Dulu berburu PNS, pesepak bola kini ingin jadi tentara

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Dulu berburu PNS, pesepak bola kini ingin jadi tentara
Para pesepak bola merasa profesinya penuh risiko dan tak ada jaminan hari tua. Mereka pun berbondong-bondong mendaftar jadi tentara. Lantas, bagaimana karir sepak bola mereka?

JAKARTA, Indonesia – Kompetisi sepak bola yang belum bergulir membuat banyak pemain gelisah. Namun, tak sedikit pula yang masih tetap bisa mendapatkan secuil kebahagiaan.

Misalnya yang baru saja didapatkan bek kiri tim nasional sepak bola Indonesia U-23, Abduh Lestaluhu. Abduh hendak merintis mimpinya di luar sepak bola: menjadi tentara. 

Abduh mendapat tawaran untuk masuk menjadi anggota Polisi Militer (POM) TNI Angkatan Darat. Tawaran tersebut, kata dia, berasal dari seorang perwira di Mabes POM TNI AD. “Ini jalur khusus,” kata Abduh menirukan kata-kata perwira tersebut.

Karena jalur khusus, Abduh juga dijamin masih tetap bisa bermain sepak bola meski menjadi anggota TNI. Ini sudah dia pastikan dengan bertanya ke satuan yang akan menerimanya. “Satuan akan memberi izin,” kata Abduh. 

(BACA: Garuda Muda cari angpao Lebaran di Banyuwangi)

Pemain asal Tulehu, Kabupaten Maluku Tengah, tersebut langsung menerimanya tanpa berpikir panjang. Sebab, berprofesi sebagai pemain bola memiliki keterbatasan. Kebugaran dan kondisi fisik mereka akan menurun seiring usia yang bertambah. 

Memang, setelah tak aktif bermain dia bisa menekuni jalur kepelatihan. Tapi, Abduh tak tertarik. Sebab, menjadi pelatih sepak bola tidak gampang. Tidak ada jaminan sukses dan pekerjaannya juga tak langgeng. “Kadang-kadang juga ada unsur cocok-cocokkan,” kata Abduh. 

Menjadi anggota TNI bakal memberi dia rasa aman. Dia langsung bisa berpindah ke jalur militer begitu fisiknya sudah habis di lapangan hijau. “Ada jaminan masa tua,” kata Abduh. 

Pesepak bola 21 tahun itu menganggap profesi pesepak bola penuh risiko. Di Indonesia, pemain masih sering menjadi pihak yang sering dikorbankan klub. Gaji kerap ditunggak. Saat cedera berat pun klub tak selalu menutup kebutuhan biaya operasi.  

“Sepak bola seringkali tidak jelas. Saat ini, kompetisi sedang kosong. Saya berpikir, ingin memilih hal-hal yang lebih baik demi masa depan saya. Saya mencoba realistis saja,” kata Abduh saat dihubungi Rappler awal pekan ini.

Karena itu, selama dua bulan ke depan Abduh akan fokus untuk persiapan mendaftar TNI AD. 

Lagi pula, kata Abduh, menjadi anggota TNI sama seperti menjadi atlet. Sama-sama membela negara. “Bedanya, ini jaminannya lebih baik,” kata Abduh. 

(BACA: Piala Kemerdekaan mulai 24 Juli, laga final 15 Agustus)

Hal yang sama juga dilontarkan oleh gelandang Timnas U-23, Adam Alis. Adam bahkan menganggap ini kesempatan emas. Tak mungkin datang dua kali. Karena itu, dia tak mau menyia-nyiakannya.

“Saya tidak mau melewatkannya. Ini jaminan masa depan. Banyak orang yang ingin menjadi TNI tapi gagal. Kami dapat kesempatan dari jalur khusus, harus kerja keras tak boleh berpangku tangan,” tutur Adam. 

Saat ini Adam sedang menyiapkan kondisi fisiknya untuk mengikuti pendaftaran Agustus mendatang.

Selain Adam dan Abduh, ada lima pemain Timnas U-23 lainnya yang mendapat tawaran yang sama. Mereka adalah Manahati Lestussen, Teguh Amiruddin, Muchlis Hadi Ning, Teguh Amiruddin, dan Wawan Febrianto.

Sejatinya ada beberapa nama lainnya tapi belum mau diungkapkan.

Rahmad Darmawan sebagai contoh sukses

Kalau belum ada contohnya, pemain tentu akan berpikir dua kali untuk menjadi anggota TNI. Itu yang ada di benak Adam saat kali pertama akan menerima ajakan masuk menjadi anggota TNI.

Tapi, setelah melihat sosok Rahmad Darmawan, pelatihnya di Persija Jakarta, dia pun bertekat mengikuti jejaknya. Ya, pelatih yang akrab disapa RD itu memang aktif sebagai anggota marinir berpangkat mayor.

Rahmad bahkan sendiri ikut memberikan masukan kepada pemain-pemain muda Indonesia yang tergabung di Timnas U-23. Kondisi sepak bola saat ini, menurutnya, memang wajar membuat haluan pemain bergeser.

“Dengan kondisi sepak bola saat ini, para pemain mulai berpikir seperti zaman perserikatan. Mereka tak hanya bermain sepak bola tapi juga punya pekerjaan lain,” ujar Rahmad yang bertugas di Lantamal III Jakarta itu.

Dia yakin pemain tak akan kesulitan beradaptasi. Terutama saat menjalani pendidikan yang berkaitan dengan kemampuan fisik. Sebagai pemain bola, disiplin dan kemampuan fisik pemain justru akan bermanfaat ketika masuk dunia militer.

Rahmad juga percaya bahwa itu akan menjadi jaminan saat pemain-pemain sudah memasuki masa tua. “Pemain butuh kepastian hari tua. Ini adalah satu bentuk kepastian itu,” kata Rahmad. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!