UNHCR: Nasib pengungsi Bangladesh, Myanmar di tangan pemerintah

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

UNHCR: Nasib pengungsi Bangladesh, Myanmar di tangan pemerintah
Menurut UNHCR, pemerintah Indonesia bertanggung jawab untuk berikan tempat yang lebih layak bagi para pengungsi.

KUALA LANGSA, Indonesia — Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa Untuk Pengungsi (UNHCR) mengatakan akan memastikan pengungsi asal Bangladesh dan Myanmar yang mencari suaka mendapat perlindungan dan tidak dipulangkan ke negara asalnya.

Namun UNHCR menegaskan bahwa logistik dan tempat penampungan tetap menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.

“Jadi, kalau UNHCR itu mandatnya adalah untuk melindungi mereka yang berstatus pengungsi dan mencari suaka,” kata juru bicara UNHCR Mitra Suryono pada Rappler di tempat pengungsian Kuala Langsa, Aceh, Minggu, 17 Mei. 

Menurut Mitra, timnya saat ini sudah melakukan registrasi terhadap 584 pengungsi di Kuala Cangkoi. Sedangkan sekitar 672 pengungsi di Kuala Langsa masih belum didaftar. 

Rencananya pengungsi di Kuala Langsa akan didaftar Senin besok, 18 Mei. 

Registrasi untuk deteksi pengungsi

Apa saja materi pendaftarannya? Menurut Mitra, selain identitas, UNHCR juga menanyakan maksud kepindahan mereka dari Bangladesh atau Myanmar ke Malaysia, negara tujuan mereka sebelum ditemukan terdampar di pantai Lhoksukan, Aceh Utara, Minggu pekan lalu.

“Dari situ kami bisa melihat siapa yang mencari suaka, siapa yang tidak,” kata Mitra.

Selanjutnya, UNHCR akan memisahkan dua golongan tersebut. Pencari suaka akan masuk daftar UNHCR dan mendapat pelayanan serta proteksi. 

Kondisi di gedung pengungsian di Pelabuhan Kuala Langsa, 17 Mei 2015. Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

Beda tujuan

Dari hasil registrasi sementara, mayoritas pengungsi yang datang dari Bangladesh bukan merupakan pencari suaka. Mereka mencari pekerjaan. Karena itu, UNHCR tidak melakukan registrasi lanjutan pada mereka.

Pengungsi asal Bangladesh yang sudah didata mencari pekerjaan akan dipindahkan ke gedung imigrasi. Mitra mengatakan bahwa nasib mereka kini berada di tangan pemerintah Indonesia dan Bangladesh.

Sementara itu pengungsi etnis Rohingya asal Myanmar, menurut Mitra, memang ingin mencari suaka agar bisa bertemu dengan keluarganya di Malaysia. Terlebih lagi mengingat kondisi Rohingya yang tidak mendapat tempat selayaknya di Myanmar.

Sebelumnya saat diwawancara oleh Rappler, pengungsi dari Bangladesh dan Myanmar mengungkapkan alasan mereka ingin menyeberang ke Malaysia 

Rinku Islam, 21 tahun, pemuda asal Bangladesh ini membenarkan bahwa ia ingin bekerja di Malaysia karena tak ada lowongan pekerjaan untuknya di negara asalnya. “No job, no job (Tak ada pekerjaan, tak ada pekerjaan),” tutur Rinku dalam bahasa Inggris pada Rappler di tempat pengungsian.

(BACA: Pengungsi Bangladesh: No job in my country)  

Sedangkan Rukiyah Hatul, 20 tahun, pengungsi etnis Rohingya asal Myanmar mengatakan bahwa ia ingin hijrah ke Malaysia karena ingin berkumpul dengan suaminya. Suaminya saat ini bekerja di sebuah toko baju di Malaysia. 

(BACA: Pengungsi Rohingya dan impian bertemu keluarga di Malaysia

Nasib pengungsi ada di tangan pemerintah 

Muhammad Mahi masih berumur 1 bulan saat ibunya yang seorang Rohingya membawanya menyeberang ke Malaysia menggunakan perahu. Ibunya ingin mempertemukan Mahi dengan ayahnya. Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

Lalu bagaimana nasib pengungsi selanjutnya? Apakah mereka akan menetap di gudang-gudang di Pelabuhan Kuala Langsa seterusnya? 

Menurut Mitra, pihak yang paling bertanggung-jawab atas keberadaan pengungsi saat ini adalah pemerintah daerah setempat dan pemerintah pusat. 

“Secara general, keberadaan pengungsi, di mana mereka akan ditempatkan dan sebagainya, adalah urusan pemerintah,” katanya.

Sementara itu, lanjut Mitra, UNCHR dan International Organization for Migration (IOM) hanya bertugas mendaftar dan memastikan pengungsi mendapat perlindungan untuk memperoleh suakanya. 

“Kami siap membantu pemerintah, tapi penempatan itu memang kewenangan pemerintah,” katanya.  

Hingga saat ini pengungsi Bangladesh dan Myanmar masih ditempatkan di gudang-gudang. Mereka tidur dengan alas terpal seadanya. 

Kepala Puskesmas Langsa Barat Ayu Arlinta mengatakan bahwa instruksi dari pemerindah daerah baru sebatas kebutuhan medis dan logistik sehari-hari. Belum ada perintah untuk memindahkan pengungsi ke tempat yang lebih layak. —Rappler.com 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!