Kanker payudara Malinda Dee bukan lelucon

Ibrahim Musa

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kanker payudara Malinda Dee bukan lelucon

AFP

Dalam bulan peduli kanker payudara sedunia, hargailah pasien kanker payudara yang harus berjuang tiap harinya

Ketika Twitter berubah fungsi menjadi ruang persidangan, satu hal yang perlu dilakukan adalah mengambil langkah mundur dan mencoba menjernihkan pikiran. 

Mantan Senior Relationship Manager Citibank Malinda Dee kembali membuat sensasi di dunia maya. Wanita yang pada tahun 2012 divonis 8 tahun penjara dalam kasus pencucian uang nasabah Citibank ini dikabarkan sudah berhari-hari tak lagi menginap di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Sukamiskin Bandung, Jawa Barat.

Sejak Selasa (23/9), Malinda, yang menjadi terkenal karena tubuh dan parasnya yang sensual, menjalani perawatan di Rumah Sakit Santosa Bandung. Ia dilarikan ke rumah sakit karena mengalami nyeri di area payudara dan bokongnya.

Para napi wanita lain sebelumnya mengeluhkan ketidakhadiran Malinda dalam selnya. Hal tersebut dikemukakan oleh tim Ombudsman yang sedang melakukan kunjungan ke Lapas Sukamiskin, Kamis (2/10). 

Menurut Kepala Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat, Giri Purbadi, Malinda baru menjalani operasi untuk masalah silikon di payudaranya. Dalam operasi tersebut juga ditemukan bahwa ternyata ia menderita kanker payudara.

“[Malinda] baru operasi payudara di sebelah kanan dan kiri meleleh karena pakai silikon. [Payudaranya] dipotong habis,” kata Giri kepada wartawan, Jumat (3/10).

“Malinda kena kanker payudara juga. Masa kita biarkan, bisa mati orang,” lanjutnya.

Giri menyampaikan bahwa selama di lapas, Malinda mengalami kesulitan untuk beraktifitas akibat penyakit yang dideritanya. Ia selalu mengeluh kesakitan dan tak bisa tidur terlentang, menurut Giri.

Dokter di Lapas Wanita Sukamiskin, dr Sri Ulina, mengatakan bahwa selain menderita kanker payudara, Malinda dirawat di RS Santosa karena harus menjalani operasi pemasangan silikon baru di bagian bokong untuk menggantikan silikon sebelumnya yang hilang.

“Dulu pernah operasi pemasangan silikon di Jakarta. Namun silikon itu pecah,” ujar Sri. Menurut Sri, Malinda pernah melakukan operasi pemasangan silikon pada tahun 2010 dan 2011, sebelum menjadi narapidana.

Generasi muda Indonesia zaman sekarang yang hanya hobi membaca judul pun langsung bereaksi keras di Twitter. Banyak dari mereka, laki-laki dan perempuan, yang menertawakan musibah yang menimpa Malinda. Cemoohan ditujukan pada payudara Malinda yang sejak awal kasusnya muncul di media massa menjadi topik pembicaraan. 

Tak banyak yang tahu bahwa di balik judul sensasional media massa — “Silikon pecah, Malinda Dee dirawat”; “Silikon payudara meleleh, Malinda Dee tinggalkan lapas”; atau “Jika tak kontrol, payudara Malinda Dee bisa bantet” — ada cerita yang lebih naas.

Bulan Oktober adalah bulan peduli kanker payudara sedunia. Sudah sebaiknya kita menghormati penderita kanker payudara tanpa menghakiminya. Kementerian Kesehatan pada awal tahun 2014 mencatat bahwa kanker payudara merupakan kasus tertinggi di seluruh rumah sakit di Indonesia.

Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit, jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap pada kanker payudara itu terbesar se-Indonesia, yaitu sebanyak 12.014 orang, atau 28,7% dari seluruh penderita kanker. Kemudian diikuti oleh pasien kanker leher rahim (serviks), sebesar 5.349 orang, atau 12,8%.

Banyak hal yang dapat menyebabkan kanker payudara. Beberapa di antaranya adalah faktor genetik dan gizi yang buruk pada makanan yang dikonsumsi. Dalam kasus Malinda Dee, penggunaan silikon juga merupakan salah satu penyebabnya. Terlepas dari apapun penyebabnya, baik itu terjadi secara alamiah atau buatan manusia, tak sebaiknya kita mengejek penderita kanker payudara. 

Tak ada yang tahu cobaan apa yang dialami oleh mereka; bagaimana mereka mengeluh kesakitan ketika nyeri menyerang, sulit menemukan posisi tidur yang nyaman, kucuran darah yang mengalir membanjiri badan, atau raga yang melemas karena sel-sel kanker menggerogoti bagian tubuh yang lain.

Di bulan peduli kanker payudara ini, tanpa bermaksud menggurui, marilah kita semua belajar untuk menghargai derita orang lain karena kita tak akan pernah tahu apa yang mereka alami. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!