SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia — Pemimpin sekte agama Lia Aminuddin yang dikenal juga sebagai Lia Eden mengirimkan surat kepada Presiden Joko “Jokowi” Widodo meminta izin untuk mendaratkan Unidentified Flying Object (UFO) di Monas.
”Untuk itu, kami mengharapkan perkenan Presiden Jokowi bersedia memberi izin pendaratan UFO kami. Ada pun pendaratan UFO Jibril sudah pernah kami sinyalkan melalui penampakan UFO kami itu di atas Monas dan terekam oleh ponsel dua pemuda di Monas,” tulis Lia sebagaimana dikutip oleh media.
“Hal itu akan disoroti dunia, semua mata akan memandang peristiwa tersebut.”
Tak hanya dikirimkan ke Jokowi, Lia juga mengirimkan suratnya ke Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Direktur NASA, Polri, KPK, DPR, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Gubernur Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama, Majelis Ulama Indonesia, serta berbagai media massa pada Jumat, 29 Mei.
‘Kedatangan UFO’ terkait kiamat
Lia mengatakan dia datang menyampaikan deklarasi dari Tuhan bahwa dunia sedang dalam proses kiamat.
“Berita dari kami ini mungkin tak terlalu mengejutkan karena prediksi-prediksi kiamat sudah banyak pihak yang membicarakan dan mereka pun telah mengadakan persiapan masing-masing. Namun yang kami sampaikan ini adalah ketentuan langsung dari Tuhan,” kata Lia sebagaimana dikutip media.
Lia akhir-akhir ini memang rajin mengingatkan akan tibanya kiamat dalam waktu dekat, bertepatan dengan kisah berbagai media tentang suara keras seperti terompet yang terdengar di berbagai media, yang banyak menerjemahkannya sebagai sangkakala malaikat.
Menurut Lia, Jibril akan datang ke Jakarta untuk membawa para rasul Eden menuju kediaman baru di surga kedua.
“Namun setelah pengangkatan itu, proses kiamat pun akan semakin bergejolak nyata,” ujar dia.
Respon netizen
Aksi Lia belakangan ini juga memicu reaksi dari netizen, termasuk para selebriti Twitter. Ada yang menanggapi dengan bercanda seperti aktivis dan komika Pandji Pragiwaksono serta penulis novel ternama Habiburrahman El Shirazy.
Just when you think things are getting boring, Lia Eden showed up with her Alien friends.
— Pandji Pragiwaksono (@pandji) May 29, 2015
Diijinin aja, kayak apa UFO dan jibrilnya coba he he RT @mosqueadventure Lia Eden minta izin @jokowi_do2 utk … http://t.co/NwvaFeZDPX
— Kang Abik (@h_elshirazy) May 30, 2015
Namun ada pula yang tanggapannya cukup serius. Misalnya anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan aktivis Gerakan Nasional Anti Miras Fahira Idris yang mendoakan Lia mendapat hidayah.
Pagi ini mari kita doakan Ibu Lia Eden agar dapat hidayah dari #AllahSWT.. Al Faatihah..
— Fahira Fahmi Idris (@fahiraidris) May 29, 2015
Siapa Lia Eden?
Kurang lebih satu dekade yang lalu pada 2005, Indonesia dikejutkan oleh kemunculan Lia yang mengaku sebagai utusan tuhan Tuhan. Dia kemudian mengubah rumahnya di Jakarta Pusat menjadi ‘istana Tuhan’, mengumpulkan pengikut dan membentuk aliran Tahta Suci Kerajaan Tuhan. Malaikat Jibril, ia sebut-sebut sebagai perantara antara Tuhan dan dirinya.
Gerakan aliran Lia dianggap meresahkan masyarakat dan menistakan agama tertentu. Akibat hal ini, ia dan pengikutnya harus berurusan dengan pihak yang berwajib dan keluar masuk rumah tahanan. Tercatat pada 2005 dan 2009, Lia harus merasakan vonis penjara masing-masing selama dua dan 2,5 tahun.
Apakah seperti di masa lalu, aksi Lia kali ini dapat membawanya kembali ke hotel prodeo?
Peneliti Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia (MAPPI) Dio Ashar saat dimintai komentarnya mengatakan bahwa jika terbukti menyebarkan informasi palsu, Lia bisa dipidanakan.
“Misalnya Anda analis meramalkan rupiah menguat tapi karena salah perhitungan atau data yang terjadi sebaliknya, itu tidak bisa diganggu gugat.
Tapi kalau Anda meramalkan kiamat, gempa atau UFO datang padahal dari awal Anda tahu betul hal tersebut tidak benar dan tidak akan terjadi, nah ada aturannya bisa dipidanakan,” kata Dio — Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.