Philippine economy

Bukan pustakawan biasa

Nila Tanzil

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bukan pustakawan biasa
Di sebuah perkampungan nelayan, saat warga lain lelap menikmati istirahat siang, seorang nelayan dengan rela mengorbankan waktu tidur siangnya agar anak-anak di kampung itu bisa membaca.

Aku tidak dapat membayangkan masa kecilku tanpa buku. Karena buku, aku bisa berjalan-jalan keliling dunia di suatu sore, setiap sore.

Buku membantuku sehingga aku menjadi pribadi yang sekarang ini. Karena itulah hatiku menangis ketika melihat anak-anak di daerah pelosok di Indonesia Timur tidak memiliki akses buku.

Teringat, 5 tahun yang lalu, aku bertanya kepada beberapa anak tentang cita-cita mereka. Dan sayangnya aku hanya mendengar dua jawaban: menjadi guru atau pastor.

Tidak ada masalah dengan kedua profesi tersebut, namun kusadari bahwa ternyata anak-anak itu tidak dapat berpikir tentang profesi lainnya, karena di desa mereka — di dunia mereka — hanya kedua profesi itulah yang mereka lihat dan kagumi.

Seorang anak perempuan di Pulau Rinca berkata padaku, “Jika besar nanti, saya ingin menjadi perawat, tapi saya tidak yakin bisa. Semua tergantung ayah. Kalau ia punya uang, maka saya bisa sekolah perawat dan menggapai mimpi itu. Namun jika tidak… “

Anak perempuan itu berhenti berkata-kata.  Anak-anak ini masih sangat muda, 6-13 tahun, tapi mereka sudah membatasi mimpi-mimpi mereka.

Namun aku percaya, buku dapat mengubah itu semua! Aku percaya, buku dapat mengenalkan mereka pada dunia dan memicu imajinasi mereka. Aku percaya buku dapat memberikan inspirasi, dan membuat mereka menjadi berani bermimpi besar!

Akhirnya, aku mendirikan sebuah perpustakaan anak-anak di Flores, di Indonesia bagian Timur.

Lima tahun kemudian, berawal dari satu perpustakaan anak, inisiatifku itu telah berkembang menjadi sebuah organisasi sosial bernama Taman Bacaan Pelangi dan kami telah mendirikan 29 perpustakaan anak-anak yang tersebar di 14 pulau di Indonesia Timur.

Taman Bacaan Pelangi telah menyediakan akses lebih dari 50.000 buku bacaan dan menjangkau lebih dari 6.000 anak-anak di desa-desa terpencil di Indonesia Timur.

Aku ingin setiap anak di Indonesia Timur memiliki akses buku karena buku dapat membantu mereka untuk berani bermimpi. Dan bagiku, memiliki mimpi itu sangat penting, karena mereka akan termotivasi untuk belajar dan berusaha keras untuk menggapainya. 

Aku tahu, ketika anak-anak ini sudah cinta membaca, kita tidak akan dapat menghentikan mereka.

Kamu bisa membantu mereka dengan menghubungi Taman Bacaan Pelangiagar lebih banyak lagi buku cerita bagi anak-anak di Indonesia. — Rappler.com

Sebuah cerita dari Our Better World – bercerita untuk menginspirasi kebaikan, sebuah inisiatif dari Singapore International Foundation.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!