SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia — Pertempuran seru antara Sang Manusia Baja melawan Petarung Bertopeng dalam Batman v Superman: Dawn of Justice akhirnya “meledakkan” bioskop-bioskop di Indonesia mulai Rabu, 23 Maret, lalu.
Lex Luthor, yang diperankan Jesse Eisenberg, mengatakan bahwa film ini adalah “pertarungan gladiator terbesar dalam sejarah dunia dewa versus manusia” dalam trailer terakhirnya.
Namun, ini bukan hanya pertarungan antara Clark Kent/Superman (Henry Cavill) dengan Bruce Wayne/Batman (Ben Affleck). Karena melanjutkan film Man of Steel, film ini juga memperkenalkan para superhero dan anti-hero lainnya dari Justice League.
Kita juga telah melihat Gal Gadot mencuri perhatian dalam trailer-nya, namun kita juga berharap dapat segera melihat Aquaman (Jason Momoa) dan The Flash (Ezra Miller).
Namun film ini mendapat kritikan yang tajam dari sejumlah kritik, dan Affleck tampaknya tidak bisa menerima itu dengan baik. Hal ini tersirat dari raut wajahnya saat meladeni sebuah wawancara di bawah ini:
Ekspresi Affleck menunjukkan kesedihan dan sudah muncul beragam meme di media sosial yang mengoloknya.
Apakah Batman v Superman seburuk itu? Berikut pendapat para kritikus tentang yang ditunggu-tunggu ini:
“Jika kamu ingin mempertontonkan pertarung gladiator terbesar dalam sejarah DC Comics, tentunya tidak perlu memilih jalan yang halus,” tulis Peter Travers dari Rolling Stone.
Sedangkan Travers berkomentar tentang skenario film tersebut “semuanya terlalu serius… [Sutradara Zack] Snyder, dicampur dengan score Hans Zimmer, menampilkan seluruhnya sejak awal hingga pertahanan menjadi sia-sia.”
Lebih baik dari Man of Steel, namun di bawah kualitas tinggi yang diperlihatkan (sutradara Cristopher) Nolan dalam Dark Knight, Dawn of Justice,” tulis Travers.
Nick De Semlyen dari Majalah Empire berkomentar, “Judul film ini memberikan harapan yang tinggi. Dua titan dari budaya pop akan mengatur kembali tata kota.”
“Pertarungan dikoreografikan dengan sangat ketat…. Snyder membuatmu menunggu, dan menunggu, dan menunggu hingga pertarungan kejuaraan.”
De Semlyen juga mencatat, bagaimana pun, set yang spektakuler tidak menguntungkan. Ia menulis “Dari klimaks ke klimaks, CGI-nya berlebihan, membuatnya terlihat generik dan melelahkan.”
Chris Nashawaty, Entertainment Weekly
Chris Nashawaty dari Entertainment Weekly juga memperhatikan bahwa film Batman v Superman sama bagusnya dengan ekspektasi orang-orang. Ia menuliskan, ”Perkelahian yang sibuk dan brutal. Gambar dan penampilannya sangat baik (setidaknya beberapa diantaranya). Jika kamu hanya mencari ukuran, kamu tidak akan kecewa.”
“(Batman v Superman) dimulai dengan sebagai meditasi menarik tentang dua superhero yang beralih ke emosi yang yang terlalu manusiawi: kebencian dan ketakutan atas hal yang tidak diketahui.”
Andrew Pulver dari harian Inggris The Guardian juga melihat potongan set yang menarik. Ia menulis: “Cara film ini dikonstruksikan — berbalapan dari satu potongan ke potongan lainnya, dengan hanya beberapa detik diantaranya.”
Pulver berpendapat, film ini seharusnya menunjukkan “sudut pandang dari kedua superhero.”
Matt Zoller Seitz, RogerEbert.com
Menurut Matt Zoller Seitz dari RogerEbert.com, film ini cenderung mudah diprediksi. “Anda bisa melihat seluruh kartunya sepuluh menit sebelum diperlihatkan dalam film. Snyder tidak hanya membuka kartu di atas meja, ia juga terus menerus menunjuk dan memperlihatkan kartu-kartu tersebut.
Seitz menyimpulkan, “Ada beberapa momen brilian yang disadari, akting para aktor sangat kuat meskipun skenarionya lemah (Affleck dan Cahill sama-sama berperan dengan baik).”
“Ada saat-saat di mana Anda akan merindukan sentuhan dari sutradara Christoper Nolan.”
—Rappler.com
BACA JUGA:
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.