Membumikan mainan logam di tengah serbuan produk impor

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Membumikan mainan logam di tengah serbuan produk impor
"Semua logam ini berasal dari limbah besi elektronik yang saya kumpulkan sedikit demi sedikit dari para pengepul.”

 

SEMARANG, Indonesia — Cuaca terik tak menyurutkan semangat Indriyanto untuk menata barang dagangannya di pelataran Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang, Jawa Tengah, Jumat 20 Oktober. Jemari tangannya tampak cekatan tatkala meraih satu persatu logam untuk ditata ulang di atas meja ruang pamer.

Logam-logam dagangannya cenderung berbeda dibanding lainnya. Bila dilihat, logam itu sudah dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai robot, gantungan kunci dan aksesoris menarik lainnya.

“Semua logam ini berasal dari limbah besi elektronik yang saya kumpulkan sedikit demi sedikit dari para pengepul,” kata Iin, sapaan akrabnya, saat membuka obrolan dengan Rappler.

Iin terinspirasi mengolah logam menjadi ragam produk bernilai jual tinggi sejak 2009 silam. Kala itu, ia tak sengaja mendapati banyak tumpukan rongsokan besi yang teronggok di dekat rumahnya.

Iseng-iseng ia membentuknya jadi miniatur mobil. Lama-kelamaan, ia mengumpulkan potongan besi bekas untuk diolah lagi menjadi beberapa mainan untuk diberikan kepada sang anak.

“Dari miniatur mobil, saya nyari lagi logam dari besi pelat untuk dibentuk menjadi aksesoris motor, mainan kereta api, sampai sekarang Allhamdullilah saya dapat pesanan sangat banyak,” ujar pria yang tinggal di Kampung Puri Anjasmoro Tengah VI, Karangayu Semarang itu.

“Limbah logam saya pakai sebagai bahan baku karena bentuknya tipis tetapi sangat kuat, dibanding memakai baja tebal,” sambungnya.

Produk lokal lebih unggul

Di sela kegiatannya mengajar ngaji anak-anak di kampungnya, Iin lambat-laun mulai menekuni produksi kerajinan logam bekas seiring meningkatnya permintaan dari para pembeli.

Iin ingin menunjukan bahwa produk lokal tetap punya daya pikat tinggi di tengah serbuan barang-barang impor yang marak di Indonesia. Ia bahkan berani menjamim jika kerajinan logamnya berkualitas bagus. Semua produknya juga dibuat secara manual.

“Apalagi sekarang eranya robot. Ya, saya ingin menunjukan dong kalau mainan logam itu lebih bagus ketimbang mainan impor yang kebanyakan memakai plastik,” urainya.

Keberadaannya di pelataran TBRS pun bertujuan menampilkan keunggulan kerajinan logam hasil karyanya. Kebetulan pada saat bersamaan terdapat pameran bertajuk Pazzar Seni 2017 yang dihelat selama tiga hari mulai 20-22 Oktober.

Iin tak mau menyia-nyiakan acara tersebut. Ia bergabung dengan kenalannya untuk membuka ruang pamer kerajinan logam yang kedua dalam dua tahun terakhir.

“Yang tahun kemarin kurang laku. Tahun ini harus laku semua. Karena produk saya lebih menarik, lebih unggul dan harganya terjangkau,” katanya seraya menambahkan jika sebuah produknya paling murah dibanderol Rp 20 ribu hingga termahal Rp 2 juta.

“Yang dua juta bentuk robot Gatotkaca sudah laku dipesan turis asing saat pameran di Jakarta,” katanya.

Ia menyebut pasar logam dalam negeri masih terbuka lebar. Ini jadi salah satu alasannya untuk bergelut di dunia kerajinan logam. Pemesan seakan tiada henti baik dari dalam maupun luar Kota Semarang.

Ia juga terus kebanjiran order dari luar negeri. Belanda dan Jepang jadi dua negara langganannya. Ia berpendapat memulai sebuah bisnis tak memulu berawal dari modal besar. Dirinya yang punya kantong tipis bisa ikut meramaikan bisnis kerajinan logam dengan keuntungan yang menggiurkan.

“Untuk memulai sebuah bisnis, harus dilakukan atas dasar hobi dan senang atas apa yang kamu lakukan. Kerajinan logam ini sendiri saya produksi secara kontinyu sampai 5-10 hari. Ini bisa dipakai sebagai hiasan almari dan meja belajar,” tuturnya.

Diikuti 40 peserta

Sedangkan bagi Dewan Kesenian Kota Semarang (Dekase) adanya Pazaar Seni di TBRS demi menyajikan banyak kerajinan dan pertunjukan seni berkualitas terbaik.

Puluhan seniman turut dilibatkan dalam acara tersebut. Peserta pameran tak hanya menampilkan kerajinannya namun disuguhi ajang kesenian dengan musikalitas yang rancak di panggung utama.

“Selama tiga hari Pazaar Seni digelar panggung hiburan tidak akan pernah sepi. Selalu ada pertunjukan, seperti musik keroncong, puisi, teater,” sahut Ketua Dekase, Handry TM.

Tak lupa pula, ia menampilkan berbagai loka karya unik macam seni lukis payung, ada workshop produksi keramik, kaos painting, sinematografi dan lain-lain. “Setiap masyarakat yang ingin masuk ke dalam venue Pazaar Seni tidak akan dipungut biaya sepeser pun,” tegasnya. 

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!