SBY koreksi Jokowi soal hutang IMF, siapa yang benar?

Haryo Wisanggeni

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

SBY koreksi Jokowi soal hutang IMF, siapa yang benar?
SBY mengoreksi Jokowi yang menyebut bahwa Indonesia masih memiliki hutang terhadap IMF. Siapa yang benar?

JAKARTA, Indonesia — Pada Selasa pagi, 28 April, mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memang dikenal aktif di jejaring sosial, mencuit melalui akun Twitter @SBYudhoyono miliknya.

Presiden keenam Indonesia ini mengoreksi pernyataan penerusnya, Presiden Joko “Jokowi” Widodo yang mengindikasikan bahwa saat ini Indonesia masih “meminjam uang” kepada lembaga dana moneter internasional (IMF).

Jokowi menyampaikan hal ini saat merespon pertanyaan media tentang apakah dirinya anti terhadap lembaga keuangan internasional dalam struktur perekonomian global saat ini yaitu Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB) dan IMF. 

“Siapa bilang kita anti, kan kita masih pinjam ke sana” ujar Jokowi sesaat sebelum berangkat ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Malaysia.

Pertanyaan ini sendiri mengemuka pasca dalam pidatonya saat membuka Konferensi Asia-Afrika (KAA) 2015 lalu, Jokowi mengangkat urgensi dilakukannya reformasi struktur perekonomian global yang saat ini masih sangat bergantung pada keberadaan Bank Dunia, ADB dan IMF.

(BACA: Dukung AIIB, Jokowi  mendayung di antara dua karang)

Hal ini, menurut SBY, keliru, karena sejak tahun 2006 Indonesia tidak lagi berstatus sebagai pasien IMF dan telah melunasi hutang-hutangnya bahkan empat tahun lebih cepat dari jadwal yang ditentukan semula.

Berikut kutipan pernyataan SBY:

“Ada 3 alasan saya mengapa keputusan dan kebijakan itu saya ambil.

Pertama, pertumbuhan ekonomi kita waktu itu telah berada dalam tingkatan yang relatif tinggi. Jadi aman untuk menjaga ketahanan ekonomi makro dan sektor riil kita. Di sisi lain, di samping kekuatan fiskal kita aman, dari segi moneter cadangan devisa kita juga relatif kuat.

Kedua, dengan telah kita lunasi utang IMF tersebut, kita tidak lagi didikte oleh IMF dan negara-negara donor. Tidak didikte dalam arti perencanaan pembangunan kita termasuk APBN dan juga penggunaan keuangan kita, tidak harus mendapatkan persetujuan dari IMF.

Sedangkan alasan yang ketiga, selama Indonesia masih punya utang kepada IMF, rakyat kita merasa terhina. Dipermalukan.”

Siapa yang benar?

Bila kita periksa data Bank Indonesia (BI) tentang posisi hutang Indonesia saat ini, pernyataan SBY ada benarnya. Pada tahun 2006, Indonesia memang sudah tidak lagi mencatatkan hutang luar negeri (baik dari sektor pemerintah maupun swasta) kepada IMF (lihat tabel di bawah, pada kolom tahun 2006 dan baris IMF).

Sumber: Bank Indonesia

Namun demikian pada bulan September tahun 2009, saat SBY memasuki masa jabatannya untuk periode kedua, kembali tercatat hutang kepada IMF (lihat tabel di bawah pada kolom “Sep” dan baris IMF)

Sumber: Bank Indonesia

Jadi SBY yang keliru?

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro justru membenarkan pernyataan SBY meskipun juga mengklaim bahwa pernyataan Jokowi yang beredar ke media adalah hasil salah kutip. 

“Enggak ada utang IMF. Yang bilang kita masih punya utang ke IMF itu salah kutip,” tukasnya usai menjadi narasumber dalam Seminar di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI), Selasa.

Kalau kita memang sudah tidak berhutang kepada IMF, lalu mengapa catatan BI menunjukkan yang sebaliknya?

Merujuk pada pernyataan Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Yenny Soetjipto, bisa jadi yang tercatat adalah promisory note atas iuran keanggotaan Indonesia di IMF.

Manajer Riset Fakultas Ekonomi UI Fithra Faisal membenarkan hal ini meskipun ia juga mengakui bahwa promisory note memang sebaiknya tidak dicatat sebagai hutang.

“Pernyataan Menteri Keuangan benar, karena yang tercatat itu adalah promisory note. Baru tercatat setelah September 2009 karena sebelumnya belum dibayarkan oleh Indonesia. Istilahnya memang membingungkan dan BI seharusnya tidak mencatat itu sebagai hutang” jelasnya.

“Jadi pernyataan SBY benar adanya,” demikian Fithra menutup perbincangan.

Departemen statistik BI sendiri hingga saat ini belum bisa kami hubungi untuk mengonfirmasi hal ini.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!