Klub-klub ISL mulai konsolidasi tanpa PSSI

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Klub-klub ISL mulai konsolidasi tanpa PSSI
PSSI dapat perlawanan. Sejumlah klub mulai bersimpati dengan gerakan membuat kompetisi lebih profesional yang digalang Menpora Imam Nahrawi.

Pada konferensi pers Minggu, 3 Mei 2015, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tidak hanya menghentikan semua kompetisi, tapi juga memberi ancaman: klub manapun yang nekat mengikuti liga di luar PSSI bakal diganjar hukuman.  

Tak tanggung-tanggung, ancaman tersebut datang dari orang dekat Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti. “Ada sanksi bagi klub yang coba-coba keluar dan mengikuti kompetisi lain,” kata Wakil Ketua PSSI Hinca Pandjaitan, seperti dikutip Jawa Pos

Ternyata, sudah mulai ada yang — meminjam istilah Hinca — “coba-coba” itu. Salah satunya adalah Pusamania Borneo FC. CEO sekaligus General Manager  Borneo FC Aidil Fitri menemui perwakilan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Senin, 4 Mei, di gedung Kemenpora di Jakarta. Aidil menemui mereka karena kecewa dengan manuver PSSI yang tiba-tiba saja menghentikan kompetisi. 

Padahal, kata Aidil, PSSI dan 17 klub peserta Indonesia Super League (ISL) lainnya awalnya hanya bersepakat untuk menghentikannya selama sebulan karena situasi yang tidak diprediksi sebelumnya itu. Ternyata kesepakatan itu dipelintir PSSI saat konferensi pers.

“Saat membahas force majeure, kami setuju karena masih meninjau keputusan Menpora soal pembekuan. Bagi kami, force majeure tak sampai menghentikan total kompetisi. Hanya sebulan. Eh, nggak tahunya kompetisi dihentikan,” kata Aidil.

Setelah pertemuan dengan perwakilan Menpora, Aidil ingin kompetisi digelar secepatnya. Pihaknya rela jika itu berarti mereka harus mengikuti kompetisi di bawah Kemenpora. Sebab, kekosongan pertandingan membuat kas klub amburadul. Biaya operasional harus terus dibayar sementara tiket pertandingan dan sponsor tidak ada yang masuk. 

“Kami harus cari jalan agar tidak merugi. Satu-satunya cara adalah kompetisi harus tetap digelar,” kata Aidil. 

Aidil mengaku, Borneo merugi sampai Rp 15 miliar. Itu termasuk dana yang sudah dikeluarkan dan potensi sponsor masuk. Tapi, semuanya menguap setelah PSSI menghentikan proses verifikasi yang dilakukan pemerintah. Padahal, verifikasi itu dilakukan untuk menyehatkan tata kelola klub 

Aidil berusaha menggunakan alasan kerugian ekonomi sebagai “senjata” untuk menekan sang penanggung jawab keolahragaan nasional. Namun, klub juga tak menampik jika ego pengurus PSSI cukup tinggi sehingga tak bisa mencari solusi agar kompetisi berjalan.

Karena itulah, saat mendengar tawaran Menpora agar kompetisi bisa kembali berjalan dengan jaminan transparansi dalam hal komersial, dia tertarik. Dia sadar bahwa sepak bola profesional adalah soal bisnis. Aidil tak mau Borneo terjebak dalam “perang” antara pemerintah dan PSSI.

“Kami hanya ingin ada jaminan kompetisi bisa berputar. Kalau perang, peranglah sendiri. Klub hanya ingin berkompetisi,” tuturnya.

Persib akan kumpulkan 18 klub

Keberanian, seperti halnya ketakutan, menular. Keberanian Borneo diikuti oleh Persib Bandung. 

Alasan kekecewaan mereka sama: Keputusan PSSI menghentikan kompetisi karena force majeure membuat mereka kelimpungan. Padahal, seharusnya masih ada solusi yang bisa diambil.

“Sebelum mengambil keputusan, harusnya bicara dulu dengan klub. Ini bagaimana dan ini keuntungannya apa, nanti berapa klub yang menyetujui. Harusnya begitu dong jangan seenaknya aja, mereka kan dipercaya sama kami,” ujar Manajer Persib Bandung Umuh Muchtar di Simamaung.com 

Keberanian Persib bahkan lebih jauh lagi. Mereka bersiap mengumpulkan 18 klub untuk membicarakan masa depan sepak bola Indonesia. Pertemuan tersebut harus steril dari “agen-agen” PSSI dan Kemenpora. Tujuannya, sikap klub bisa jernih melihat situasi sebenarnya. 

“Kalau mau bicara, jangan ada pihak kedua dan ketiga. 18 klub berkumpul di salah satu tempat. Kalau mau netral ya bisa di Bandung. Jadi tidak ditumpangi dan murni antar klub. Tidak, tidak ada pertentangan dan perdebatan,” ungkapnya. 

Pertemuan itu direncanakan digelar pada Rabu, 6 Mei, di Bandung. 

La Nyalla: Mereka belum bertemu saya

Menpora Imam Nahrawi masih memberi kesempatan bagi operator ISL, PT Liga Indonesia (LI), untuk memutar kembali roda pertandingan. Tenggat waktu yang dipancang Nahrawi tegas: ISL harus digelar pada 9 Mei 2015. 

“Kompetisi harus segera digelar karena ini permintaan klub-klub,” tegasnya.

Terkait alasan force majeure, Imam hanya menanggapinya dengan tersenyum. Ia menganggap force majeure adalah kondisi luar biasa seperti terjadinya bencana alam. 

“Di mana force majeure-nya? Memangnya ini Nepal? Force majeure itu kan sesuatu yang tak mungkin ditangani manusia,” katanya. 

Lantas, bagaimana tanggapan Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti? Aa masih yakin bahwa 18 klub ISL masih solid berada di pihaknya. Mereka tetap loyal seperti pertemuan di Hotel Sultan, Jakarta, 26 April 2015.

“Itu hanya riak-riak kecil saja. Mereka kan belum bertemu sama saya langsung. Kalau sudah bertemu saya, (mereka) akan berubah 180 derajat,” katanya melalui pesan singkat kepada wartawan.­—Rappler.com 

Mahmud Alexander adalah wartawan olahraga yang berdomisili di Jakarta. Dia berfokus pada liputan-liputan sepak bola dan bulutangkis. Di sela tugas-tugas jurnalistiknya, dia menjadi penulis lepas dengan tema olahraga dan budaya.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!