Kerukunan umat beragama di Malang: toleransi sepanjang generasi

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kerukunan umat beragama di Malang: toleransi sepanjang generasi
Dengan kesadaran penuh dua umat beragama membatasi diri agar perayaan agama tidak mengganggu saudaranya yang berbeda keyakinan

MALANG, Indonesia — Sepucuk surat dari Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Majelis Jemaat Immanuel Malang tiba di meja takmir Masjid Agung Jami Kota Malang pada 15 Desember 2015. Di dalam surat yang ditandatangani oleh Pendeta dan Sekretaris gereja Immanuel itu, mereka memberitahukan bahwa kegiatan ibadah Natal 2015 dan Tahun Baru 2016 diharapkan tidak akan mengganggu jalannya salat Jumat di Masjid Agung.

Gereja yang berdiri di tahun 1861 itu berjarak sepelemparan batu dengan Masjid Agung Jami Kota Malang, tepatnya di Jalan AR. Hakim 1 Malang, di tepi Alun-Alun bersejarah, Kota Malang. Gereja buatan Belanda itu telah bersiap mengadakan misa Natal sejak Kamis siang 24 Desember 2015.

Ratusan kursi lipat sudah berjajar di halaman luar gereja, meskipun masih berada di dalam pagar gereja. Sekitar 700 umat akan memadati dua kali ibadah yang berlangsung masing-masing pada pukul 17:00 dan 20:00 petang ini.

Seperti gereja lain yang terhimpun dalam Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), GPIB Immanuel akan mengadakan misa dengan tema “Hidup Bersama dalam Keluarga Allah”.

“Kami siapkan tenda di luar gereja, walaupun tidak sampai di jalan. Kami juga berkoordinasi dengan kepolisian serta instansi lain untuk pengamanan. Tahun lalu ada Banser dan Pramuka yang ikut mengamankan selain polisi,” kata Erick Pattipellony, Ketua V Bidang Informasi dan Komunikasi GPIB Immanuel Malang, Kamis 24 Desember 2015.

Ibadah misa sengaja menggunakan pengeras suara yang cukup didengar umat di dalam pagar gereja. Selain tidak mengganggu kegiatan di luar gereja, mereka juga tak ingin mengganggu peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang berlangsung di Masjid Agung Jami, tepat di sisi selatan gereja. Satu gedung perusahaan asvuransi menjadi satu-satunya bangunan pemisah di antara dua rumah ibadah itu.

“Selama ini kami tidak pernah terganggu dengan ibadah Masjid Agung, demikian pula sebaliknya. Kerukunan ini sudah terjadi lama, sebelum saya jadi pengurus lima tahun terakhir,” katanya.

Kaum Muslimin bersiap menggelar perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Jami' Kota Malang. Foto oleh Dyah Ayu Pitaloka

Maulid Nabi di dalam masjid
Sudah dua hari terakhir masjid terbesar di Kota Malang itu memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Malam ini pengajian berlangsung selepas Maghrib, dilanjutkan pentas kesenian hadrah yang dibawakan anggota Batalyon Infanteri (Yonif) 512/Marabunta Malang. Semua kegiatan itu sengaja dilakukan di dalam Masjid berlantai tiga dengan kapasitas 6.000 umat itu.

Umumnya, kesenian hadrah bertempat di pelataran depan masjid menggunakan panggung untuk dinikmati jamaah sekaligus pengunjung Alun-Alun Kota Malang, “Pengajian dari Ustad Harun Ismail dari Blitar selepas Maghrib, dilanjutkan Hadrah selepas Isya. Kami adakan di dalam masjid, suaranya juga masuk ke dalam masjid saja,” kata Ketua Takmir Masjid Agung Jamik Malang Zainuddin, Kamis 24 Desember 2015.

Selain Maulid Nabi, perayaan Natal yang jatuh pada Jumat 25 Desember 2015 juga bertepatan dengan ibadah salat Jumat, siang hari. Sekitar 7000 pria muslim akan memadati Masjid Jami hingga meluber ke jalan raya dan halaman Alun-Alun Kota Malang. Otomatis, jalan sepanjang AR.Hakim tak bisa dilewati kendaraan.

“Gereja berinisiatif berkirim surat memberitahukan bahwa kegiatan Natal mereka diharapkan tidak mengganggu jalannya salat Jumat. Di dalam suratnya disebutkan, kegiatan pagi akan berlangsung pukul 08,00 hingga 10,30 WIB. Tentu tidak mengganggu, umumnya jalan mulai penuh sekitar pukul 11.00,” kata Mahmudi, Sekretaris Takmir Masjid Agung Jami Kota Malang.

Menurutnya kerukunan itu tekah berlangsung turun temurun sejak dirinya kecil. Tidak hanya gereja Immanuel milik umat Protestan, gereja Katolik di Kayu Tangan, Hati Kudus Yesus yang terletak sekitar 100 meter di Utara Masjid Agung juga membuka pagar gereja lebar-lebar setiap Masjid mengadakan Salat Iedul Fitri dan Iedul Adha.

“Gereja Kayu Tagan juga membuka pagar agar halamanya untuk salat. Bahkan mereka juga menunda kebaktian jika hari raya jatuh pada hari Minggu,” katanya.

Kamis petang 24 Desember 2015, ratusan umat di dalam GPIB Immanuel sedang menyenandungkan pujian mengingat kelahiran Sang Juru Selamat mereka. Satu persatu umat terus berdatangan dan masuk lewat pintu utama.

Sejumlah umat dengan suka cita mempersilahkan petugas keamanan gereja untuk memeriksa tas dan barang bawaan mereka sebelum masuk ke dalam gereja. Tak jauh dari gereja, senandung ayat suci Al Quran melantun syahdu dari pengeras suara milik Masjid Agung Jami Kota Malang.

Umat muslim berduyun-duyun berdatangan menunggu waktu Maghrib. Malam ini, peringatan hari kelahiran Nabi pembawa pesan terakhir, Maulid Nabi Muhammad SAW berlangsung khidmat di dalam Masjid.

Kamis sore, langit Kota Malang dinaungi mendung, Tak lama hujan rintik turun. Laiknya simfoni alam, rintik hujan tidak hanya menambah khidmat peribadatan dua umat yang berbeda keyakinan, namun juga menjadi bahasa alam yang turut mensyukuri eratnya jalinan toleransi beragama.  — Rappler.com

BACA JUGA

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!