5 pelajaran yang bisa dipetik dari kepemimpinan CEO Nintendo Satoru Iwata

Steven Millward

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

5 pelajaran yang bisa dipetik dari kepemimpinan CEO Nintendo Satoru Iwata
5 pelajaran kepemimpinan yang bisa dipetik dari sosoknya, khususnya bagi entrepreneur dan programmer.

Senin, 13 Juli 2015, Nintendo melaporkan bawa CEO mereka, Satoru Iwata, meninggal dunia di hari Sabtu, 11 Juli, di usia 55 tahun setelah menderita tumor saluran empedu selama lebih dari satu tahun. Satoru menjabat sebagai presiden Nintendo sejak bulan Mei tahun 2002, dan merupakan pemimpin Nintendo pertama yang tidak berasal dari keluarga Yamauchi.

Ia sejatinya adalah seorang programmer dan kuliah di jurusan teknik informatika. Meskipun kinerja Nintendo sempat menurut sejak munculnya era smartphone dan game mobile sejak sekitar tahun 2008, Satoru tetap memimpin Nintendo dengan baik. 

Berikut lima pelajaran kepemimpinan yang bisa dipetik dari sosoknya, khususnya bagi entrepreneur dan programmer.

1. Terjun langsung ke lapangan

“Di kartu nama, saya adalah presiden perusahaan. Dalam pikiran, saya adalah game developer. Tapi, dalam hati, saya adalah gamer.” Itulah kalimat pembuka keynote speech-nya pada 2005.

Ketika menjadi CEO sekalipun, ia tetap berpikir seperti seorang programmer agar tetap up-to-date dengan perkembangan dunia game dan keinginan pelanggan. Cara berpikir itulah yang harus dimiliki founder dengan latar belakang teknis untuk mengembangkan bisnis mereka.

Ketika dibutuhkan, Satoru bahkan rela turun tangan langsung meskipun dia adalah pimpinan perusahaan:

Karir awalnya juga merupakan pelajaran berharga untuk Anda yang ingin membangun sebuah startup. Masih dalam keynote speech yang sama, ia menjelaskan:

“Kami mulai mendesain game kami. Kami bekerja sampai tengah malam atau lebih larut tiap harinya, dan sekelompok teman itu sekarang menjadi perusahaan yang sekarang bernama HAL.”

Seperti startup lainnya yang berkembang positif, ia tetap fokus pada visi dan akan melakukan semua cara untuk mewujudkan mimpi besarnya:

“Saat mencari kerja setelah lulus dari Tokyo Institute of Technology, saya lebih memilih bergabung dengan perusahaan terkecil yang dibuat teman sekelas saya. Saya adalah pegawai kelima di HAL. Ketika saya menceritakan ini ke ayah saya, dia tentu kecewa. Bahkan nampaknya ini merupakan salah satu momen terburuk dalam sejarah keluarga.”

2. Menganalisis tren yang akan datang

Beberapa tahun sebelum era smartphone, Satoru merasa bahwa orang ingin punya game yang lebih kaya dan menarik di perangkat mobile. Di akhir 2004, dua tahun setelah ia mulai memimpin perusahaan, Nintendo meluncurkan DS.

Memang, Nintendo sendiri sudah mulai berkecimpung di game handheld dengan Game Boy mereka sejak tahun 1989, jauh sebelum orang mulai mengenal handphone. Konsol itulah yang kemudian berubah menjadi Game Boy Advance di abad ke 21.

Tapi pada akhirnya, meskipun tidak direncanakan, DS menggantikan posisi Game Boy.

DS tidak mengawali kiprahnya dengan baik akibat beberapa game yang mengecewakan seperti Mario 64 versi remake DS yang membuat banyak gamer mengernyitkan dahi. Tapi pada akhirnya DS tetap mendulang sukses karena memang mirip dengan game smartphone yang sekarang disukai (atau dibenci) banyak orang. DS bahkan memiliki fitur online gaminglayaknya yang Anda miliki di smartphone sekarang.

Satoru termasuk jeli dalam membaca fenomena perkembangan teknologi smartphone. “Akan ada game di ruang tamu, kantor, PDA, handphone, dan tentunya di Nintendo DS,” ucapnya di sebuah pidato di tahun 2005 di acara Game Developers Conference di San Francisco. 

Tapi fenomena iPhone dan smartphone Android murah memperlihatkan bahwa Satoru dan Nintendo tidak memprediksi bahwa PDA, handphone, dan komputer bisa bertransformasi menjadi sebuah smartphone.

3. Terus menjalin komunikasi dengan pelanggan

Perusahaan besar biasanya cenderung sulit dihubungi, apalagi perusahaan Jepang. Tapi Satoru berbeda dari kebanyakan perusahaan tersebut. Sadar bahwa membuka jalur komunikasi dengan pelanggan adalah hal yang bagus, ia membuka blog Iwata Asks. Isinya mungkin tidak seperti Twitter milik CEO Apple Tim Cook yang dibuat dengan super hati-hati atau post Weibo yang santai dari CEO Xiaomi seperti Lei Jun . Tapi, ia tetap berkomunikasi dengan pelanggannya lewat Internet, bukan hanya sekadar menyebar press release.

Ketika ia juga mengambil alih posisi CEO Nintendo Amerika, Satoru memutuskan untuk tidak melakukan konferensi pers seperti E3. Ia lebih memilih melakukan pengumuman online yang lebih kecil tapi terfokus yang diberi nama Nintendo Direct. Hal ini memunculkan banyak foto dirinya dengan beragam pose yang bertebaran di Internet, dan semuanya diambil dari screenshot di video pengumuman tersebut, serta juga gambar dalam format GIF:

Dan tidak hanya satu GIF:

4. Rela memotong gajinya sendiri sebagai panutan

Kita semua tahu bahwa kiprah Nintendo belakangan ini sedang tidak begitu bagus. Tahun lalu, Satoru memutuskan untuk memotong gajinya sampai 50% selama enam bulan sebagai cara memperlihatkan bahwa ia bertanggung jawab atas hasil buruk finansial perusahaannya. Padahal jajaran eksekutif Nintendo yang lain gajinya hanya dipotong 20 hingga 30 persen.

Pemotongan gaji itu memang tidak akan langsung berdampak bagi perusahaan. Tapi paling tidak, ia memperlihatkan bahwa ia tidak berdiam diri melihat keadaan.

5. Berani mengaku jika melakukan kesalahan

Di bulan April, Nintendo mengumumkan bahwa mereka bekerja sama dengan perusahaan game mobile Jepang, DeNA. Meskipun kita belum melihat buah dari kerja sama ini, banyak yang beranggapan bahwa Nintendo telah siap untuk terjun ke dunia gaming smartphone, meski begitu tak sedikit pula yang menyarankan agar tetap melangkah secara hati-hati agar Nintendo tetap mempertahankan bisnis hardware-nya dan menghindari bahaya dari game freemium.

Dengan melakukan ini, Satoru mengakui bahwa ia keliru melakukan prediksi mengenai era smatphone dan siap membawa karakter-karakter khas Nintendo ke perangkat dengan pengguna yang lebih luas.

—Rappler.com 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!