Pengalaman Wawan temani Jokowi

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pengalaman Wawan temani Jokowi
Pertamina memulai fase komersial PLTP Kamojang Unit 5 berkapasitas 1 x 35 MW. Potensi energi panas bumi di Indonesia mencapai 28.000 MW. Berapa sudah dieksplorasi?

Wawan Darmawan mendapatkan pengalaman tak terlupakan. Pada Minggu, 5 Juli lalu, General Manager PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) itu bertugas memandu Presiden Joko “Jokowi” Widodo saat peninjauan ke Pembangkit Tenaga Listrik Panas Bumi (PLTP) Unit 5, di Kamojang. 

Sebagian dari area kompleks Pertamina, pemilik proyek, masuk area kabupaten Bandung, dan sebagian lagi ada di Kabupaten Garut. “Kesan saya, beliau sosok yang kelihatan sederhana dan berpenampilan tenang,” kata Wawan kepada saya. 

Pagi yang cerah itu, Jokowi memang nampak rileks. Dia datang ke area menggunakan helikopter milik TNI, mendarat di helipad di lapangan samping area kantor PGE. 

Turut dalam rombongan, Menteri Koordinator Maritim Indroyono Soesilo, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Sekretaris Presiden Darmansjah Djumala, dan staf khusus bidang komunikasi Teten Masduki.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Mariani Soemarno tiba di lokasi satu setengah jam sebelumnya, menggunakan mobil. Rini  berangkat dari kediamannya di Jakarta sesudah Subuh. Perjalanan ke lokasi memakan waktu sekitar 4-5 jam tergantung kepadatan lalu-lintas, terutama di kawasan Nagrek. 

Rini langsung mendapatkan penjelasan rinci sambil menyusuri panel informasi. Dia juga sempat mengecek kesiapan presentasi dan meninjau pameran usaha kecil dan menengah binaan Pertamina. 

Jokowi menggunakan kemeja putih. Tiba di lokasi, dia langsung menuju deretan panel informasi mengenai perkembangan PLTP Kamojang Unit 5.  

Proyek penyediaan uap dan PLTP dengan daya sebesar 1 x 35 Mega Watt (MW) ini nilai investasinya US$ 104,03 juta dolar dan bisa menyerap 1.200 tenaga kerja. Peresmian Unit 5 Kamojang menjadikan kapasitas PLTP di area ini menjadi 235 MW.  

Lebih mahal, tapi ramah lingkungan 

Jokowi resmikan PLTP Kamojang Unit 5. Foto oleh Uni Lubis/Rappler

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto melaporkan bahwa PLTP Kamojang dapat memenuhi kebutuhan listrik untuk sedikitnya 470.000 kepala keluarga. Listrik disalurkan melalui transmisi pembangkit listrik Jawa, Madura dan Bali. 

Pelaksanaan proyek ini lebih cepat hampir dua bulan dari rencana dan beroperasi komersial mulai 29 Juni 2015.

Wawan, lulusan teknik perminyakan Institut Teknologi Bandung, menceritakan bahwa pemboran sumur dimulai sejak 2011. Pembangunan PLTP dilakukan sejak 22 Agustus 2013. Periode kontrak dilakukan selama 23 bulan, dari 22 Agustus 2013 sampai dengan 21 Juli 2015.  

Untuk area Kamojang, listrik dari PLTP dijual seharga US$ 9,4 -9,7 sen dolar per kilo watt (Kwh). Konsumennya adalah Perusahaan Listrik Negara (Persero). Sedikit lebih mahal daripada harga listrik dari pembangkit tenaga batubara yang dipatok sekitar US$ 7-8 sen dolar per Kwh.

“Biarpun lebih mahal, keunggulan PLTP adalah ramah lingkungan. Kita harus serius mengembangkan energi terbarukan,” kata Jokowi dalam sambutan saat peresmian Unit 5 Kamojang.

“Program ini sebelumnya kurang menjadi prioritas. Padahal kita punya energi terbarukan panas bumi, biomass, tenaga angin sampai tenaga surya. Saya memerintahkan Menko dan Menteri BUMN agar program energi terbarukan jadi prioritas.”

Meskipun memegang teks pidato beberapa lembar halaman, Jokowi nampak tak membaca semua isinya dan memilih komunikasi yang lebih santai.

Dwi Soetjipto mengatakan PT Pertamina akan terus menggenjot pertumbuhan kapasitas pembangkit listrik panas bumi menjadi 1.026  MW hingga 2019 dengan investasi sekitar US$ 2,5 miliar untuk mendorong pemanfaatan panas bumi nasional yang saat ini masih berada di kisaran 5 persen dari total sumberdaya yang dimiliki.  

Selain meresmikan Unit 5 PLTP Kamojang, diresmikan juga PLTP Ulubelu Unit 3 dan 4, PLTP Lahendong Unit 5 dan 6, PLTP Hulu Lais Unit 1, Kerinci Unit 1 dan Karaha Unit 1. 

Apa hambatan PLTP?

Foto oleh Uni Lubis/Rappler.com

“Mengembangkan PLTP tidak mudah, meskipun Indonesia memiliki potensi 28.000 MW dari panas bumi,” kata Dwi. Pengembangan PLTP adalah prioritas bagi Pertamina 

Kendala yang dihadapi sebelumnya terkait dengan peruntukan lahan. Sumber tenaga panas bumi kebanyakan di area hutan konservasi. Mendekati penduduk setempat saat membangun jaringan pipa transmisi juga tidak gampang.  

“Untungnya untuk daerah Kamojang, pelaksanaan proyek PLTP tergolong lancar,” kata Dwi Soetjipto.

Di area Kamojang, Pertamina juga melakukan kegiatan konservasi melalui rehabilitasi Elang Jawa yang sudah masuk spesies yang nyaris punah. PGE juga mendukung pengembangan desa wisata, mengingat banyak objek air panas di kawasan itu.

Kepada Presiden Jokowi, Wawan menjelaskan proses produksi di PLTP Kamojang. “Pembangkit geothermal itu ramah lingkungan karena prosesnya merupakan siklus tertutup,” kata Wawan, yang sudah bekerja di lingkungan PGE selama 22 tahun.  

Uap yang berasal dari sumur sumber panas bumi masuk ke turbin yang dihubungkan dengan generator yang memutarnya untuk menghasilkan listrik. Uap dari turbin, masuk ke kondensor untuk dikondensasi.

“Karena uap hasil kondensasi masih panas temperaturnya, lantas dipompa ke menara pendingin. Kondensat dingin diinjeksi atau dimasukkan lagi ke sumur injeksi. Praktis tidak ada cairan yang dibuang ke lingkungan,” kata Wawan.  

Saya dan sejumlah teman wartawan mengikuti dari dekat peninjauan Jokowi ke unit 5 Kamojang. Jokowi nampak mengkonfirmasi beberapa hal yang sebelumnya sempat dia lihat di panel informasi.  

“Saya jelaskan juga ke presiden bahwa kualitas uap di Kamojang merupakan yang terbaik di dunia karena 99,99 persen adalah uap,” ujar Wawan.

Udara sejuk pegunungan. Penjelasan tentang energi terbarukan potensinya besar, membuat Jokowi nampak puas dengan kunjungan kerjanya.  

“Setiap kali ke daerah, salah satu keluhan yang muncul adalah listrik padam. Ada yang sehari padam 2 kali. Padam 2-3 jam. Ada yang lebih,” kata Jokowi. 

“Makanya pengembangan listrik 35.000 MW bukan proyek main-main. Saya cek terus, saya ikuti terus. Saya tanyakan sudah sampai di mana kemajuannya.”  

Mendengar komitmen presiden semua sumringah, apalagi Wawan.  “Alhamdullillah kerja hari ini lancar,” katanya. — Rappler.com

Uni Lubis adalah seorang jurnalis senior yang memiliki pengalaman lintas medium media. Ia adalah Eisenhower Fellow. Tulisannya bisa dinikmati di www.unilubis.com.

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!