Uni Fahira dan Mary Jane

Arman Dhani

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Uni Fahira dan Mary Jane
Agak ganjil memang membandingkan Fahira Idris dan Celoso, tapi keduanya berusaha menyelamatkan hidup. Fahira memperjuangkan generasi muda dari bahaya minuman keras, Celia memperjuangkan nyawa anaknya dari regu tembak

Saya mengerti mengapa Fahira Idris, anggota DPD Republik Indonesia, begitu keras memperjuangkan penolakannya terhadap Bir. Bir, seperti minuman keras yang lainnya punya daya rusak yang tinggi. Ia seketika bisa membuat orang menjadi berbahaya, bayangkan betapa celakanya orang yang mabuk ketika ia mengendarai mobil, atau mungkin melakukan kekerasan karena kehilangan kesadaran.  

Alih-alih menghina Uni Fahira, kita semestinya menghormati sikap beliau, Uni seberapapun anehnya pemikirannya, ia sedang bekerja sebagai seorang anggota senat.

Uni Fahira, seperti juga ibu saya, adalah orang yang memandang bahwa bir dan segala jenis minuman keras adalah sumber malapetaka. Anda tidak bisa berdebat dengan ibu saya, ah tidak, saya tidak bisa berdebat dengan ibu saya. Ia hanya berpikir tentang kebaikan saya, seberapa naif dan polosnya pikiran itu, saya menghormati sikapnya. 

Kita bisa memperdebatkan bahwa masalah bir dengan berbusa-busa, dengan berbagai hal, tapi apa substansinya?

Tapi ada baiknya kita mulai sepakati beberapa hal. Apakah kita sepakat bahwa minuman beralkohol hanya boleh diakses dan dinikmati mereka yang telah dewasa? Apakah kita sepakat bahwa minuman beralkohol mesti dibatasi ruang penjualannya untuk kalangan tertentu saja? 

Apakah kita sepakat bahwa bir, seberapapun menyenangkannya minuman ini, tidak semestinya dijual sembarangan kepada mereka yang belum cukup umur. Jika poin poin ini kita sepakati, lantas mengapa mesti sinis kepada Fahira?

Kita bisa berdebat tentang argumen dan logika yang dipakai oleh Fahira tentang usahanya melarang miras di Jakarta dan Indonesia. Tapi seperti orang beradab yang memiliki pendidikan, kita juga semestinya sepaham bahwa alkohol diawasi konsumsinya.

Pengawasan tidak sama dengan pemberangusan, berdasar Perpres Nomor 74 tahun 2013 Tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol, minuman keras masih bisa dibeli dan diakses di tempat terbatas. Jika Fahira memperjuangkan dan berupaya menegakkan aturan ini, apa yang salah?

Uni barangkali adalah seorang ibu, ibu yang tidak ingin anaknya mengakses minuman keras. Ia punya nilai-nilai yang ia perjuangkan, ia seorang senat yang punya kekuasaan dan hak untuk memperjuangkan kepentingan konstituennya. 

Pada titik ini, saya kira ia tidak punya alasan untuk dicibir apalagi direndahkan. Masalah bir ini penting, jauh lebih penting daripada memperbaiki kualitas fasilitas pendidikan di Indonesia. Lagipula apa sih pentingnya memperbaiki fasilitas pendidikan kita? Paling ya cuma gedung roboh, lha kalo bir? Ini masalah akhlak dan keimanan!

Celia Veloso, ibu dari terpidana mati

Celia Veloso, ibu dari terpidana mati Mary Jane Fiesta Veloso, berunjuk rasa di depan kedutaan Indonesia, di Filipina, 8 April 2015. Foto oleh Francis R. Malasig/EPA

Perjuangan Uni yang menggunakan logika moral dan keselamatan generasi muda mengingatkan saya kepada Celia Veloso. Celia adalah seorang ibu, seperti ibu yang lainnya Celia ingin agar anak-anaknya bahagia. 

Tapi tentu kita akan bicara hal klise yang membosankan jika Celia adalah orang yang biasa saja, tapi tidak. Celia adalah ibu dari terpidana Mati Mary Jane, seorang perempuan yang dihukum mati karena kasus Narkoba. Sebentar, apa sebenarnya kaitan antara Celia dan Uni Fahira?

Pada satu titik keduanya adalah perempuan yang tengah memperjuangkan sesuatu. Celia memperjuangkan nyawa anaknya, Uni Fahira memperjuangkan keselamatan generasi muda dari minuman keras. Agak ganjil memang membandingkan keduanya, tapi satu yang mesti kita sepakati, keduanya berusaha menyelamatkan hak hidup.

Celia tidak sendiri, ada Mark Daniel dan adiknya Mark Darren, putra Mary Jane yang meminta sekaligus memohon agar ibunda mereka tidak dieksekusi. Ini adalah sebuah usaha akhir dari sebuah keluarga untuk mempertahankan hidup yang akan diambil paksa. Jika Uni Fahira memang berkomitmen kepada keselamatan sebuah generasi, maukah ia memperjuangkan permohonan kedua putra Mary Jane?

Mary Jane dihukum mati tersebab kasus narkoba, ia dianggap pantas mati karena merusak generasi muda. Tapi sebentar apakah Mary Jane gembong narkoba? Bagaimana jika ia kurir? Bagaimana jika sebenarnya ia, seperti juga banyak orang di negeri ini, korban dari sistem keadilan yang tidak berkemanusiaan? 

Apakah Mary Jane tak pantas diselamatkan? Jika memang Mary Jane adalah gembong narkoba yang merusak sebuah generasi, mengapa ia hidup dalam kemiskinan? Rumahnya di Filipina bahkan tidak lebih baik dari kandang kambing saat Idul Adha tiba, apakah ini wujud keadilan kita?

Akan jadi elok dan indah, ketika Uni Fahira bisa menjadi jembatan kemanusiaan. Selain menjadi aktifis yang menolak minuman keras, semoga ia bisa menjadi aktivis kemanusiaan yang menyelamatkan nyawa manusia. 

Tidak ada kemuliaan dari membunuh, sonder kehormatan. Jika Uni memang peduli kepada nyawa, peduli kepada kemanusiaan, selamatkanlah Mary Jane. Selamatkan seorang ibu bernama Celia Veloso dari kehilangan seorang anak. Bisakah? — Rappler.com

 Arman Dhani adalah seorang penulis lepas. Tulisannya bergaya satire penuh  sindiran. Ia saat ini aktif menulis di blognya www.kandhani.net. Follow Twitter-  nya, @Arman_Dhani.

 

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!