Nilai-nilai moral yang saya ambil dari film ‘Modus’

Nadia Vetta Hamid

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Nilai-nilai moral yang saya ambil dari film ‘Modus’
BOOM! SPOILER ALERT: saya mau telaah film ini dari awal sampai akhir.

Dua hari yang lalu, saya memutuskan untuk nonton film Modus (Modal Dusta), atau yang bisa disebut sebagai “Film di Mana Para Youtuber Indonesia Mencoba Berakting (dan Pengkaryaan Lainnya)”. 

Sebagai social media producer untuk situs berita kesayangan kamu ini, sebelum berangkat dari rumah saya sudah menjadwalkan tweet dan juga postingan Facebook.

 


Saya memasuki ruang teater dengan tabula rasa: pikiran yang kosong. Namun, film Tabula Rasa (2014) malah menceritakan balada gulai kepala kakap, bukannya keadaan di mana manusia terlahir sebagai “kertas kosong”. Mungkin maksudnya rasa-rasa makanan yang berada di atas table (meja).

Singkat cerita, saya duduk di satu barisan yang kosong, sekosong perut saya siang itu. Ada enam penonton lainnya duduk tersebar di baris-baris belakang saya. Ada pasangan yang mojok, ada juga dua mas-mas yang nampaknya menggandrungi para YouTubers ini.

Mengapa saya bisa tahu? Karena hanya mereka yang tertawa ngakak sepanjang film. 

Film pun diawali dengan berbagai trailer film Indonesia yang akan tayang. Salah satu di antaranya adalah Hijab Traveler, sebuah film dengan formula yang tengah digandrungi penonton Indonesia saat ini: karakter cewek berhijab dan syuting di luar negeri (dan Morgan Oey berambut gondrong).

Sebagai catatan, soundtrack film ini adalah lagu Modus yang diproduseri oleh Rayi “RAN” yang juga menjadi cameo di film ini, dan Ganteng-Ganteng Swag atau biasa disingkat GGS yang dibawakan oleh rapper Young Lex featuring manusia-manusia yang ada di film ini.

Setelah menonton film ini, saya lebih setuju kalau kepanjangan GGS adalah Galau-Galau Sange. Mengapa bisa begitu? Simak pembahasan saya di sini:

Jadi, apa sih ceritanya?

Film Modus berkisah tentang Andovi, seorang mahasiswa fakultas hukum di… Universitas Indonesia?

Di kehidupan nyata, Andovi dan Jovial da Lopez memang mahasiswa UI dan kebetulan lokasi syutingnya memakai gedung Pusat Studi Jepang UI. Mengapa saya bisa tahu? Karena sewaktu saya masih kuliah di sana, saya sering melihat syuting FTV di gedung tersebut.

Film Modus sebenarnya diangkat dari salah satu video mereka di kanal SkinnyIndonesian24. Saya ingat pernah menonton video Modus ini di awal karir mereka sebagai YouTuber, namun tak pernah membayangkan kalau video tersebut akan menjelma menjadi sebuah film layar lebar.

Disutradarai oleh Fajar Bustomi dan Adhe Dharmastriya, film berdurasi hampir dua jam ini sukses membuat saya meringis dan istighfar karena jokes stereotipikal seperti Liem yang sangat percaya dengan feng shui dan cewek gemuk yang terpeleset, serta untaian dirty jokes menggelikan yang tak ada habisnya.

Contohnya, ketika ibu Andovi dan Jovial memanggil mereka dengan sebutan, ehm, “anal” (ANdovi dan JoviAL). Ada lagi adegan di mana Jovial memeluk talent cewek dari film (atau entah apa itu) yang ia sutradarai. Karena alat vital Jovi “tegang”, si cewek pun berkomentar, “Eh, kok ada HP sih?”

Mau contoh yang lebih bombastis lagi, enggak? Satu lagi dari Kemal Palevi, “Gua mau pijet tapi harus happy ending, full body scrub pake biji kopi Kolombia, bukan pake biji lu.”

Film ini diberi rating 13 tahun ke atas, lho.

Anyway, Andovi naksir seorang cewek cantik yang popular karena kecantikan dan budi pekertinya, Kirana (Melayu Nicole Hall). Mungkin waktu SD nilai PPKn-nya selalu di atas 9. Dibantu dengan kakaknya Jovial dan kawan-kawannya, Liem yang diperankan oleh Tommy Limmm (iya, huruf ‘m’-nya ada tiga) dan Reza “Arap” Oktovian sebagai Reza.

Liem selalu mengawali kalimatnya dengan “Menurut feng shui” dan Reza adalah anak orang kaya yang saya juga enggak tahu bapaknya kerja apaan, tapi dia mengklaim bisa membeli harga diri teman-temannya.

Intinya, film ini menceritakan kekacauan rencana-rencana mereka hingga akhirnya Andovi jadian dengan Kirana.

Kalau mau tahu cerita selengkapnya, Google sendiri saja, ya. Saya sendiri baru tahu kalau ternyata Kirana adalah anak pengusaha setelah mencarinya di Google.

Pengikut di media sosial harus banyak

Menurut ajaran geng ini, semakin banyak pengikut kamu di media sosial maka kamu adalah dewa. Kamu adalah idola. Kamu adalah superstar dalam film kehidupan ini. Kamu adalah pusat dari tata surya, layaknya matahari yang diorbiti planet-planet dan asteroid.

Ketika kamu di-follback oleh Kirana di Instagram, artinya kamu sudah diakui keberadaannya. Sama seperti ending film ini di mana Andovi akhirnya di-follback Kirana di landasan pacu Bandara Lombok.

Lakukan segalanya demi gebetan

List ini enggak akan habis kalau saya jabarkan satu persatu.

Pura-pura jadi banci demi cewek yang ditaksir? Check.

Kejar-kejar pesawat gebetan yang sudah siap take off dari landasan pacu? Double check.

Eh, Mas Dovi! You committed a serious crime, lho! Sudah cukup banyak anak-anak muda yang nekat menyusup naik pesawat lewat bagasi, enggak usah diajarin kejar-kejar gebetan sampai runway, dong!

Reza, yang mengklaim bisa membeli harga diri semua manusia di muka bumi ini, menarik gebetannya ke dalam mobilnya. Ia lantas menyuruh si cewek untuk menggunakan mobilnya saja daripada pulang dengan bus P47.

Selanjutnya, Reza memberikan handphone-nya yang hanya berisi nomornya. Ketika datang saatnya menyatakan cinta, Reza pura-pura menjadi pencuri, lengkap dengan pistol dan balaclava. Ini sebenarnya film remaja atau 50 Shades of Youtubers, sih? Kok posesifnya ngeri seperti Christian Grey?

Saya sih kabur kalau ada cowok yang gituin saya!

Ilmu berharga yang berguna untuk keberlangsungan hidup saya

Di film ini, saya jadi tahu kalau ada pesawat jet yang terbang dari Lombok (LOP) langsung ke Barcelona (BCN). Di dalam jetpri tersebut, ada Elly Sugigi yang ingin bertemu dengan Lionel Messi.

Selain itu, kalau kamu adalah orang terkaya di geng kamu, artinya kamu bisa membeli harga diri teman-temanmu. Selain itu, ketika kamu berstatus single, kamu adalah makhluk paling menyedihkan yang pernah menginjak muka bumi ini.

Ingin menghemat biaya perjalanan selama di Lombok? Menginap di tenda dan makan mie cup setiap hari! Ingin mellow tapi tetap terlihat macho? Rekam video kamu nyanyi lagu galau di atas treadmill, seperti yang diucapkan oleh Rayi “RAN” dan temannya: “Ketika air mata bercampur air keringat… galau tapi tetep macho!”

Akhir kata, semoga kamu dapat mengambil pelajaran berharga dari film ini, ya. Tanyakan ini pada dirimu sendiri: mau enggak kamu menjalani hubungan berlandaskan dusta?

Boom.


—Rappler.com

Nadia Vetta Hamid adalah social media producer untuk Rappler Indonesia. Penggemar berat cappuccino dan terkadang suka begadang untuk nonton FC Bayern München ditemani kucingnya. Nadia bisa disapa di @nadiavetta.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!