Tragedi Hercules: Ibu hamil ini dikuburkan bersama tiga anaknya

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tragedi Hercules: Ibu hamil ini dikuburkan bersama tiga anaknya
“Dimakamkan dalam satu liang lahat, karena semasa hidup memang tak pernah mau terpisahkan"

 

MALANG, Indonesia — Duka menyelimuti pemakaman Marga Baka Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh Malang, ketika Armiyanti yang sedang hamil dan tiga anaknya perlahan-lahan diturunkan ke satu liang lahat berukuran 2×3 meter untuk mereka semua.  

“Dimakamkan dalam satu liang lahat, karena semasa hidup memang tak pernah mau terpisahkan bahkan jika bepergian,” kata Yovi Widiananto, kerabat korban, pada Rappler, Kamis, 2 Juli. 

Armiyanti yang sedang hamil 6 bulan, bersama dengan Rendi Alfian (13), Revaldo (9) dan Gavin (7) menjadi korban kecelakaan Hercules di Medan, 30 Juni. Mereka berangkat dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta dengan tujuan Pangkalan Udara Ranai, Natuna. 

“Mereka baru saja menghadiri pernikahan saudara di Jakarta. Selasa itu, mereka pulang ke Ranai,” kata suami Armiyanti, Pelda Ari Budiwibowo, Bintara Intelijen yang bertugas di Pangkalan TNI AU Ranai. 

Tiga menit sebelum pesawat berangkat, Armiyanti mengirimkan pesan pada Ari. “Pa, berangkat.”

Ari tidak mengira itu menjadi komunikasi terakhir mereka. Meski kehilangan begitu banyak anggota keluarganya, Ari berusaha terlihat tegar mengikuti proses pemakaman. 

Jangan terulang

Foto oleh Dyah Pitaloka/Rappler

Tidak ada yang bisa mengira kapan musibah itu datang. Tapi Ari dan keluarga berharap tidak ada lagi kecelakaan seperti ini di Indonesia. 

“Mudah-mudahan keluarga saya ini yang terakhir, untuk musibah seperti ini. Ini adalah takdir. Pesawat secanggih Sukhoi pun bisa jatuh.”

Yovi juga mengkritisi penggunaan pesawat Hercules yang diproduksi pada 1964 itu. “Pesawat ini terlalu tua, masih risiko, masa pakainya sudah mulai habis. Sama seperti mobil, usia tua pasti banyak kerusakannya. Kalau pesawat, rusak diudara, mau nunggu berapa korban lagi supaya ganti.”

Kepala Penerangan dan Perpustakaan Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh Letkol Sutrisno mengatakan usia pesawat tidak bisa jadi ukuran untuk menentukan pesawat layak terbang atau tidak. 

“Kalau orang sipil yang bilang seperti itu, ya tidak bisa dibandingkan (antara) pesawat militer dengan pesawat komersil,” kata Sutrisno. 

“Bagi militer yang penting misi tercapai, mengirim logistik atau personel bisa dilakukan dengan sukses dan selamat. Itu sudah cukup. Jika di dalam seperti naik gerobak terbang, tentu tidak bisa dibandingkan dengan pesawat komersil.”

Pesawat Hercules terlihat di Skadron 32 Pangkalan Udara TNI AU Abdulrachman Saleh. Foto oleh Dyah Ayu Pitaloka/Rappler

— Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!