Filipino authors

Rupiah terus terpuruk, tapi diprediksi tak akan sebabkan krisis

Haryo Wisanggeni

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Rupiah terus terpuruk, tapi diprediksi tak akan sebabkan krisis

AFP

Bank Indonesia mengatakan bahwa pihaknya siap mengintervensi untuk menghindari pelemahan lebih jauh

JAKARTA, Indonesia — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mencapai titik terendah sejak 1998. Pada perdagangan Jumat, rupiah sempat diperdagangkan Rp13.297 per dolar AS, lebih rendah dibandingkan penutupan sehari sebelumnya Rp 13.281 per dolar AS. 

Apa penyebabnya?

Menurut Kepala Riset PT Daewoo Securities Indonesia Taye Shim, terpuruknya rupiah disebabkan oleh percepatan aksi jual aset oleh investor asing yang menyebabkan repatriasi dana. 

“Saat ini, pelemahan rupiah sebagian besar didorong oleh kombinasi dari pelemahan ekonomi dan  arus keluar modal yang berkepanjangan,” ujar Taye seperti dikutip CNN Indonesia, Jumat, 5 Juni.

Halim Alamsyah, deputi gubernur Bank Indonesia, mengatakan pada Reuters bahwa rupiah terdepresiasi karena permintaan dolar yang tinggi untuk pembayaran utang dan kepedulian pasar terhadap krisis di Yunani. Dia juga mengatakan bahwa dunia mengamati isu terkait dengan kenaikan bunga the Fed. 

Intervensi pemerintah

Bank Indonesia mengatakan bahwa pihaknya siap mengintervensi untuk menghindari pelemahan lebih jauh.

“Bank Indonesia akan mengawasi dan akan selalu ada di pasar guna menenangkan fluktuasi valuta asing dan harga obligasi,” kata Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs sebagaimana dikutip media.

Tak hanya melonggarkan aturan transaksi mata uang asing, per 1 Juli, larangan penggunaan dolar AS untuk transaksi lokal akan diberlakukan. 

Akankah krisis terulang?

Data Trading Economics menunjukkan bahwa tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terjadi secara persisten beberapa waktu belakangan ini. Namun situasi ini diprediksi tidak akan membawa Indonesia kembali ke krisis 1998 dan 2008.

 

Sumber: tradingeconomics.com

“Rupiah memang mengalami tren depresiasi yang cukup persisten. Bahkan mungkin masih terus melemah setelah berakhirnya stimulus moneter the fed (Bank Sentral Amerika Serikat) di kuartal ketiga tahun ini,” kata ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal. 

“Namun jika melihat data, depresiasi rupiah masih terkontrol. Berbeda dengan yang kita alami 2008 dan 1998, di mana shock yang terjadi cenderung unanticipated.”

Selain itu menurut Fithra industri perbankan dan keuangan Indonesia saat ini memiliki kesiapan yang lebih baik dalam menghadapi fluktuasi perekonomian.

“Industri perbankan dan keuangan kita, jika melihat indikator-indikatornya, lebih baik dibandingkan era krisis yang lalu. BI (Bank Indonesia) dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) saya kira sudah menjalankan kebijakan makroprudensial yang memadai,” ujar Fithra.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahazil Nazara sepakat bahwa situasi ini tidak akan membuat krisis berulang.

“Indonesia masih tumbuh 4,7%, inflasi year to date hanya 0,42%, S&P baru menaikkan outlook Indonesia dari stable ke positive, masa bicara krisis?” kata Suahazil.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah telah siap mengantisipasi dampak pelemahan rupiah terhadap dolar AS, salah satunya terkait dengan potensi kenaikan bahan bakar minyak yang bisa menyebabkan inflasi, apalagi jelang Ramadhan. 

(BACA: Kemenkeu siap hadapi potensi naiknya BBM di bulan Ramadhan) — Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!