.
“Kita akan membagikan telur Paskah dan bunga untuk polisi sebagai tanda simpati pada ibadah Paskah besok,” kata Bona.
GKI Yasmin disegel oleh Pemerintah Kota Bogor setelah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang secara sah mereka dapatkan dibatalkan oleh mantan Walikota Bogor Diani Budiarto. Tak ingin melawan hukum, mereka berjuang melalui pengadilan. Mahkamah Agung memenangkan mereka, dan memerintahkan untuk membuka segel. Meski walikota telah berganti, tak ada tanda-tanda segel tersebut akan dibuka.
Harapan Paskah yang belum juga terpenuhi
Tak berubah harapan Paskah yang disampaikan jemaat GKI Yasmin. Satu-satunya yang mereka inginkan adalah bisa kembali beribadah di gedung gereja milik mereka sendiri, alih-alih harus beribadah diam-diam di rumah jemaat.
“Permintaannya sama, terutama kepada presiden yang baru ini,” kata Bona. “Semoga dia bisa kuat memastikan bahwa hukum dan konstitusi dijalankan.”
Bona mengatakan saat Presiden Joko “Jokowi” Widodo menjabat, jemaat GKI Yasmin sangat berharap padanya. Mereka mengetahui bahwa ketika Jokowi memangku jabatan sebagai gubernur Jakarta, Jokowi mempertahankan Susan Jasmine Zulkifli sebagai lurah Lenteng Agung, meski ditekan oleh kelompok intoleran.
“Kita berharap dalam skala lebih besar, Pak Jokowi kembali menunjukkan keberanian dalam menghadapi tuntutan intoleransi yang mengatasnamakan agama, yang menciptakan tekanan dan teror di Indonesia. Bukan hanya GKI Yasmin, tapi juga Ahmadiyah, Syiah dan Sunda Wiwitan.”
#GKIYasmin ,4 hari jelang Paskah .Pak @BimaAryaS @jokowi_do2 @lukmansaifuddin ,tak berhakkah kami rayakan Paskah ? 🙁 pic.twitter.com/1gm3l80ZwQ
— Renata Anggraeni (@mamahnyaedo) April 1, 2015
Ombudsman minta pemerintah tidak cuci tangan
Berbagai upaya sudah dilakukan oleh jemaat GKI Yasmin. Tak sukses mendapatkan gereja mereka pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, mereka masih berharap pada pemerintahan Jokowi.
Pada Januari 2015, lembaga negara Ombudsman RI memfasilitasi pertemuan antara GKI Yasmin, Walikota Bogor Bima Arya, Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan.
Ombudsman mempertanyakan kelanjutan dari rekomendasi mereka untuk melaksanakan putusan Mahkamah Agung pada Bima Arya. Mereka berharap sebelum Bima Arya digantikan kembali, kasus GKI Yasmin sudah selesai.
“Sayangnya Pak Bima saat itu belum bisa menjawab dengan konkret apa yang menjadi work plan beliau,” kata Bona.
Tak hanya mempertanyakan Bima Arya, Ombudsman juga memperingatkan pemerintah pusat untuk ikut menyelesaikan kasus GKI Yasmin. Kementerian Dalam Negeri sempat mengatakan bahwa ini kewenangan dari Walikota Bogor.
“Kemendagri, diwakilkan oleh (dirjen) Kesbangpol, diingatkan oleh Ombudsman ‘tidak bisa Anda cuci tangan karena tanggung jawab pemerintah pusat untuk memastikan ini (putusan MA) dijalankan’,” kata Bona, mengutip pernyataan Ombudsman.
Sampai saat ini masih belum ada perkembangan baru. GKI Yasmin mendengar bahwa Sekretariat Negara masih mempertimbangkan beberapa opsi, namun masih tidak jelas isinya.
“Pada prinsipnya, kita siap berkomunikasi dengan pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam kerangka mencari jalan terbaik untuk kasus GKI Yasmin tanpa mengesampingkan hukum dan konstitusi, untuk memelihara Bhinneka Tunggal Ika.”
Solidaritas dari Palestina
Perjuangan bertahun-tahun GKI Yasmin tak hanya mendapatkan simpati dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri.
Tak sekedar ucapan dan dorongan yang menuntut Pemerintah Indonesia membuka segel GKI Yasmin, mereka mendapatkan bingkisan dari Holy Family Catholic Church di Ramallah, Palestina.
“Saya kira, salah satu yang berkesan pada ibadah kemarin, kita menggunakan cawan anggur untuk perjamuan yang merupakan bingkisan dari Holy Family Catholic Church sebagai tanda solidaritas untuk GKI Yasmin.”
Yang jauh peduli, akankah yang dekat juga peduli? — Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.