SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia—Pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta karya Rahung Nasution di Goethe Institute, Menteng, dibatalkan hari ini, Rabu, 16 Maret. Alasan pembatalan karena informasi dari kepolisian menyebutkan ada ancaman dari organisasi masyarakat tertentu.
“Tadi malam Goethe Haus mengatakan ada intel dari Polsek Menteng yang meminta kami membatalkan karena ada ormas-ormas yang akan berdemo,” ujar Rahung pada Rappler saat ditemui di Goethe Haus.
Hingga Selasa malam, 15 Maret, pihak panitia dan Goethe Haus masih sepakat film akan diputar sehingga tak ada kabar pembatalan.
“Tapi tadi pagi produser saya Wishnu (Yonar) ditelepon oleh pihak polsek untuk meminta pembatalan karena izin. Kemarin ormas, sekarang urusannya dengan izin. Padahal sudah ada pemberitahuan sudah ada cap dari mereka,” katanya.
Berikut surat yang dimaksud:
Rahung melanjutkan pihak Goethe akhirnya sepakat untuk menunda. “Menurut pihak Goethe mereka bukan takut pada ancaman, mereka selalu memberikan ruang untuk pemutaran film, tidak pernah ada sensor di konten,” katanya.
Alasan Goethe juga karena jam pemutaran film bersamaan dengan waktu belajar siswa. “Jam 5:00 sore banyak anak sekolah biasanya,” katanya.
Rahung: ini ancaman untuk kebebasan
#Breakingnews Wawancara dengan Rahung Nasution Pemutaran film Pulau Buru dibatalkan hari ini, mengapa? Simak:Laporan untuk Rappler Indonesia
Posted by Febriana Firdaus on Tuesday, March 15, 2016
Rahung mengatakan alasan pelarangan penanyangan film semula disebut karena ada ancaman ormas, kemudian diubah menjadi izin.
Terkait dengan ancaman dari kelompok tertentu, Rahung mengatakan ini bukan saja ancaman terhadap dirinya pribadi.
“Ini turut menjadi ancaman buat kelompok lain yang juga ingin mempromosikan kebebasan yang berbeda dengan cara pandang mereka,” katanya.
“Ini tidak masuk akal, orang yang mengancam kebebasan diberi tempat, sementara orang yang mencari keadilan tidak diberi tempat,” ujarnya.
Proyek untuk kawan lama
Tentang film, Rahung menuturkan pada Rappler bahwa karyanya terinspirasi dari kawan lama Hesri Setiawan.
Hesri mantan tahapan politik Pulau Buru dan sekaligus penulis buku Memoar Pulau Buru. Ia baru saja mendapat penghargaan dari Universitas Gadjah Mada sebagai “Inspirasi Perjuangan HAM bagi Generasi Muda” pada Jumat, 11 Maret.
Penghargaan tersebut diserahkan langsung pada Hesri oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM Erwan Purwanto, disaksikan Ketua Youth Studies Centre (YOUSURE) Fisip UGM Najib Azca dan Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid.
Pada saat pertama kali bertemu Hesri pada 2004 di Timor Leste, Rahung mengaku terinspirasi dengan cerita-cerita mantan tapol tersebut.
Ia kemudian mendapat ide untuk membuat sebuah karya yang menuturkan kisah Hesri. Ide itu diendapkannya hingga ia pindah dari Singapura ke Jakarta.
Saat bekerja di Singapura ia pun bertemu dengan seniman Dolorosa Sinaga dan beberapa rekan lainnya. Teman-teman senimannya itu pun menyarankan Rahung untuk segera mewujudkan idenya mengingat tragedi pembantaian massal 1965 akan mencapai usia 50 tahun.
Rahung pun setuju dan memulai proyek tersebut pada Februari 2015. Temanya mengenai seorang Hesri yang ingin berziarah ke makam sahabatnya yang juga ditahan di Pulau Buru. “Temannya mati mengenaskan saat ditahan di Pulau Buru,” katanya.
Film itu didanai dari dana iuran rekan-rekannya, termasuk kocek pribadi. Hingga dapat dirampungkan pada bulan ini, dan rencananya akan ditayangkan perdana di Goethe Haus hari ini. —Rappler.com
BACA JUGA:
- Hasil IPT 1965 dan catatan untuk Jokowi
- LINI MASA: International People’s Tribunal tragedi 1965 di Den Haag
- Pengadilan Rakyat Internasional 1965 digelar di Den Haag besok
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.