Aktivis lingkungan Aceh desak pemerintah serius tangani perburuan gajah Sumatera

Nurdin Hasan

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Aktivis lingkungan Aceh desak pemerintah serius tangani perburuan gajah Sumatera
31 gajah Sumatera ditemukan mati di Aceh sejak 2012

BANDA ACEH, Indonesia – Sejumlah aktivis lingkungan yang tergabung dalam Gerakan Indonesia Sahabat Gajah menyerukan kepada pemerintah lokal dan masyarakat setempat agar menghentikan pembunuhan gajah Sumatera di Aceh.

Seruan itu disampaikan dalam aksi damai di depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat (12/9), menyusul matinya tiga gajah Sumatera yang diduga kuat sengaja dibunuh, awal September lalu.

Dua bangkai gajah dewasa jantan ditemukan di areal perkebunan sawit milik PT Dwi Kencana di Desa Jambo Reuhat, Kecamatan Banda Alam, Kabupaten Aceh Timur, Senin (7/9). Seminggu sebelumnya, gajah mati ditemukan dekat sungai Cengeh Desa Panggong, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya.

Saat ditemukan, gading ketiga gajah itu sudah tidak ada lagi sehingga kuat dugaan sengaja dibunuh. Parahnya, bangkai kedua gajah di Jambo Reuhat sangat mengenaskan karena kepalanya dipenggal.

”Kami khawatir gajah Sumatera di Aceh sudah menjadi target para pemburu gading. [Tindakan] itu terkesan seperti dibiarkan begitu saja terjadi,” seru koordinator aksi, M. Syafri Al Hayat. “Ini tanggung jawab dan kepedulian bersama. Kami minta kepada otoritas berwenang mengambil tindakan tegas dan menghukum pembunuh gajah.”

Menurut Al Hayat, gajah Sumatera adalah hewan yang mempunyai tempat di hati rakyat Aceh. “Di era Kerajaan Aceh Darussalam abad ke-16, gajah adalah satwa kebanggaan dan sangat dihormati. Kerajaan Aceh memiliki pasukan seribu gajah,” ujarnya. 

“Orang Aceh juga punya nama penghormatan untuk gajah, yakni Po Meurah dan Teungku Rayeuk.”

Aksi ini diharapkan dapat menunjukkan pada dunia bahwa masih banyak masyarakat Aceh yang peduli terhadap kelangsungan hidup gajah Sumatera.

”Kami ingin menunjukkan bahwa tidak benar orang Aceh diam melihat gajah dibunuh. Kami memprotesnya. Ketiadaan gajah akan memengaruhi kehidupan hutan di Aceh secara keseluruhan. Artinya memengaruhi kehidupan manusia juga,” lanjutnya.

Gerakan Indonesia Sahabat Gajah mendesak pemerintah menindak pembunuh gajah di Aceh dan memburu pedagang gading. Mereka juga mengharapkan pada pasangan presiden terpilih Joko “Jokowi” Widodo dan Jusuf Kalla berkomitmen kuat untuk melindungi gajah dan satwa langka lain di hutan-hutan Indonesia.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah (Kabid Humas Polda) Aceh, Komisaris Besar Polisi Gustav Leo, mengatakan pihaknya serius mengusut kasus kematian gajah di Aceh karena “kita berkepentingan untuk memproses secara maksimal dalam rangka penegakan hukum.”

“Untuk kasus di Aceh Timur, sudah empat saksi diperiksa. Mereka adalah karyawan perusahaan perkebunan sawit di sana. Tetapi, sejauh ini belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka,” terang Gustav.

Sedangkan untuk kasus di Aceh Jaya, menurutnya, masih dalam tahap penyelidikan.

90 gajah mati dalam tiga tahun

Dede Suhendra, Project Leader World Wildlife Fund (WWF) Indonesia di Aceh, dalam pernyataan pers menyatakan sedikitnya 90 ekor gajah Sumatera mati di Aceh, Riau dan Lampung, sejak 2012. Sebanyak 31 dari jumlah itu terjadi di Aceh.

“Dari semua kasus kematian gajah pada periode tersebut, belum ada satu kasus yang berhasil dibawa ke pengadilan,” kata Dede, seraya mendesak pemerintah dan penegak hukum lebih serius menuntaskan penyelidikan semua kasus kematian gajah.

Data yang dikeluarkan Workshop Forum Gajah dan Kementerian Kehutanan di Bogor awal tahun 2014 menyebutkan bahwa estimasi populasi gajah Sumatera di alam liar diperkirakan berjumlah 1.724 ekor, termasuk sekitar 500 ekor berada di Aceh. 

“Populasi itu terus menurun akibat fragmentasi habitat, konflik manusia dan satwa, perburuan dan perdagangan illegal,” kata Dede.

International Union for the Conservation of Nature (IUCN) dalam daftar merah yang dirilis tahun 2011 telah meningkatkan status sub-spesies gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) dari ”genting” menjadi ”kritis” (critically endangered). Akibatnya, gajah Sumatera menjadi satu-satunya sub-spesies gajah dunia yang terancam punah. 

Genman Suhefti Hasibuan, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, menyatakan, perburuan gading gajah di Aceh lumayan tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Untuk mengatasi perburuan gading gajah dan satwa liar lain di Aceh, BKSDA akan meningkatkan koordinasi dengan kepolisian agar lebih serius lagi melakukan penegakan hukum dan memproses para pelaku yang memburu gajah. 

“Penegakan hukum dalam dua tahun terakhir sudah baik di Aceh, tapi perlu langkah lebih serius lagi sehingga perburuan gading gajah bisa diminimalisir,” katanya.

Menurutnya, perburuan gajah terjadi karena masuknya gajah ke perkebunan masyarakat dan merusak tanaman warga. Gajah-gajah tersebut merusak perkebunan karena terganggu oleh aktivitas pembukaan lahan oleh masyarakat. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!