Indonesia dan Norwegia teruskan kerja sama bantu Afganistan

Adelia Putri

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Indonesia dan Norwegia teruskan kerja sama bantu Afganistan
Di hari pertama Konferensi Asia Afrika, perwakilan dari Indonesia dan Norwegia menjelaskan rencana kerjasama kedua negara untuk membantu Afganistan.

JAKARTA, Indonesia— Perwakilan Indonesia dan Norwegia berjanji meneruskan kerjasama segitiga untuk membantu Afganistan. 

“Ini adalah komitmen Indonesia dan Norwegia untuk membantu pembangunan di Afganistan. Kami sadar, untuk efektif, tidak hanya melibatkan negara berkembang, tapi juga mengajak negara maju, seperti Norwegia,” ujar Direktur Jenderal Amerika Eropa Kementerian Luar Negeri Dian Triansyah Djani, Minggu pagi, dalam Konferensi Asia Afrika di Jakarta.

“Kerjasama kami membantu di berbagai macam kegiatan, seperti pelatihan polisi, pelatihan untuk guru, dan kami akan mencari bidang lain dan berharap dapat bekerja sama dengan yang lain pula.”

“Sebenarnya kerja sama ini masuk akal. Indonesia punya banyak hal yang bisa ditawarkan. Kita tidak bisa melakukan semua hal untuk semua orang tapi melakukan hal bersama-sama, kita bisa melakukan sesuatu yang lebih,” ujar Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Stig Traavik.

“Indonesia punya kelebihan, salah satunya di bidang toleransi, ini penting bagi daerah konflik.”

Bulan lalu, misalnya, 18 guru dari Afganistan datang ke Universitas Pendidikan Bandung selama tiga bulan untuk belajar bagaimana mendidik anak-anak berkebutuhan khusus. Selain itu, Indonesia dan Norwegia juga sudah melakukan berbagai program di bidang kesehatan publik, beasiswa, administrasi publik, reformasi birokrasi, training diplomatik, pengurangan kemiskinan, dan lain-lain.

Kerja sama ini dimulai sejak 2013. Joint statement yang diadakan pada KAA kali ini untuk menguatkan komitmen kedua negara untuk menjalankan kerja sama.

“Saya sampaikan terima kasih dan apresiasi bagi kedua negara,” kata Kuasa Usaha Afganistan untuk Indonesia Amarullah Salim. 

Kerja sama segitiga ini, menurut Dian, dilakukan berdasarkan permintaan dan disesuaikan dengan keadaan Afganistan.

“Kami juga menjunjung equality dan mutual benefit. Bukan hanya bagi mereka, tapi ke kita juga. Misalnya, mereka bisa membagi kearifan lokal.

“Ini adalah sesuatu yang baru,” kata Traavik. “Kami masih belajar sambil melakukannya. Semua harus dilakukan dengan tahapan-tahapan, tak perlu terburu-buru.”

Mengapa Afganistan?

“Norwegia sendiri memberikan bantuan US$100 juta per tahun untuk Afganistan, dalam bentuk dana, pelatihan, dan bantuan militer. Kami melihat situasi di sana sudah sangat ekstrim dan butuh bantuan dari dunia. Kami juga melakukan hal yang sama bagi Palestina. Dunia semakin terhubung, penderitaan satu negara adalah penderitaan bagi negara lain,” kata Traavik.

“Masalah utamanya bukan uang, tapi bagaimana kita menemukan apa yang bisa dilakukan bersama dan menjalin hubungan serta kerja sama dari sana. Tidak semua masalah bisa diselesaikan hanya dengan memberikan dana. Harus ada niat dan usaha yang lebih.”

Tapi, apa untungnya bagi Indonesia, yang sebenarnya masih punya banyak masalah di dalam negeri?

“Meskipun mereka berada di daerah konflik, tetap ada manfaat yang bisa kita ambil. Mereka bisa berbagi keahlian di berbagai bidang. Mungkin tidak tampak, tapi ketika kita berdiskusi, banyak yang bisa kita dapat,” ujar Dian.

“Kita lihat dari niatnya. Kami ingin mendorong kerja sama di negara-negara selatan. Kami tidak bicara nominal, ini kan saudara kita yang harus dibantu.” —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!