Sastra Ramadan: Mereka yang menilai Islamku

Ayu Meutia Azevy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Seorang gadis kecil membaca Al-Qur’an di Herat, Afghanistan, 20 Juni 2015. Foto oleh EPA

Mereka nilai Islamku,

Dari kelalaianku menunaikan hal-hal fardu, seperti mengerudungi kepalaku.

 

 

Mereka nilai Islamku,

Karena di awal kepala dua ini belum ada cincin di jari manisku, di mana-mana gadis-gadis sebayaku bakal menjadi ibu. Sementara itu aku sibuk berhijrah kesana-kemari, tanpa peduli akan fitnah.

 

 

Mereka menilai Islamku,

Layaknya mereka kaki tangan Nabi dan pesuruh Allah sendiri.

 

 

Mereka akan terus menilai Islamku, Islammu,

Kemudian mencibirnya.

Kemudian menghakiminya dengan firman-firman Allah yang mereka rasa berpihak kepada moralnya yang bersih.

 

 

Sementara itu, aku menengok ke angkasa. Aku tahu Ia tersenyum kepada kami semua. Seperti banyak makna kehidupan ini yang belum sempat kami cerna namun sudah ditelan bulat-bulat.

—Rappler.com

Ayu Meutia adalah seorang copywriter di sebuah agensi kreatif independen di Jakarta dan pencinta puisi. Kunjungi buah pemikirannya di adjoemoetia.blogspot.com.

Tulisan ini adalah bagian dari Cerita Ramadan

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!