Berjalan-jalan ke University of Berkley

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Berjalan-jalan ke University of Berkley
Anda tidak salah baca dan kami tidak salah ketik. Ini bukan University of California, Berkeley.

JAKARTA, Indonesia — University of Berkley menjadi bahan pembicaraan beberapa hari terakhir ini. Apa yang menarik dari institusi ini sebenarnya?

Kasus ijazah palsu mencuat seminggu terakhir ini. Kabarnya, banyak pegawai negeri sipil (PNS), pejabat pemerintahan, dan anggota kepolisian yang menerima titel akademis dari beberapa kampus yang dipertanyakan keabsahannya. Universitas yang paling membingungkan adalah University of Berkley.

Bukan, bukan University of Berkeley di California.

Universitas yang satu ini merupakan institusi pendidikan tinggi yang semua kegiatan belajar mengajarnya dilakukan secara online. Namun, ternyata universitas ini punya beberapa kantor cabang di beberapa kota, termasuk Jakarta, Bandung, Medan, dan Kuala Lumpur.

Di Indonesia, universitas ini bekerja sama dengan Lembaga Manajemen Internasional Indonesia (LMII). Pendaftaran bisa dilakukan melalui situsnya. Calon mahasiswa yang tertarik juga bisa melihat siapa saja alumni dari program ini — kebanyakan memiliki jabatan tinggi di perusahaan-perusahaannya.

Dari tampilannya saja, situs LMII sudah membuat orang meragukan kualitas layanannya. Begitu banyak penulisan yang salah, penggunaan huruf kapital yang sembarangan, serta pencampuran bahasa yang tidak tepat. Layout situs pun sepertinya hanya menggunakan template dari Blogspot tanpa fitur spesial.

Salah satu hal yang paling menarik adalah rektor University of Berkley di Indonesia. Namanya Prof. Dr. Liartha S. Kembaren SE, SH, MSi, DR, PhD, DBA, EdD, CPC.

Apakah anda bertanya-tanya berapa puluh tahun yang harus ia habiskan di bangku sekolah untuk mendapatkan gelar sebanyak itu? Anda tak sendiri.

“Rektornya akan diselidiki juga, siapa yang bisa kuliah sampai bisa gelar segitu banyak?” tanya Menristek M. Nasir, Senin, pada Detik.com. “Nggak mungkinlah, gimana caranya? Lulusnya gimana? Hebat banget.” 

University of Berkley membuka kantor perwakilan di Jakarta. Alamatnya adalah di Gedung Yarnati lantai 2, Jalan Proklamasi No. 44 Menteng, Jakarta Pusat. Kantornya hanya memiliki dua ruangan — satu kantor administrasi dan satu ruang kelas.

Dalam sidaknya ke kantor itu, Menristek menemui beberapa hal yang ganjil, salah satunya ijazah-ijazah yang dipajang.

“Ini palsu. Memang ada nama direktur pembelajaran dan kemahasiswaan di Dikti yang bernama Ibu Illah, tapi saya pastikan ini ijazah palsu dan dia ini bukan dia,” ujar Nasir sambil memegang ijazah itu, seperti dikutip oleh media

“Bentuk format ijazah luar negeri itu berbeda, bukan seperti ini. Saya akan laporkan ini ke pihak berwenang.”

Izin operasional pun ternyata hanya izin kursus, bukan penyelenggaraan pendidikan tinggi.

“Lembaga manajemen internasional Indonesia ini mengaku bekerja sama dengan University of California, Berkeley, di Amerika Serikat. Tetapi saat dicek, ternyata Dikti tidak pernah keluarkan izin itu. Ini kampus gelap. Izin yang dikeluarkan hanya untuk kursus,” kata Nasir, pada media

Sang rektor telah angkat bicara. Ia bingung mengapa lembaganya dipermasalahkan. 

“Tidak ada fisik (University of Berkley). Itu hanya menumpang nama LMII. 10 tahun sudah di Indonesia. Ini untuk program studi MBA, PhD dan MM, post graduate. Ini perguruan tinggi dari Internet, kan nggak perlu izin,“ ujar rektor Liartha pada media.

“Saya herannya, semua pesertanya itu dari kedutaan semua dan tidak pernah komplain. Sekarang baru ngoceh, ini kan (mahasiswa dari) kedutaan seluruhnya. Melalui LMII, ini untuk University of Berkley.”

Liartha juga bertemu dengan media lain. Ia menjelaskan tentang kampus yang dipimpinnya.

“Kuliahnya bisa online,” ucapnya. ”Kalau mau, program doktor di sini bisa selesai tiga bulan. Kalau mau doctor honoris causa, cukup Rp 45 juta.”

Biayanya pun tak mahal jika dibandingkan dengan kampus lainnya di Indonesia. Untuk gelar master hanya perlu sekitar Rp 35 juta dan untuk doktor sekitar Rp 57 juta.

Sebagai pembanding, program magister Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia bisa menelan biaya hampir Rp 80 juta untuk masa kuliah selama dua tahun.

Berkunjung ke University of Berkley di Amerika

Mungkin jika kampus Indonesia belum cukup membingungkan, anda bisa melancong ke University of Berkley pusat di Amerika.

Situs universitas ini ternyata tak kalah ajaib dengan situs milik LMII. Salah satunya adalah tombol-tombol di panel kiri. Selain program, pengenalan, dan jenis layanan, ada satu menu menarik yang berjudul “You.. Your Degree.. and The Wizard of Oz.” Isinya berusaha mengaitkan cerita The Wizard of Oz dengan layanan yang diberikan.

Screenshot dari situs University of Berkley.

Cerita di atas seakan-akan memberikan pesan bahwa pendidikan bukanlah hal yang penting, yang terpenting adalah ijazah, dan University of Berkley adalah jawabannya.

Bukan hanya Menristek yang kesal dengan lembaga pendidikan seperti ini. Orang-orang yang betul-betul mengenyam bangku kuliah pun merasa geram.

Walikota Bandung Ridwan Kamil juga kesal dengan kasus yang membawa-bawa kampus yang mirip dengan nama almamaternya. Ridwan merupakan alumni program master di University of California, Berkeley.

“Universitas-universitas baik di dunia tidak mungkin bikin cabang di negara lain dengan kampus swasta. Sebagai alumni Berkeley, saya merasa kecewa,” katanya pada media.

Lalu, bagaimana dengan Anda? Apakah anda ikut marah atau malah tertarik mencari gelar tambahan dengan mudah? —Rappler.com 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!