Jalan neraka di sepanjang jalur evakuasi Gunung Raung

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Jalan neraka di sepanjang jalur evakuasi Gunung Raung
Rencana evakuasi sudah matang. Tapi tahukah bahwa jalan untuk evakuasi warga sekitar Gunung Raung tak ramah untuk dilintas? Berbatu dan terjal.

BONDOWOSO, Indonesia — Senin siang, 13 Juli, langit Sumberwringin cerah dan biru. Saat Rappler memasuki kawasan yang terletak di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, itu, warga tampak beraktivitas seperti biasa. Meskipun 12 kilometer dari tempat tinggal mereka Gunung Raung sedang aktif mengeluarkan laharnya. 

Tujuan Rappler sebenarnya bukan hanya Desa Sumberwringin, tapi sebuah dusun bernama Sepanas. Dusun ini masih berlokasi di kecamatan Sumberwringin, dan merupakan dusun terluar yang berbatasan langsung dengan Gunung Raung. 

Jarak Dusun Sepanas dari Gunung Raung hanya 8 kilometer. 

Untuk menuju ke sana, Rappler harus meminta izin terlebih dahulu ke Komandan Rayon Militer (Koramil) Sumberwringin yang terletak sekitar 17 kilometer dari Gunung Raung. 

Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

Di sana kami bertemu seorang tentara yang menjaga pos pengungsian bernama Ahmad Afandy. Setelah bertanya tentang tujuan kegiatan kami, ia pun mengantar kami menggunakan mobil yang cocok untuk area tanjakan gunung jenis Taft GT. 

Pertama, selepas dari pusat Kecamatan Sumberwringin, kami melewati hutan belantara. Di hutan tropis itu masih terlihat beberapa rumah penduduk, bahkan penjual bensin dan solar. Kami sempat menepi sebentar untuk mengisi bahan bakar. 

Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

Lalu kami mulai menelusuri jalan tanpa aspal. Selanjutnya jalan berupa tanah dan berbatu kami tempuh untuk sisa sekitar 6 kilometer menuju Dusun sepanas. 

Pemandangan Gunung Raung dan asapnya yang mengepul menghiasi langit Sumberwringin. 

Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

Sepanjang perjalanan menuju dusun tersebut, di kiri dan kanan kami tampak kebun kopi. Masyarakat Sumberwringin memang berkebun kopi  sejak dahulu. 

Selama dalam perjalanan tanpa aspal ini, kadang mobil kami harus miring ke kanan dan ke kiri, karena jalanan yang tak rata. Ditambah dengan batu-batu berukuran sedang yang tersebar di sepanjang perjalanan, membuat sopir mobil harus menyeimbangkan setirnya, agar tumpangan kami tidak terpelanting. 

Di tengah perjalanan, kadang jalanan bisa sangat curam atau menanjak. Jika jalanan curam, sopir akan menahan laju mobil dengan rem. Sebaliknya jika jalanan menanjak, sopir akan mundur berapa meter dan menggas penuh, sehingga mobil bisa melaju lebih kuat di tanjakan. 

Jalanan berbatu dan tak rata ini harus kami tempuh selama hampir 1 jam. Dan sepanjang itulah kami melihat jajaran kebun kopi. 

(BACA: Persiapan lebaran warga sekitar Gunung Raung)

Hingga kemudian kami sampai di Dusun Tol-Tol Barat. Dusun ini berjarak kurang lebih 3 kilometer dari Dusun Sepanas. Ada sekitar 196 warga yang tinggal di sini. 

Kami pun melanjutkan perjalanan, karena tinggal 3 kilometer lagi.

Sayangnya di sisa kilometer pertama, mobil ban pecah. Ban tersebut pecah setelah dipaksa naik ke tanjakan yang cukup tinggi dengan jalan berbatu tentunya. 

Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

Kami sempat panik, karena tak ada satu pun kendaraan yang bisa membawa kami pulang. 

Kepalang tanggung, kami pun memutuskan untuk meninggalkan mobil dan berjalan kaki. 

Sayangnya, ternyata jalan di tanjakan tersebut juga tidak mudah. Napas tersengal-sengal. Dan mungkin kera-kera hutan yang sedang bergelantungan sedang menertawakan kami yang tergopoh-gopoh menaiki puncak dusun. 

(IN PHOTOS: Lava pijar Gunung Raung)

Hingga kemudian seorang tentara lewat menggunakan motor trail. Dia melintas bagai malaikat bagi kami. Kami pun terselamatkan. 

Sisa perjalanan 2 kilometer pun dilanjutkan dengan motor trail. Hingga kami melihat sebuah kampung di puncak dusun, dengan pemandangan Gunung Raung di depan mata. 

Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

Mimpi evakuasi

Sesampainya di atas, kami disambut warga. Seketika itu juga, Rappler membayangkan rencana evakuasi warga yang sudah disusun rapi oleh tim Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan petugas Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) setempat. 

Mungkinkah evakuasi itu dilakukan dengan kondisi jalan seperti jalur neraka? 

“Mungkin. Kami sudah siapkan 5 truk di bawah,” kata tentara yang mengantarkan kami. 

Dengan perhitungan, truk itu akan mengangkut 50 warga Dusun Sepanas dan 196 warga Tol-Tol Barat. Truk akan diberangkatkan dari pos pengungsian yang jauhnya sekitar 7 kilometer dari dusun. 

Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

Itu berarti truk tersebut harus menempuh jarak 14 kilometer (pulang-pergi) agar bisa menyelamatkan warga dari awan panas dan batu pijar Gunung Raung, jika meletus nanti. 

Berapa jarak yang harus ditempuh? Dalam perhitungan kami, paling tidak dibutuhkan waktu 1,5 jam untuk menempuh dusun dan kembali ke pos pengungsian. 

Sebuah pertanyaan besar bagi kami setelah menelusuri jalur evakuasi tersebut? Akankah pemerintah menyiapkan plan B untuk mengungsikan warga? Karena hingga saat ini, jalur neraka ini jelas sulit diandalkan. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!