Mimpi tanding ulang Mayweather vs Pacquiao

Kokok Herdhianto Dirgantoro

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mimpi tanding ulang Mayweather vs Pacquiao

EPA

Mayweather susah payah meladeni Pacquiao. Sebagai petinju pemegang rekor 47 pertandingan, sangat menyedihkan dia harus bertanding dengan gaya pengecut.

Dalam sebuah adegan di film dokumenter On Freddie Roach, pelatih hebat itu ditanya wartawan mengapa Manny Pacquiao tak kunjung bertanding melawan Floyd Mayweather. Roach menjawab ringan, “I think he’s (Mayweather) afraid.”

Tak dinyana, pertarungan Pacquiao versus Mayweather sungguh terjadi, Minggu, 2 Mei. Sesuai prediksi Roach, Mayweather memperlihatkan ketakutannya untuk bertarung rapat dengan Pacquiao. Tapi tentunya Roach tak mengira jika hasilnya ternyata Pacquiao kalah angka kontroversial.

Menyedihkan bagi saya yang mendukung Pacquiao dan melihatnya kalah dengan margin yang cukup jauh. Satu juri memberi angka 118-110, dua juri 116-112. Agak berat sebelah menurut saya.

Photo by Natashya Gutierrez/Rappler

Namun demikian saya melihat Mayweather susah payah melakukan berbagai strategi. Beberapa yang saya tabulasi antara lain:

  1. Provokasi untuk memancing emosi. Beberapa kali saat clinch, Mayweather menahan kepala Pacquiao dan mengempit tangan agar tak bergerak. Sayangnya, Pacman hanya senyum dan fokus pada kombinasi pukulan.
  2. Body blow untuk mengurangi kecepatan lawan. Mayweather saat clinch atau jarak rapat kerap memukul rusuk kanan dan kiri Pacman. Sesekali jab ke perut dan ulu hati. Tujuannya agar organ pernafasan terganggu. Ini juga tidak sukses. Pacquiao adalah cardio machine yang pernafasannya tak terganggu selama 12 ronde pertandingan.
  3. Menguras stamina. Sebagai petinju bergaya orthodox, secara teori, kaki kiri Mayweather akan beradu dengan kaki kanan Pacman yang kidal. Akan lebih menguntungkan jika kaki kiri Mayweather berada di sisi luar kaki kanan Pacman. Tujuannya, untuk memudahkan pukulan kiri Mayweather karena Pacman akan berada di sudut mati, di mana dia tak bisa melihat pukulan terutama pukulan tangan kiri. Nyatanya dari ronde 1-8, kaki kiri Mayweather lebih banyak sejajar bahkan di sisi dalam kaki kanan Pacman. Agak teknis, tapi sepertinya ini memancing Pacquiao untuk maju menyerang dan mengeluarkan banyak tenaga untuk kombinasi pukulan. Ini strategi berbahaya karena bisa jadi bumerang bagi Mayweather. Tapi memang dasar petinju cerdas dan licik, Mayweather sukses menghindari banyak combo punch Pacquiao, walau sebagian juga masuk telak. Strategi ini saya nilai cukup sukses. Mayweather dengan cepat menghapal jarak, kecepatan, dan kombinasi pukulan Pacquiao.
  4. Menjaga jarak dengan jab. Inilah strategi yang akhirnya memenangkan Mayweather. Memasang tangan kiri hingga feint (seolah-olah akan memukul) untuk menjaga jarak. Beberapa kali dalam ancang-ancang yang terbatas, Mayweather melepaskan jab. Masuk? Iya. Apakah ada dampaknya? Saya rasa tidak. Tapi dihitung pukulan bersih sepertinya oleh juri. Kira-kira di sepertiga pertandingan terakhir, kaki kiri Mayweather mulai sejajar bahkan sudah di luar kaki kanan Pacman. Ini yang membuat Mayweather cukup leluasa memasukkan pukulan lurus kiri atau kanan ke Pacquiao.

Strategi 3 dan 4 ini mengakibatkan Mayweather banyak lari-lari. Menggunakan back step dan langkah menyamping ke kanan dan ke kiri. Jadilah kita melihat Rp 1,8 triliun dibayarkan untuk petinju yang lebih banyak menghindar dan menjaga jarak selama pertandingan.

Menyedihkan untuk pemegang rekor 47 kemenangan beruntun, di mana 26 pertarungan dimenangkan dengan KO, harus bertanding dengan gaya pengecut.

Ya, inilah tinju. Apa saja sah selama tak melanggar aturan, walau jadinya tontonan yang menjengkelkan.

Pacquiao, di lain pihak, bertanding dengan sangat tenang. Keliarannya telah kembali walau tak semengerikan ketika melawan Miguel Cotto, Oscar De la Hoya, atau Ricky Hatton. Pukulan kombinasinya juga sangat bervariasi. Sama sekali tak terpancing provokasi Mayweather.

Menurut hitungan amatiran yang saya lakukan, Pacman menang tipis 115-111 hingga 115-112. Setidaknya kalau dengan hometown decision, hasilnya draw. Entah mengapa hasil akhirnya Pacman kalah angka cukup jauh. Rasanya sedunia menyesalkan keputusan ini. 

Akan lebih baik jika Mayweather menawarkan rematch dengan kondisi yang lebih fair dari sisi juri. Pacquiao layak mendapatkan hak untuk rematch. Kecuali Mayweather ingin dikenang sebagai petinju pengecut yang lebih banyak menghindar di ujung karirnya yang sempurna. –Rappler.com 

Kokok Herdhianto Dirgantoro adalah mantan wartawan dan karyawan bank. Kini di sela-sela mengelola kantor konsultan di bidang komunikasi strategis, dia berlatih tinju sebagai hobi di Blade Boxing Camp, BSD, sebuah sasana tinju rumahan milik mantan juara nasional kelas bantam Andre Talabessy. Follow Twitter-nya @kokokdirgantoro.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!