Mixed Martial Arts

Konseptor awal busway bicara tentang ‘Jakarta Tanpa Macet’

Iwan Hikmawan

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Konseptor awal busway bicara tentang ‘Jakarta Tanpa Macet’
Penyebab kemacetan Jakarta bukan karena volume kendaraan, tapi karena pengendara mobil terlalu sering menginjak rem.

Kemacetan adalah realitas sehari-hari yang kita temui di jalanan Jakarta. Banyak sekali upaya dan metode coba diterapkan untuk mengatasi kemacetan di Jakarta. Salah satunya adalah dengan membangun moda transportasi busway.

Busway dibangun di era kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Dimulai pada tahun 2001 dan mulai dioperasikan secara resmi pada tahun 2004. Konsep busway ini konon mengacu pada konsep moda transportasi yang ada di Bogota, Kolombia.

Tapi, mendengar cerita teman saya, Aji Prasetyo, seorang komikus, ternyata konsep Busway telah ada dan diajukan jauh sebelum tahun 2001.

Sebuah studi tentang transportasi Jakarta pada tahun 1991 oleh sebuah konsultan yang beranggotakan profesor dan insinyur bidang transportasi dari Jerman, telah mengajukan konsep Guided Bus atau Separated Bus pada Pemprov DKI ketika itu, yang kini kita kenal sebagai konsep busway.

Salah satu anggota dari konsultan transportasi dari Jerman itu adalah seorang yang bernama Peter Yan. Ia lah yang mengantarkan teman saya, Aji Prasetyo si komikus, ke acara di Bentara Budaya, dengan armada Eagle Taksi-nya.

Eagle Taksi adalah salah satu unit bisnis dari Express group, salah satu perusahaan penyedia jasa layanan transportasi darat yang kompetitif di Indonesia dengan memiliki lebih dari 11.000 unit taksi di seluruh Indonesia dengan wilayah pelayanan mencakup Padang, Medan, Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Semarang, Surabaya, Bali, dan Lombok.

Peter Yan, insinyur teknik sipil spesialisasi bidang transportasi dan air lulusan Jerman, kini berprofesi sebagai pengendara Eagle Taksi. Ia punya alasan tersendiri, mengapa ia memilih profesi itu. Tapi sampai saat ini, ia juga tercatat sebagai dosen S2 tidak tetap Planologi di Universitas Tarumanegara.

Ketika ngobrol dengan Pak Peter Yan tentang kemacetan di Jakarta, saya dan beberapa teman yang berkesempatan bertemu dengannya, menangkap bahwa beliau masih menyimpan pemikiran yang komprehensif tentang masalah kemacetan dan tata kota di Jakarta.

Salah satunya adalah kesimpulan Pak Peter Yan, bahwa penyebab kemacetan utama di Jakarta, bukan karena volume kendaraan, tapi karena pengendara mobil di Jakarta terlalu sering menginjak rem.

Yang penasaran kenapa terlalu sering menginjak rem menjadi penyebab utama kemacetan jakarta, simak terus video-video di channel ini. Masih akan ada lagi 3 video di serial ini yang membahas kemacetan Jakarta.—Rappler.com

Jakarta Tanpa Macet adalah sebuah serial video tentang masalah tata kota dan kemacetan Jakarta yang dibuat oleh Iwan Hikmawan (@Sketsagram) dan Peter Yan, salah satu anggota Tim Studi Transportasi Jakarta 1991 yang mengusulkan busway.

Kunjungi laman Facebook Jakarta Tanpa Macet untuk informasi lebih lanjut.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!