Waisak, umat Buddha Malang galang dana untuk pengungsi Rohingya

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Waisak, umat Buddha Malang galang dana untuk pengungsi Rohingya
Aksi ini adalah kesadaran kemanusiaan umat Buddha di vihara tersebut bersama komunitas Muslim setempat.

MALANG, Indonesia – Ratusan umat Buddha merayakan Waisak 2559 BE di Vihara Padepokan Dhammadipa Arama Kota Batu, Selasa, 2 Juni 2015. Peringatan tiga peristiwa suci sang Buddha itu berlangsung sejak pagi dan puncaknya pada Selasa malam pukul 23:18 WIB. 

Selain memperingati hari keagamaan, umat Buddha di Kota Batu juga melakukan aksi kemanusiaan. Mereka menggalang dana untuk pengungsi Rohingya asal Myanmar yang saat ini berada di Aceh. Aksi itu adalah kesadaran kemanusiaan umat Buddha di vihara tersebut bersama komunitas Muslim setempat.

“Ini adalah urusan kemanusiaan, jadi kami berkewajiban membantunya. Ini juga sesuai ajaran Buddha, untuk membantu sesama manusia demi kebaikan bersama,” kata Kepala Vihara Padepokan Dhammadipa Arama Bhante Khantidharo, Selasa. 

Umat Budha mulai memadati vihara yang terletak di Jalan Soekarno, Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Tepat di pintu masuk vihara terdapat kotak yang lazim disebut kotak amal berlapis kertas warna perak dan bertulis “Save Rohingya”. Ketika berada di dalam vihara, spanduk besar terpampang dan bertuliskan Save Rohingya, diikuti rasa keprihatinan tuan rumah terhadap berbagai tindakan radikalis yang berlawanan dengan nilai kemanusiaan serta sikap pemerintahan Myanmar, atas Muslim Rohingya.  

Pengunjung vihara juga tak segan mengisi kotak amal di pintu masuk selepas beribadah dan ketika keluar dari lingkungan vihara yang dirintis sejak 44 tahun silam.

Penggalangan dana untuk Rohingya adalah perwujudan dari pernyataan sikap antara umat Buddha dan komunitas Muslim setempat bernama Majelis Taklim dan Dakwah Khusnul Khotimah. 

Pada 29 Mei 2015, dua komunitas beda agama itu merumuskan 5 pernyataan sikap menjelang perayaan Waisak tahun ini. Sikap tersebut antara lain berbunyi:     

1. Kami umat Buddha dari Batu sangat memperhatikan peristiwa kekejaman yang terjadi di Myanmar, terhadap umat Muslim Rohingya. Untuk itu, kami mohon ke kedutaan Myanmar di Jakarta, segera dihentikan (tindakan kekejaman).       

2. Kami bersedia mengirimkan surat pernyataan ke kedutaan Myanmar untuk menghentikan kekerasan di Myanmar       

3. Kami sangat mengharapkan kerja sama seluruh umat di Indonesia untuk bahu membahu menghentikan kekerasan dan pembantaian muslim Rohingya di Myanmar       

4. Kami menghimbau seluruh vihara di Malang dan Batu untuk memasang spanduk “Save Rohingya”.       

5. Kami bersedia mempublikasikan surat pernyataan ini melalui media massa baik cetak dan elektronik.

“Rencananya penggalangan ini kami tunggu sampai 7 Juni 2015 sebelum dikirimkan ke pengungsi Rohingya yang ada di Aceh,” kata Bhante Khantidharo. 

Bhante Khantidharo bertanda tangan di bawah surat pernyataan sikap itu bersama dengan perwakilan dari Majelis Taklim dan Dakwah Khusnul Khotimah.

Tolak kekerasan Rohingya

Peristiwa yang terjadi di Myanmar dan menimpa umat Muslim Rohingya membuat umat Buddha di Kota Batu miris. Mereka mengutuk aksi brutal dan tak berperikemanusiaan. Mereka pun tak percaya jika umat Buddha di Myanmar mampu melakukan berbagai perbuatan buruk hingga Muslim Rohingya memilih keluar dari Myanmar.  

“Itu umat Budha betulan atau Buddha-Buddhaan. Sekarang ada umat yang berpakaian Biksu pada pagi hari, malam masuk ke hotel berganti pakaian sebelum masuk ke night club, itu terjadi di Malang, Makassar, dan Yogyakarta,” kata Banthe yang terlihat tegas di usia 84 tahun itu. 

Apapun yang terjadi di Myanmar, menurutnya, umat Budha tetap mengedepankan persaudaraan dan menolak kekerasan. Sehingga ketika sejumlah orang yang memperkenalkan diri sebagai Majelis Taklim dan Dakwah Khusnul Khotimah bertamu beberapa hari yang lalu di Vihara tersebut, dan mengutarakan maksud mereka, para Biksu pun menyambut baik tawaran itu.

“Mereka datang kemari, dari Kota Malang. Sebelumnya kami tak pernah bertemu dan tak kenal, kami berbincang-bincang dan membuat konsep surat pernyataan sikap itu,” katanya.

Berikutnya, vihara akan segera mengirim surat pernyataan sikap tersebut pada Kantor Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta.

“Besok (Rabu, 3 Juni) kami kirim, surat pernyataan sikapnya sekarang sudah tersiar di website kami,” kata Banthe.

Selain membuat pernyataan sikap, vihara juga mencetak 20 spanduk bertulis Save Rohingya dan berisi keprihatinan serta sikap umat Buddha terhadap kaum Muslim Rohingya di Myanmar. Spanduk itu akan disebar dan diberikan pada 20 rumah ibadah di wilayah Malang Raya untuk dibentangkan, seperti yang terpampang di Vihara Padepokan Dhammadipa Arama. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!