Alasan rental skuter di Ubud hanya mau pelanggan warga asing

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Alasan rental skuter di Ubud hanya mau pelanggan warga asing
“Saya enggak suka dibilang rasis. Kenapa saya dibilang rasis? Saya bingung. Enggak ngerti."

 

 

JAKARTA, Indonesia— Wayan Jati Parsa sudah bertahun-tahun menjalankan usaha penyewaan skuter di Ubud, Bali. Ia memiliki 40 motor scoopy yang siap disewakan dengan biaya Rp 50 ribu per hari. Tapi belakangan namanya menjadi buah bibir di media sosial setelah seorang calon pelanggannya mengunggah penolakan sewa bagi warga lokal.

Apa alasan Wayan tak mau menyewakan pada warga lokal? 

“Karena banyak masalah. Misal dulu pernah motornya digadaikan,” katanya pada Rappler, Rabu pagi, 23 September. 

Sudah dua kali motor milik Wayan hilang atau dibawa lari oleh warga yang kebetulan berasal dari Pulau Dewata tersebut. “Saya harus bayar ke polisi Rp 200-300 ribu untuk menebus motornya, mengurus administrasi, dan pengambilan barang bukti,” katanya. 

Temannya yang menyewakan motor pun pernah mengalami hal yang sama. Bahkan motornya dilarikan ke Pulau Jawa. 

Wayan menuturkan jika disewakan pada orang asing, motor tersebut selalu kembali padanya. Tidak pernah ada kejadian turis yang menjadi pelanggannya membawa lari motor sewa miliknya.

“Paling juga ditinggal di hotel. Itu kita bisa ambil,” katanya. 

Jika terjadi sesuatu pun, Wayan bisa melaporkan polisi dengan menunjukkan fotokopi paspor turis tersebut. 

Apakah tidak takut dibilang rasis? 

“Saya enggak suka dibilang rasis. Kenapa saya dibilang rasis? Saya bingung. Enggak ngerti. Saya mau sewakan sama siapa, itu kan hak saya,” katanya.  

Ia kemudian meminta maaf jika keputusannya itu tidak berkenan di hati netizen. “Kami cuma takut terjadi hal yang tidak diinginkan,” katanya.  

Bagaimana jika penyewa adalah polisi, TNI, atau keluarga yang bersangkutan?  

“Ya tergantung. Kami kan enggak tahu orangnya yang mana,” katanya. “Kalau kami enggak kenal orangnya, kami lebih cari amannya, lebih baik jangan.” 

“Tapi kalau kami kenal, kami kasih. Apalagi kalau teman yang mengajak dan kami kenal, enggak mungkin kan kami enggak ngasih.” —Rappler.com

BACA JUGA

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!