Mengapa sanksi FIFA untuk PSSI tak selalu buruk?

Ahmad Santoso

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mengapa sanksi FIFA untuk PSSI tak selalu buruk?

AFP

Kamerun, Bosnia, dan Brunei, adalah negara yang pernah diberi sanksi oleh FIFA. Tapi mereka bangkit. Mungkinkah Indonesia bisa mengikuti jejak mereka?

Untuk bisa melompat lebih jauh terkadang kita perlu mundur satu langkah. Rehat sejenak. Mengambil aba-aba dan melompat maju ke depan, atau mungkin berlari. 

Hal itulah yang mestinya dilakukan dalam kepengursan sepakbola negeri ini. Kebijakan Menteri Pemuda Olahraga Imam Nahrawi yang membekukan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah upaya untuk melompat lebih jauh. Patut diapresiasi.

(BACA: Palagan terakhir Menpora Imam Nahrawi)

Ancaman sanksi Fédération Internationale de Football Association (FIFA) selalu jadi alat saat pemerintah hendak mengintervensi. Apa yang sering diucapkan PSSI itu terkadang basi, mengingat hal yang sama dan berulang-ulang selalu diucapkan federasi sepakbola di belahan negara lainnya saat hendak diintervensi.

Ketahuilah, kasus antara perseteruan pemerintah versus federasi sepakbola ini bukan hal yang baru. Di beberapa negara lain juga lazim terjadi. Namun, sesuatu hal pahit yang mesti dikatakan kepada pengurus PSSI adalah statistik berbicara bahwa pasca ban dari FIFA nyatanya tak semerta membuat sepakbola mereka hancur lebur seketika. Ranking di FIFA pun tak melorot tajam hingga angka dua digit. 

Pada beberapa negara yang terjadi malah sebaliknya. Sanksi membuat mereka bangkit. Pelan tapi pasti perubahan terjadi di tim nasional, dan hal itu dibuktikan lewat apa yang dilakukan 3 negara di bawah ini. 

Konflik pemerintah vs federasi di Kamerun

Pada 4 Juli 2013, Federasi Sepakbola Kamerun (Fecafoot) diberi sanksi oleh FIFA. Alasannya karena pemerintah mengintervensi pemilihan ketua umum Fecafoot. 

Mirip seperti di Indonesia, pemerintah Kamerun turun tangan karena Iya Muhammad terpilih lagi menjadi ketua umum. Sosok ini adalah rezim yang lama menguasai Fecafoot. 

Anehnya, saat terpilih, Muhammad sedang berada di penjara karena kasus korupsi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).  

Karena geram, Fecafoot pun dibekukan dan mengangkat ketua baru versi pemerintah. Hal ini membuat sanksi turun dari FIFA. Lucunya, sanksi ini hanya bertahan 23 hari. Pada 27 Juli 2013, sanksi ini dicabut oleh FIFA.

Upaya untuk membuat FIFA lunak ternyata teramat mudah setelah memecat dan menghapus rezim lama. Kementerian Olahraga Kamerun membentuk tim normalisasi dengan restu dari FIFA. Setelah kepengursan baru terbentuk, Menpora kemudian cabut. Simple.

Dalam soal prestasi, statistik yang termudah diliat adalah ranking FIFA. Februari 2013, Kamerun menempati peringkat 79. Pada bulan inilah awal percikan federasi dan pemerintah bermula. Setelah sanksi turun dan dicabut FIFA, serta federasi direvolusi bulan Juli 2013, pada bulan Agustus ranking Kamerun melonjak naik jadi posisi 50. Naik 29 peringkat.

Sanksi FIFA bikin Bosnia bersatu

Negara pecahan Yugoslavia ini dihukum per 1 April 2011, alasannya karena memiliki tiga presiden asosiasi sepakbola ( NFSBiH) untuk mewakili etnis Bosnia, Kroasia, dan Serbia. Dalam hal ini Bosnia melanggar statuta FIFA bahwa presiden federasi hanya boleh dijabat satu orang.

Melunak, Bosnia memilih taat. Alhasil 30 Mei 2011 sanksi tersebut dicabut dari FIFA.

Ini artinya, sanksi FIFA untuk Bosnia tidak berlangsung sampai dua bulan.

Munculnya sanksi ini membuat federasi semakin solid, tak ada lagi pengklasifikasian pemain berdasarkan etnis.

“Sudah jelas bahwa tim sepakbola kami bisa dan harus menjadi contoh yang baik bagi para politisi, Mereka telah mendirikan tujuan mereka dalam hal olahraga dan semua perbedaan telah dikesampingkan,” puji jurnalis Bosnia Sasa Ibrulj kepada Al-Jazeera

Pada ranking FIFA Maret 2011, Bosnia terperosok ke peringkat 56. Setelah bebas dari sanksi, ranking mereka semakin naik. Puncaknya pada September 2013. Untuk pertama kalinya Bosnia masuk sebagai tim 20 besar dunia menduduki ranking 20. Sebelumnya hal ini tak pernah terjadi dalam sejarah sepakbola mereka. 

Korupsi bikin pemerintah Brunei bentuk federasi baru

Hampir dua tahun, kurang Brunei Darussalam absen dari kancah sepakbola Internasional. Pada 29 September 2009 mereka di-banned FIFA. 30 Mei 2011 hukuman itu dicabut.

Brunei adalah contoh kasus negara yang di-banned FIFA paling lama.

Hukuman dari FIFA bermula saat pemerintah mengintervensi BAFA (PSSI-nya Brunei). Alasan pemerintah melakukan itu karena BAFA dituding lembaga korup yang sering menggelapkan dana penjualan tiket.

Saat diminta untuk diaudit, BAFA selalu mangkir. BAFA pun dibekukan pemerintah seketika. Masyarakat senang, pemerintah lalu bentuk federasi baru dengan nama Football Federation of Brunei Darussalam (FFBD).

Tak terima dengan hal ini, FIFA menghukum Brunei. Tak peduli FIFA, Brunei maju dengan jalannya sendiri lewat organisasi FFBD. Setelah vakum hampir 16 bulan, awal 2011 FIFA mengutus Direktur Asosiasi Anggota dan Pengembangan Thieery Regnas untuk mengajak Brunei kembali ke pangkuan FIFA.

Dibentuklah tim normalisasi yang dipantau Asian Football Confederation (AFC) dan FIFA. Keinginan FIFA untuk kembali mengaktifkan BAFA ditolak keras oleh Brunei. Alhasil, FFBD organisasi yang dulu dicap ilegal pun akhirnya diakui secara resmi jadi anggota oleh FIFA.

Sebelum di-banned FIFA, Brunei mandeg di peringkat 192. Di-banned otomatis pertandingan internasional mereka tak diakui oleh FIFA dan tak akan dikonversi jadi poin. Brunei melorot ke peringkat 202 dari 209 negara. Usai kembali diterima FIFA pada 2011, Brunei langsung merangsek ke posisi 182.

Berkaca dari apa yang dilakukan oleh Kamerun, Bosnia, dan Brunei, lantas jalan manakah yang akan ditempuh Menpora Imam Nahrawi: Membentuk tim normalisasi, merangkul mempersatukan semua elemen PSSI, atau membubarkannya dan membentuk federasi yang baru? —Rappler.com 

Ahmad Santoso adalah seorang wartawan yang berdomisili di Surabaya. Ia peduli pada isu sepakbola, olahraga, politik, sejarah, dan budaya.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!