Petani India jual anak untuk biaya hidup

Shuriah Niazi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Petani India jual anak untuk biaya hidup

EPA

Lebih dari 1.000 orang tewas di India akibat gelombang panas. Suhu mencapai 47 derajat Celsius di beberapa bagian negara itu. Cuaca ekstrim ini memperburuk gagal panen di India dan membuat kondisi keuangan para petani dalam keadaan krisis.

MADHYA PRADESH, India —Lal Singh sedang putus asa. Hujan lebat dan hujan es menghancurkan hasil panennya. Dia terjerat utang dan harus berjuang untuk menghidupi keluarganya.

“Saya meminjam uang dari bank sebesar Rp 12 juta untuk membangun pompa air di lahan pertanian saya yang kekeringan,” kata Lal Singh. “

“Saya menanam cabai dan berharap bisa membayar utang itu setelah panen. Tapi ternyata panennya gagal. Saya terpaksa berutang Rp 12 juta lagi dari rentenir dengan bunga tinggi. Tapi beberapa bulan kemudian, gandum saya juga rusak. Saya tidak bisa membayar utang dan butuh uang untuk hidup dan menanam tanaman baru.”

Jadi pada Agustus 2014, tinggal satu pilihan untuknya. Dia menjual dua anak lelakinya pada seorang gembala untuk bekerja membantu sang gembala selama setahun. Sebagai imbalannya, dia memperoleh uang lebih dari Rp 6 juta.

“Kami tahu ini salah, tapi kami terpaksa melakukannya agar bisa bertahan hidup. Jika tidak, kami terpaksa bunuh diri seperti petani lain,” kata Manibai, istri dari Lal Singh.

Delapan bulan kemudian, kedua anaknya, Sumit yang berusia 12 tahun dan adiknya Amit, 11 tahun, melarikan diri dari gembala itu. Mereka lalu dibawa ke tempat penampungan.

“Tugas mereka menjaga dan menggembalakan domba dan ternak lainnya,” kata Vishnu Jaiswalis, direktur cabang Childline. 

“Mereka kerap dipukuli dan tidak diberi makan dua kali sehari. Akhirnya mereka lari ketika situasinya memburuk. Ada memar dan luka di tangan mereka.”

Meski awalnya tak mau kembali ke rumah karena takut akan reaksi orangtua mereka, belakangan mereka akhinya pulang.

Pejabat pemerintah yakin ada banyak kasus serupa dimana petani menjual anak-anak mereka untuk mendapatkan uang.

Rajnish Shrivastava, pegawai pemerintah daerah Harda mengatakan pihak berwenang menyelamatkan 5 anak dari kerja paksa pada April.

“Kami menganggap ini kasus serius. Kami berusaha mencari tahu alasan orang tua menjual anak-anak mereka,” kata Rajnish.

“Kami khawatir ada lebih banyak anak di kamp-kamp gembala lain. Kita tidak bisa membiarkan anak-anak itu diperdagangkan. Kami akan melanjutkan investigasi sampai semua anak diselamatkan.”

Pemerintah di sebagian besar negara bagian yang terkena dampak cuaca ekstrim telah mengumumkan paket bantuan bagi petani. Tapi para aktivis mengklaim proses penyaluran bantuan terlalu lama.

Sedikitnya bantuan yang diterima petani disebabkan karena otoritas masih harus menilai kerusakan di beberapa daerah, serta disebabkan pula oleh korupsi. — Rappler.com

Berita ini berasal dari Asia Calling, program radio mingguan dari KBR.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!