Bank Dunia: Peluang reformasi fiskal Asia Timur

Haryo Wisanggeni

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bank Dunia: Peluang reformasi fiskal Asia Timur

EPA

Bank Dunia merilis laporan berjudul "World Bank East Asia and Pacific Economic Update" untuk April 2015. Ada kabar baik dan kabar buruk dari laporan ini, termasuk bagi perekonomian Indonesia.

JAKARTA, Indonesia — Bank Dunia pada Senin pagi, 13 April 2015, merilis laporan berjudul “World Bank East Asia and Pacific Economic Update” untuk April 2015. Ada kabar baik dan kabar buruk dari laporan ini, termasuk bagi perekonomian Indonesia.

Kabar buruknya menurut Bank Dunia pertumbuhan ekonomi akan sedikit melemah di negara-negara berkembang kawasan Asia Timur dan Pasifik tahun ini. Secara rata-rata, angkanya akan menurun sebesar 0,2% menjadi 6,7% dari 6,9% pada tahun lalu.

Hal ini banyak dipengaruhi oleh melambatnya perekonomian sang lokomotif kawasan, Tiongkok yang pada 2015 ini diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 7%. Angka ini menurun dari tahun lalu yang mencapai 7,4%. Situasi ekonomi di Tiongkok sendiri belakangan memang tidak terlalu menggembirakan, diwarnai oleh pemotongan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Februari lalu.

Untuk Indonesia sendiri pertumbuhan ekonomi kita diperkirakan akan naik sedikit di atas angka pertumbuhan pada tahun 2014 sebesar 5% yaitu di angka 5,2%. Angka ini turun dari perkiraan sebelumnya yang mencapai 5,6%. Bank Dunia  juga menggarisbawahi sejumlah persoalan penting yang masih menghambat laju pertumbuhan ekonomi kita, terutama proses pemberantasan kemiskinan yang terus melambat.

Lalu apa kabar baiknya?

Rendahnya harga minyak dunia akan mendorong permintaan dalam negeri bagi sebagian besar negara di Asia Timur dan Pasifik. Hal ini memberikan kesempatan bagi para pembuat kebijakan untuk mendorong terjadinya proses reformasi fiskal dalam struktur anggaran negara mereka dengan mengalihkan anggaran belanja untuk pembelian minyak ke sektor-sektor yang lebih produktif – sesuatu yang menurut pemerintah kita akan segera dilakukan (BACA: Jokowi: Pengalihan subsidi BBM untuk sektor produktif)

Proses restrukturisasi pengeluaran ini juga menurut Bank Dunia dapat diarahkan untuk mengisi kekurangan investasi infrastruktur dan mengalokasikan lebih banyak dana untuk perlindungan sosial. Dalam konteks Indonesia sendiri, memang masih terdapat banyak pekerjaan rumah untuk urusan infrastruktur.

Salah satu indikatornya, sebuah studi dari Bank Dunia berkolaborasi dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berjudul “State of Logistics Indonesia 2013” disebutkan bahwa sejak  2004 hingga 2011 rasio biaya logistik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia menurun dari 27,61% menjadi 24,64%. Dengan kata lain, hanya berkurang sebesar 0,37% per tahun.

Perbandingan antara biaya logistik sebagai salah satu komponen biaya dalam proses produksi dengan PDB yang masih relatif besar menunjukkan bahwa perekonomian kita belumlah efisien. Lalu terkait perlindungan sosial, proses pemberantasan kemiskinan yang cenderung melambat juga mengindikasikan betapa pentingnya hal tersebut.

Jadi apa yang bisa kita simpulkan?

Mengutip World Bank Chief Economist for East Asia and Pacific Sudhir Shetty, Perekonomian kawasan Asia Timur dan Pasifik akan tetap kuat pada 2015 meskipun akan menghadapi banyak tantangan dan resiko baru yang terutama dipicu oleh belum stabilnya proses pemulihan ekonomi dan global Rappler.com

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!