Asian Games

PSSI: ‘Match fixing’ konspirasi jatuhkan kami

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

PSSI: ‘Match fixing’ konspirasi jatuhkan kami
Anggote Executive Committee PSSI ini menduga dirinya dijadikan kambing hitam dalam kasus rekayasa hasil sepak bola. Menurutnya, nama dirinya sengaja dimunculkan untuk dijatuhkan.


JAKARTA, Indonesia – Nama Executive Committee (exco) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Djamal Azis mencuat setelah kasus match fixing merebak. Dia disebut sebagai exco PSSI yang membiarkan match fixing

Nama Djamal terseret setelah eks pelatih Persipur Purwodadi, Gunawan, memberikan testimoninya di Jakarta, Rabu, 17 Juni 2015. Saat melatih Persipur pada 2013, Gunawan mengetahui soal match fixing yang melibatkan klubnya.

Dia lantas mengadu ke PSSI via Djamal Azis karena dia mengenalnya dengan dekat. Sayang, tiga kali menelepon dan diangkat, hanya jawaban “Iya” yang dia terima. Laporan tersebut tak pernah ditindaklanjuti Djamal.

Dasar itulah yang membuat Gunawan terang-terangan menyebut ada pembiaran match fixing dari federasi sepak bola Indonesia tersebut. Padahal, kasus rekayasa pertandingan sudah lengkap untuk ditindaklanjuti. Ada laporan, ada saksi, meski bukti sangat minim. 

(BACA: Dua mantan pelatih mengaku jadi saksi ‘match fixing’ sepak bola)

Namun, Djamal dengan tegas menolak disebut sebagai seorang exco yang tak responsif. 

“Tidak benar kami lakukan pembiaran. Kami justru melawan. Tapi setiap pengurus PSSI ada tugasnya masing-masing. Saya tidak mungkin ngurusi soal match fixing karena saya komite media,” kata Djamal, Kamis, 18 Juni 2015.

Djamal justru meragukan pernyataan Gunawan. “Saya nggak kenal namanya Gunawan ini. Tapi, kalau dia bicara match fixing, saya pasti mengarahkan dia ke siapa yang berwenang soal itu di PSSI. Itu bidangnya komisi disiplin. Tidak mungkin saya mendiamkan dia. Pasti saya arahkan,” kata Djamal berapi-api.

Djamal justru menganggap heboh match fixing ini adalah konspirasi yang sengaja dimunculkan. Tujuannya, menjadikan dirinya korban. Nama dirinya sengaja dimunculkan untuk dijatuhkan. 

“Menurut saya mereka-mereka ini menarget saya. Setelah La Nyalla Mattalitti (Ketua Umum PSSI), saya yang ditarget karena saya yang keras membela PSSI,” kata Djamal.

Alasan Djamal, hanya pejabat PSSI era La Nyalla yang dijadikan sasaran hujatan. Konspirasi yang dituduhkan Djamal mendapat pembenaran karena pada saat yang sama Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, kata dia, berniat menjatuhkan PSSI.

“Yang dilaporkan itu masalah dari 2000-2015. Saya dan Pak Nyalla baru duduk di PSSI pada 2013. Ini namanya kami kena limbah dari 2000-2012,” kata Djamal.

Djamal lupa bahwa kasus tersebut tidak hanya terjadi pada 2000-2012. Kesaksian Gunawan dan mantan pelatih Persegres Gresik United Agus Yuwono justru di masa jabatan Djamal di PSSI. Gunawan mengatakan bahwa Persipur Purwodadi hidup dari dana match fixing di ajang kelas dua sepak bola Indonesia, Divisi Utama, pada 2013. 

Begitu juga Agus Yuwono. Bahkan, kejadian yang diungkapkan Agus masih segar. Tepatnya pada ajang teratas sepak bola Indonesia, Indonesia Super League (ISL), musim 2014. Saat melatih Persegres Gresik United itu, Agus ditawari untuk merekayasa pertandingan melawan Barito Putra dan Persik Kediri dengan ongkos Rp 400 juta. 

“Sudah dibongkar saja. Polisi seharusnya bisa melacak. Pelakunya sudah ada kan?” kata Djamal.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!