Dua bulan terakhir, 2 gajah Sumatera mati di Aceh

Nurdin Hasan

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Dua bulan terakhir, 2 gajah Sumatera mati di Aceh
Konflik gajah dan manusia meningkat dalam 10 tahun terakhir. Sebagian besar diduga terjadi akibat pembukaan lahan yang dilakukan di jalur lintasan gajah dan perburuan gading.

BANDA ACEH, Indonesia – Seekor gajah Sumatera liar jantan berusia sekitar 15 tahun kembali mati di Aceh, sehingga dalam bulan ini sudah dua ekor satwa yang dilindung itu mati di provinsi ujung barat Indonesia itu.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Genman Suhefti Hasibuan mengatakan bahwa gajah tanpa gading mati saat dalam penanganan medis akibat luka kaki kanan di Desa Seumamah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Senin, 20 April, sekitar pukul 17:30 waktu setempat.

“Kaki kanan depan gajah itu mengalami luka akibat terkena jerat kawat seling, tetapi belum diketahui apakah jerat sengaja dipasang untuk menjerat gajah atau bukan,” kata Genman pada Rappler, Rabu, 22 April.

(BACA: 11 ekor gajah ditemukan mati di Aceh selama 2014)

Selama ini, ungkapnya, warga setempat sering memasang jerat untuk menjerat babi hutan atau rusa. “Kebetulan gajah yang menginjak jerat itu. Jika manusia lewat di situ, bisa juga terkena jeratan,” ujarnya.

Menurut dia, gajah itu ditemukan berada di areal perkebunan warga dua pekan lalu tapi tak dapat dipastikan apakah terkena jeratan di lokasi itu. Saat ditemukan warga, kaki kanan gajah naas itu dalam kondisi luka parah.

Tim BKSDA dan aktivis lingkungan Wildlife Conservation Society (WCS) yang turun ke lokasi segera memberikan pengobatan. Setelah dirasa sudah mulai agak pulih, gajah itu dilepas kembali ke hutan.

Dua hari kemudian, tim kembali turun untuk melakukan pengobatan lanjutan, tetapi “mendapat rintangan dari warga.” 

“Malah, peralatan kita sempat dirusak,” aku Genman.

Genman menduga adanya rintangan warga itu karena mereka marah kepada BKSDA. Sebab di kawasan pedalaman Aceh Timur itu sering terjadi gangguan kawanan gajah. (BACA: Petani tewas diamuk gajah di Aceh)

Pada 19 April, tim BKSDA yang dibantu personel dari Polres Aceh Timur dan Brimob kembali turun ke lokasi untuk memberi tindakan pengobatan lanjutan. Menurut Genman, tim BKSDA juga turut membawa dua ekor gajah jinak karena gajah sakit rencananya hendak dievakuasi ke Pusat Pelatihan Gajah (PPG) di Saree, Kabupaten Aceh Besar, untuk mendapatkan perawatan intensif.

“Tapi pada Senin siang saat hendak dilakukan tindakan pengobatan lanjutan, kondisi gajah makin lemah. Obat yang disuntik tak direspon sehingga akhirnya gajah mati,” kata Hasibuan. (BACA: Ibu rumah tangga tewas diinjak gajah di Aceh)

“Menurut dokter hewan BKSDA Aceh, luka pada kaki kanan sudah sangat parah dan diduga kuman-kumannya telah menyebar ke tubuh gajah sehingga tidak merespon tindakan medis.”

Ini adalah kasus kematian gajah kedua di Aceh dalam bulan ini. Sebelumnya, seekor gajah jantan dewasa ditemukan mati di Kabupaten Aceh Barat, awal April lalu. Ketika ditemukan, kedua gading gajah sudah tidak ada lagi dan bagian kepalanya dipotong.

“BKSDA bekerjasama dengan polisi sedang mengusut kasus pembunuhan gajah yang diduga akibat ditembak untuk diambil gadingnya,” katanya.

Konflik gajah dan manusia juga meningkat dalam 10 tahun terakhir. Menurut BKSDA Aceh, sebagian besar konflik terjadi akibat pembukaan lahan yang dilakukan di jalur lintasan gajah dan perburuan gading. Tahun 2014, sedikitnya 11 ekor gajah Sumatera mati di Aceh.

Akibat konflik manusia dan gajah juga telah mengakibatkan empat warga, termasuk seorang perempuan, tewas karena diamuk gajah dalam enam bulan terakhir di Aceh. Banyak kebun warga juga rusak karena diinjak-injak kawanan gajah. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!