Gaji pesepak bola kembali ditunggak, PSSI diam

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Gaji pesepak bola kembali ditunggak, PSSI diam

EPA

Borok lama PSSI kembali terbongkar. Tata kelola buruk dalam manajemen klub membuat para pemain menjadi korban. Klub menunggak gaji mereka selama berbulan-bulan. PSSI tak merespons.


JAKARTA, Indonesia – Para pesepak bola yang gajinya tak ditunaikan klub sejatinya bukan lagi fenomena mengejutkan. Adalah hal biasa jika kompetisi belum jalan tapi klub sudah ingkar janji tidak membayar gaji tepat waktu. 

Saat kompetisi berjalan pemain tak berhenti mengeluh tak dibayar dua hingga tiga bulan. Saat kompetisi selesai? Berita pemain tak digaji beredar dimana-mana. Sudah hampir pasti bahwa ada klub yang tak bisa melunasi gaji pemain. Anehnya, fenomena menahun itu tak pernah terselesaikan. 

Kali ini, satu lagi pemain yang akhirnya mengadu ke pejabat negeri ini. Dia adalah pemain asal Korea Selatan Shin Hyun Joon. Dia pernah merumput bersama Deltras Sidoarjo, PSMS Medan, dan Perseman Manokwari, mulai kompetisi musim 2011-2012 sampai medio 2013. 

Pada 2013 inilah, dia berusaha menagih hutang gajinya ke klub-klub tersebut. Tapi, Shin Hyun tak digubris. Shin Hyun pun meminta bantuan kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Sayangnya, federasi sepak bola Indonesia tak bisa memberikan solusi. 

“Saya sudah minta tolong kemana-mana. Saya kontak pengurus klub tapi panggilan saya diblokir. Saya minta tolong PSSI, malah disuruh ke PT Liga Indonesia. Saya pergi ke sana, mereka bilang saya diminta ke klub. Ini yang benar bagaimana? Semua tidak punya niat baik untuk menyelesaikan,” kata Shin Hyun saat melapor ke Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi, Rabu, 24 Juni 2015.

Total tunggakan pun tak main-main, yakni Rp 750 juta. Rinciannya, Perseman menunggak gajinya sebesar Rp 500 juta, PSMS Rp 150 juta, dan Deltras Rp 100 juta. Tak hanya melapor ke Menpora, pemain berusia 31 tahun itu ternyata juga telah melapor ke Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan Kepala Kepolisian RI Jenderal Badrodin Haiti.

“Saya sudah melapor ke semua pihak. Saya siap kalau memang harus masuk hukum. Saya juga lapor ke Kedutaan Besar Korea Selatan di Indonesia. Biar tahu bagaimana buruknya pengelolaan sepak bola PSSI dan klub di Indonesia,” kata  Shin Hyun.

Nahrawi pun menanggapi. Dia mengaku terkejut bahwa tunggakan klub terhadap pemain tersebut ternyata telah berlangsung lama. Anehnya lagi, lanjut Nahrawi, tak ada tanggapan positif dari klub atau PSSI untuk membantu menyelesaikannya. 

“Ini kasihan sekali. Klub tidak peduli dan menutup mata. Ini bukti bahwa pengelolaan sepak bola tak profesional. Ini harus dibenahi,” kata Menteri Nahrawi.

Menpora siap membuka posko pengaduan untuk pemain yang ditunggak gajinya oleh klub. Harapannya, para pemain berani berbicara dan melaporkan masalah ini ke pemerintah. “Ini nanti akan menjadi masalah yang akan ditangani Tim Transisi,” kata Nahrawi. 

Pemain Persik juga jadi korban tunggakan gaji

Laporan terhadap tunggakan gaji pemain tak hanya diterima Menpora. Jika Shin Hyun melapor ke Menpora, lain halnya di Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI). Tak tanggung-tanggung, ada empat pemain Persik Kediri yang melapor Rabu, 24 Juni 2015. Mereka mengadukan tunggakan gaji yang tak terselesaikan oleh Persik.

Mereka datang ke APPI setelah pengurus klub tak kunjung menemui mereka. Aksi demo sudah dilakukan di kantor walikota Kediri untuk bertemu staf ahli walikota yang merupakan manajer Persik Kediri.

Tapi, bukan tanggung jawab yang didapatkan. Para pemain malah diminta menagih ke PT Liga Indonesia (PT LI). Alasannya, subsidi Persik sebesar Rp 1,3 milir belum dicairkan oleh PT LI. Karena itulah, klub akhirnya kesulitan membayarkan gaji pemain.

“Kami datang mewakili teman-teman. Kami sudah berkali-kali menagih sisa gaji 4 bulan ke PT LI sesuai dengan arahan manajemen tim. Kami sudah berkali-kali ke PT Liga dan harus menunggu 3-4 jam untuk bertemu CEO PT LI Joko Driyono. Tapi, tidak ada hasilnya,” kata Ramadhan, salah seorang pemain. 

Karena itulah, mereka akhirnya melapor ke APPI. APPI pun menyarankan untuk membawa masalah ini ke ranah hukum karena tak ada iktikad baik, baik dari klub, PSSI, maupun PT LI. Sekretaris APPI M Hardikan Aji menyebut, pihaknya sedang mempelajari kontrak pemain. 

“Kami lihat dulu. Kalau memang ada jalan ke Badan Arbitrase Keolahragaan Indonesia (BAKI), kami akan ke sana. Tapi kalau ada jalan ke Pengadilan Negeri kami akan ke Pengadilan Negeri,” kata Hardikan.

Rappler.com mencoba mengontak Sekjen PSSI Azwan Karim. Tapi, dia tak menanggapi kasus tersebut.  –Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!