SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia — Beberapa hari menjelang bulan puasa Ramadhan, Menteri Agama Lukman Saifuddin mengatakan bahwa demi menghormati warga negara Indonesia yang tak berpuasa, warung-warung makan tak perlu tutup.
“Warung-warung tak perlu dipaksa tutup. Kita harus hormati juga hak mereka yang tak berkewajiban dan tak sedang berpuasa,” kata Lukman dalam serial twitnya baru-baru ini.
Warung2 tak perlu dipaksa tutup. Kita hrs hormati juga hak mrk yg tak berkewajiban dan tak sedang berpuasa..@agungprasetyo_u @sudjiwotedjo
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) June 5, 2015
Lukman menanggapi pertanyaan dari salah seorang pengguna media sosial yang bertanya kepadanya sebelumnya.
Agung Prasetyo Utomo berkata, “Sekalian warung-warung ditutup semua karena dikhawatirkan bisa mengurangi khidmatnya Ramadhan.”
@sudjiwotedjo @lukmansaifuddin skalian warung2 dtutup semua jo.. krn dkhawatirkan bs mengurangi khidmatnya ramadhan..
— Agung Prasetyo Utomo (@agungprasetyo_u) June 5, 2015
Pada umumnya di banyak kota di Indonesia selama bulan Ramadhan, warung-warung makan tutup selama masa puasa, utamanya di siang hari. Hal ini dikarenakan, selain untuk menghormati yang puasa, juga agar tidak menggoda yang berpuasa untuk membatalkan puasanya.
Selain itu, bagi toko makanan atau kafe di kota besar yang terletak di dalam pusat perbelanjaan ditutup oleh kain di kaca jendela mereka agar para pengunjung yang berpuasa tak tertarik untuk masuk ke dalam.
(BACA: Menjadi Menteri Agama, bukan Menteri Agama Islam)
Pernyataan Lukman ‘menyesatkan’
Namun cuitan Lukman mendapat kritik dari anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Saleh Partaonan Daulay.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengatakan DPR menerima pengaduan masyarakat akibat pernyataan Lukman tersebut.
“Komisi VIII DPR RI meminta penjelasan Menteri Agama terkait pernyataannya di Twitter mengenai kewajiban orang yang berpuasa untuk menghormati orang yang tidak berpuasa, sekaligus tidak boleh memaksa rumah makan ditutup pada bulan Ramadhan,” kata ketua komisi agama itu, Selasa, 9 Juni, seperti dikutip Detik.com.
Menurut Saleh, sebaiknya Lukman tidak perlu menyampaikan pernyataan seperti itu karena selain masih banyak isu agama yang perlu diperhatikan, juga agar tidak menimbulkan polemik di tengah masyarakat.
(BACA: Mari bicara bulan puasa, bir, dan keimanan)
Pernyataan Lukman juga mendapat kritik tajam dari anggota Komisi VI DPR RI Kholilurrahman. Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menilai pernyataan Lukman menyesatkan.
“Pernyataan Menag, rumah makan boleh buka siang hari di bulan Ramadhan, menyesatkan. Kalau di bali saja saat hari nyepi bisa dijalankan dengan efektif, Sehingga harus dihormati oleh ummat selain Hindu juga. Kenapa untuk bulan Ramadhan tidak bisa,” ungkap Khalilurrahman, seperti dikutip oleh TeropongSenayan.com.
@lukmansaifuddin Nah, kalo pas hari Nyepi para Pecalang knapa dibolehkan mnutup sgala aktivitas masyrkt Pak ?? Hrusnya dilarang juga dong
— Sigit Nurseto Dewi (@de_sigitnurseto) June 8, 2015
@lukmansaifuddin bukannya malah yg tdk berpuasa harus menghormati org yg sedang puasa? Itu juga toleransi menurut saya. Maaf jika salah.
— Ima.S.Daniati (@imonkdonkdonk) June 5, 2015
Tanggapan Lukman
Merasa pernyataannya dipelintir oleh sejumlah media hingga ia mendapat serangan bukan hanya oleh politisi tapi juga umat Muslim dan pengguna media sosial, Lukman kembali menulis serial twit mengklarifikasi pernyataan aslinya.
Berikut klarifikasi Lukman:
3/12. Twit saya itu muncul sebagai tanggapan atas adanya pandangan yg kehendaki agar warung2 ditutup saja di bulan puasa. #ubahtwit
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) June 8, 2015
4/12. Ada 2 hal yg ingin saya sampaikan lewat twit itu. Pertama; tak perlu ada paksaan untuk menutup warung di bulan puasa. #ubahtwit
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) June 8, 2015
5/12. Bila ada yg sukarela menutup warungnya, tentu kita hormati. Tapi muslim yg baik tak memaksa org lain menutup sumber mata.. #ubahtwit
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) June 8, 2015
6/12. ..pencahariannya demi tuntutan hormati yg sedang puasa. Saling menghormati adalah ideal. Tapi jangan paksa satu kpd yg lain. #ubahtwit
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) June 8, 2015
7/12. Kedua; kata ‘juga’ pada “kita harus hormati juga” secara implisit mengandung makna: selain menghormati yg sedang berpuasa, #ubahtwit
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) June 8, 2015
8/12. kita juga dituntut hormati hak mereka (dalam mendapatkan makanan/minuman) yg tak wajib berpuasa karena bukan muslim. #ubahtwit
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) June 8, 2015
9/12. Juga menghormati hak muslim/ah yg tak sedang berpuasa karena keadaan (musafir, sakit, perempuan haid, hamil, menyusui). #ubahtwit
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) June 8, 2015
—Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.